15. Unusual Wedding Party

384 90 17
                                    

Chapter 15

Bekerja dengan Lando benar-benar pengalaman baru buatku. Sabtu malam kemarin, karena aku juga menemaninya selama persiapan di backstage untuk acara live stasiun tv, aku menemui wajah-wajah yang sebelumnya hanya mampu kulihat melalui layar kaca atau ponselku. Yang paling membuatku takjub adalah Nick Martin, aku berpapasan dengannya di koridor backstage, karismanya tumpah-tumpah. Karena aku disini membawa nama Lando, jadi aku berusaha bersikap cool, tidak norak dengan mengarahkan kamera ponselku kepadanya walaupun sebenarnya aku sangat ingin.

Acara berakhir larut malam jadi aku harus pulang ke kosan ketika jam sudah menunjukan pukul sebelas. Kali ini Mbak Anggun yang mengantarku pulang karena apartemennya searah kosanku. Setelah sampai kosan dan mandi, aku langsung jatuh tertidur.

Untungnya hari ini Lando tidak ada acara pagi. Jadwalnya hanya sore sampai malam nanti, menjadi tamu undangan Frans Subagyo yang merupakan founder dari Semesta Edu sekaligus anak salah satu konglomerat di Indonesia. Jadi, aku baru ke apartemen cowok itu ketika jarum jam sudah menunjukan pukul 1 siang. Setelah membantu persiapan Lando,  kami berangkat ke Niskala, baru bersama crew lain ke hotel tempat diselenggarakannya acara.

    "Dari semua selebriti di Indonesia, Lando punya side profile yang paling ganteng," ucap Mbak Tia ketika sedang menata rambut Lando di room hotel yang menjadi ruang tunggu dan ruang untuk Lando serta bandnya bersiap-siap.

Umumnya orang akan malu jika dipuji secara langsung begitu, tapi Lando justru tertawa. "Side profile-nya aja nih Mbak yang ganteng? Kalau dari depan enggak gitu?"

"Dari depan ganteng juga, kok. Tapi kalo dari samping perfect banget."

Kino, drummer di band Lando menimpali, "Kalau aku Mbak? Apa ada drummer yang lebih ganteng dari aku di Indonesia?"

"Lo mah drummer yang mukanya paling bocil," balas Hayat, si keyboardist yang kini sedang menyemprotkan parfum di sekujur tubuhnya.

Mereka kemudian tertawa dan saling mengejek. Sungguh, aku nggak mengerti jokes laki-laki.

"Tapi tau nggak siapa stylist paling cantik, Mbak?" tanya Lando dengan nada menggoda.

"Seno, ya?" balas Mbak Tia diiringi kekehan.

Seno, cowok slay asisten Mbak Tia yang tadi membantu make up anggota band Lando, yang kini sedang berberes-beres langsung menoleh dan tersipu-sipu sok kecantikan. Serius, dia lebih anggun di antara perempuan dalam ruangan ini.

Lando sepertinya menyesal sudah bertanya iseng, kini dia dihadapakan oleh Seno yang mulai senyam-senyum menggoda. "Mas Lando bisa aja."

Seisi ruangan kompak tertawa.

"Ih, najis Sen, sana-sana, godain Hayat, tuh."

"Mas Hayat dan Mas Kino mah udah sering, Mas, makanya mereka kalau mau minta dandan sama aku terus, katanya kalau nggak sama aku nggak rame."

"Idih, kapan gue bilang gitu?" seloroh Hayat tak terima.

Kino geleng-geleng kepala, "Merinding gue, kalau lo berani godain Jian aja."

"Nggak mau ah, sudah ada istri, mau yang single aja."

Kino dan Hayat pura-pura mual, kemudian mereka izin keluar dari kamar, katanya menyusul Jian, si gitaris dan Hangga, si basis yang sedang merokok di luar daripada satu ruangan sama Seno yang sok cantik ini.

Di ruangan ini tersisa aku, Lando, Mbak Tia, Seno, dan Mbak Anggun yang dari tadi cuma mendengarkan sambil sibuk memainkan ponselnya.

Berbicara tentang Hayat dan Kino yang melipir ke luar karena mau merokok membuatku menyadari satu hal. "Lando, lo nggak ngerokok, ya?" tanyaku. Aku tidak pernah melihat Lando merokok sebelumnya.

How to Break a HeartbreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang