MTB 07

275 19 6
                                    

MTB 07

Setelah kejadian itu Gabriel mulai merasa sadar diri jika dia tidak seharusnya mengejar Dava, dia mencoba untuk melupakan Dava, tetapi setiap melihat unggahan Dava bersama kekasihnya membuat Gabriel cemburu setengah mati, Gabriel selalu merasakan sakit hati yang luar biasa ketika dia terus melihat unggahan Dava di setiap harinya, seperti malam ini, Gabriel tengah memandangi unggahan Dava bersama kekasihnya yang terlihat sangat serasi.

"Gua bakal jadi orang yang jahat banget kan kalau terus mengejar lu Dav." Gumam Gabriel.

"Gua gak mau jadi orang jahat, dengan gua lihat seseorang yang gua sayang bahagia dengan pilihannya itu jauh lebih baik daripada harus sama gua tetapi terpaksa." Lirih Gabriel seraya tersenyum.

Gabriel membuka aplikasi pesan kemudian mengetuk nomor Dava, lalu dia mengirimkan pesan kepada Dava.

"Tapi setidaknya gua gak harus memperlihatkan jika gua menjauhinya bukan?." Ucap Gabriel.

Tak lama Gabriel mendapatkan balasan pesan dari Dava, Gabriel tersenyum ketika melihat Dava sangat cepat membalas pesannya. "Cepat banget, tapi gak ada peluang buat gua hehe." Ucap Gabriel tertawa paksa.

Gabriel terkekeh ketika melihat dirinya yang terlihat sangat bodoh yang terus mencoba untuk menggoda Dava, "Padahal gak akan bisa gua miliki walaupun gua sampai jungkir balik di tengah jalan pun." Lirih Gabriel.

Disisi lain Dava kini tengah makan malam bersama kekasihnya yaitu Anya. Mereka menghabiskan malam mereka dengan suasana yang romantis dan juga dengan penuh rasa kasih sayang. Anya yang merupakan perempuan yang manja, dia terus menempel kepada Dava, dia juga tak henti hentinya menciumi Dava, sedangkan Dava yang merupakan lelaki yang bisa dibilang cuek dan dingin, dia hanya menerima tindakan Anya dengan diam dan tidak ada niat membalas tindakan Anya.

Dava diam bukan berarti tidak menyayangi Anya, dia benar benar mencintai Anya, hanya saja dia tidak bisa bertindak maupun mengekspresikan rasa sayangnya. Tetapi ketika Anya menginginkan apapun Dava akan segera membelikannya, ketika Anya mengatakan dia ingin tas bermerek, Dava akan langsung membelikannya tanpa berpikir lebih dulu, lalu jika Anya menginginkan liburan ke luar negri, Dava akan langsung membelikan tiket pesawat untuknya dan masih banyak lagi yang Dava berikan kepada Anya.

Saat ini Anya tengah menyandarkan badannya di dada bidang Dava, "Dav." Panggil Anya.

"Hm?."

"Kamu kapan lamar aku?." Tanya Anya.

Dava menghela napasnya berat, dia tidak mengira jika Anya akan menanyakan perihal lamaran secepat ini.

"Kamu waktu itu bilang, kalau kamu bakal lamar aku ketika kamu sudah wisuda." Ucap Anya lagi.

Dava mendorong Anya pelan agar duduk dan mengahadap kearahnya. Dava mengelus pipi Anya dengan lembut, "Babe, aku masih ingat jelas kalau aku mengatakan itu kepada kamu beberapa waktu lalu, dimana aku belum tahu situasi apa yang akan aku dapatkan. Tetapi ketika melihat situasi aku saat ini, diamana aku baru saja mengambil alih perusahaan dan harus mengelolanya, itu benar benar berat babe, jadi kamu bisa kan bersabar sedikit lagi sampai aku siap." Jelas Dava dengan lembut dan pelan, karena dia tahu jika Anya benar benar tidak bisa jika diberi tahu dengan nada yang tidak lembut.

Anya menundukkan kepalanya, "Tapi kamu sudah janji." Lirih Anya.

"Babe, pertunangan itu bukan suatu hal yang sepele. Pertunangan itu bukan untuk main main, kamu juga tahu itu kan?." Ucap Dava lembut.

"Ya, aku tahu. Tetapi aku juga ingin diberi kepastian." Ucap Anya pelan.

Dava menarik dagu Anya lembut agar menatapnya, "Secepatnya aku akan melamar kamu, aku akan berusaha secepatnya memantapkan semuanya."

MY TECHNIC BOYFRIEND [BL]Where stories live. Discover now