37. A Twist in My Story

85 12 10
                                    

"iya yang, ini lagi pesen makan"

"seru banget si kalian bisa rame-rame gitu"

"bakal seru lagi kalau ada kamu"

"kamu yakin? aku kesana kalau gitu..." goda Reina. 

Bagas yang tadinya mengapit ponselnya di antara bahu dan telinganya sambil membuka kaleng soda di balkon langsung berdiri tegak, ia memindahkan ponselnya ke telinga kiri sambil berkacak pinggang. 

"kok diem?"

"mau ngapain kamu kesini? ketemu mantan kamu? atau ketemu mantan pasangan prom kamu? ketemu Arsen yang masih sering kamu gemes-gemesin? atau sahabat burungmu yang tadi baru pamer habis nganterin kamu pulang? atau kembaranmu yang rese itu? arrrgh, kenapa temen-temenku ada hubungannya sama kamu semua ya? aku doang yang selama bertahun-tahun jadi stranger di mata kamu"

"hahahahahaha"  Reina tergelak mendengar rengekan Bagas.

Bagas meneguk soda dan tersenyum mendengar tawa lepas Reina. 

"udah woi udah. malem-malem gini ketawa gitu ngeri kali, yang"

"lagian, kamu lucu"

Bagas udah gak bisa berkata-kata lagi, matanya memejam untuk menahan salah tingkat setelah dibilang lucu sama Reina. Bibirnya tidak bisa lagi ditahan untuk tidak melengkungkan senyumnya. 

Namun, senyuman itu seketika memudar saat ia berbalik. 

Saddam bersandar pada pintu kaca yang memisahkan balkon dengan ruang santai apartemennya.

Mata mereka bertemu, Bagas menerka-nerka sejak kapan temannya berdiri disana. 

"kamu juga harus tau betapa berterima kasihnya aku karena eksistensi kamu di masa-masa beratku dulu."

"And listen, sekalipun aku ga pernah menganggap kamu sebagai orang asing." 

"Dari orang-orang yang kamu sebutin tadi, kamu yang paling berarti buat kehidupan remaja ku. Well, meskipun harus kamu akui Ino masih di atas kamu ehehehe!"

"Bagas?"

"Mmm?" 

Sorakan Leo, Arsen, Elang, dan Reino yang baru saja memenangkan game itu terdengar dari dalam. 

"Sana gih balik ke temen-temen kamu yang berisik itu. Aku tutup ya? love you"

"love you too....Rein" Bagas menyeringai dengan mata yang masih menyoroti Saddam yang ada di depannya. 

Saddam lebih dulu membuang tawanya dan melipat kedua tangan di depan dada. Bagas melihatnya dengan ekspresi datar karena menganggap itu sebagai ejekan. 

"these lovebirds" celetuk Saddam. 

Langkah Bagas yang hendak melangkah masuk di tahan oleh perkataan Saddam, "Thanks Gas".

Bagas melirik heran ke arah Saddam. Meskipun ini aneh si, dia lebih biasa dipanggil Babi sama temen-temen SMA-nya. 

"Gue lega"

"Ngapa? barusan berak lo?"

Saddam mendengus, "gue lega akhirnya Ina mau sama lo" kemudian ia tertawa. 

Mereka berdua bersandar di balkon menatap cahaya lampu kota. 

"sejak kapan?" tanya Saddam.

Bagas meneguk sisa soda yang tersisa sambil menimbang lagi kalimat yang ingin ia ucapkan ke Saddam. 

"Pertengahan tahun lalu"

Saddam terkekeh mendengar jawaban Bagas. 

"Sorry, gue tau ngga ada yang mau berada di situasi kaya gini. Tapi honestly gue udah suka sama Reina sejak awal masuk sekolah dan rasa suka gue ngga pernah berkurang sejak itu."

House MatesWhere stories live. Discover now