[19]

6 4 0
                                    

🌟🌟🌟

Harta yang paling berharga adalah keluarga. Tak hanya itu, orang terdekat juga sama pentingnya. Meskipun, mungkin tidak memiliki hubungan darah. Akan tetapi, bila mereka selalu ada disaat suka maupun duka. Maka, itu sudah menjadi bukti bila mereka tulus kepada kita.

🌟🌟🌟

Banyu sebenarnya ingin memastikan apa yang akan dikatakan Hasta padanya. Hanya saja, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat. Terlebih, Berlian sempat memotong pembicaraan Hasta. Artinya, itu memang belum bisa dibicarakan sekarang.

Saat masih asik makan malam bersama di rumah Berlian. Tanpa diduga, tiba-tiba ada dua orang datang langsung masuk ke dalam rumah.

"Wah... Ternyata kalian lagi makan malam sambil ngobrol-ngobrol. Pantes saja, dari tadi Mama sama Papa ketuk pintu sama panggil nggak ada yang nyaut." Seorang wanita paruh baya tersenyum, sembari menenteng beberapa tas bawaannya.

Hasta, Berlian, serta Banyu menoleh ke arah suara orang itu. Kemudian, menghentikan acara makan mereka bertiga.

"Mama... Lily kangen banget. Kenapa nggak ngabarin kalo mau pulang hari ini, sih." Berlian bangkit dari duduknya, lalu dengan cepat langsung memeluk Dinda. Mamanya.

Dinda tersenyum, tahu bila memang tidak memberitahu kepulangannya kepada kedua anaknya. "Kan mau bikin kejutan buat kalian. Jadi, Mama sama Papa sengaja nggak ngabarin mau pulang. Dan, ternyata berhasil bikin kalian terkejut."

Hasta tersenyum, senang melihat Berlian terlihat bahagia menyambut kedatangan orang tua mereka. Meskipun, itu bukan orang tua kandung keduanya. Lebih tepatnya, Dinda adalah adik dari Mama kandung Hasta serta Berlian. Namun, setelah kepergian orang tua kandung kedua anak itu. Dinda memutuskan untuk menganggap Hasta maupun Berlian seperti anak kandung sendiri. Apalagi, Dinda belum mempunyai keturunan.

"Harusnya kasih tau kita berdua-lah, Mah. Biar, dijemput di bandara." Kini, Hasta ikut berbicara dengan Dinda.

"Lagian dari bandara kan Papa sama Mama bisa naik taksi. Nggak perlu ngerepotin kalian." Doni, suami Dinda menjawab perkataan Hasta.

Hasta menghela napas, tahu terkadang orang tuanya tidak mau membuat anak-anaknya repot. Padahal, justru anak lebih sering membuat orang tuanya repot. Jadi, sebenarnya tidak ada salahnya saling merepotkan satu sama lain.

"Dilanjut aja makannya, nanti keburu dingin makanannya nggak enak. Banyu juga harus makan yang banyak, biar tambah tinggi." Doni beralih menatap Banyu yang masih diam sembari tersenyum memperhatikan interaksi keluarga Berlian.

Banyu mengangguk, sembari tersenyum setelah mendengar perkataan Doni. "Iya, Om. Makasih."

"Jangan tinggi-tinggi, Nyu. Sekarang aja, lo udah lebih tinggi dari gue. Nanti tambah tinggi kayak tiang gue tambah insecure." Hasta sembari memasang raut wajah cemberut. Karena, tidak lebih tinggi dari Banyu. Meskipun, hanya berbeda beberapa centi saja. Namun, tetap saja terkadang Hasta iri dengan pertumbuhan Banyu.

"Kak Hasta udah nggak bisa tumbuh lagi, mending diam aja, deh." Berlian menjulurkan lidah ke arah Hasta, sembari meledek kakaknya itu.

Hasta menghela napas, berusaha sabar menghadapi perkataan Berlian yang selalu meledeknya. "Lo lebih pendek dari gue, ya, Dek. Jadi, nggak usah ngeledek gitu."

Love Syndrome [SELESAI]Where stories live. Discover now