[12]

7 4 0
                                    

🌟🌟🌟

Aku harus selalu menghindari hal yang membuatku tak nyaman. Karena, untuk sekarang itu hal terbaik yang bisa kulakukan. Namun, aku yakin suatu saat nanti bisa terlepas dari rasa takut itu untuk selamanya. Yang terpenting, aku harus berjuang menghilangkan rasa itu. Walaupun, aku tahu itu tidak akan mudah.

🌟🌟🌟

Pulang sekolah, Berlian memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu sebelum meninggalkan area sekolah. Akan tetapi, baru saja ingin meninggalkan kamar kecil. Ada seseorang orang mencegatnya.

"Lo masih belum bisa benar-benar jauhin Banyu, ya? Malah keliatannya kalian makin lengket. Apa peringatan gue ke lo kurang?" Selena menatap sinis, serta berbicara tajam ke arah Berlian.

Berlian menghela napas, berusaha tenang menghadapi sosok Selena yang terlihat sangat membenci dirinya.

"Tanpa lo suruhpun gue udah jauhin Banyu. Tapi, ternyata nggak semudah itu. Dan, hubungan persahabatan Banyu udah terlanjur dekat banget. Apalagi, Banyu selalu ada di dekat gue. Jadi, harusnya lo bisa jaga dia baik-baik biar nggak dekat sama gue. Jangan salahin gue mulu, Sel. Bahkan, dia nggak pernah bisa jemput lo tiap mau ke sekolah." Berlian tak mau terus dalam tekanan. Karena, bukan salahnya bila terus berada di dekat Banyu. Karena, sedari kecil mereka berdua sudah dekat satu sama lain.

"Lo nggak perlu nasihatin gue, Ly. Gue emang selalu nggak bisa dijemput Banyu. Karena, nyokap nggak gampang percaya sama orang." Selena mengatakan apa yang selalu menjadi masalah setiap Banyu ingin menjemputnya. Sehingga, ia selalu menolak dijemput oleh kekasihnya sendiri.

Berlian tersenyum sinis, sedikit tak percaya dengan apa yang dikatakan Selena. Karena, ia merasa ada yang tidak beres dengan sikap Selena.

"Nyokap lo terlalu protektif ke lo, Sel. Tapi, kenapa lo bisa jalan sama cowok yang bukan pacarnya di mall. Dan, gue liat lo sama tuh cowok itu keliatan akrab dan mesra." Kali ini, Berlian memberanikan diri membahas apa yang pernah dilihatnya.

Selena terdiam sejenak, tak menyangka dengan apa yang keluar dari mulut Berlian.

"Lo nuduh gue selingkuh di belakang Banyu, Ly? Kurang ajar banget!"

"Gue nggak bilang itu, Sel. Cuma, harusnya lo bisa jaga perasaan Banyu. Padahal, dia pacar lo tapi kalian jarang jalan bareng. Alasannya, lo selalu sibuk tapi di sisi lain ternyata lo bisa jalan sama cowok lain." Berlian sedikit mengeluarkan amarahnya pada Selena. Karena, tak tega jika benar Selena mengkhianati perasaan Banyu. Sahabatnya.

"Jangan nuduh gue sembarangan, Ly! Lo nggak berhak ikut campur urusan pribadi gue. Bilang aja, lo berharap gue selingkuh biar Banyu bisa pacaran sama lo, kan?" Kali ini, Selena membela diri serta tak bisa menjaga emosinya.

Berlian menghela napas, tak terima dengan apa yang dikatakan serta tuduhkan Selena kepadanya. Karena, ia tak mempunyai niat buruk atau seperti yang dikatakan Selena.

"Gue nggak pernah berpikir kayak gitu, Sel. Bahkan, gue ikhlas pas tau Banyu suka sama lo. Gue bakalan bahagia, kalo sahabat terbaik gue bahagia. Dan, gue bakalan pastiin hal itu. Jadi, harusnya lo tau itu." Berlian menjelaskan apa yang dirasakan pada Selena.

Selena tersenyum sinis, "Gue nggak yakin sama omongan lo. Soalnya, lo pernah suka Banyu. Tapi, dia nolak lo, kan, Ly. Siapa tau lo masih ngarep kalo Banyu bisa suka sama lo. Padahal, dia cuma anggap lo sahabat nggak lebih dari itu."

Love Syndrome [SELESAI]Where stories live. Discover now