Chapter 13-Merayakan Kehilangan

2.5K 629 170
                                    

Happy reading 🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🌸

🌻🌻🌻

Messy sudah bersiap sejak tadi pagi. Dia mematut diri di depan cermin. Dia memakai korean blus dengan pita di depannya dan celana jeans yang membungkus kakinya rapat. Model celana jeans seperti ini membuat kakinya terlihat lebih jenjang.

Messy mengerjapkan matanya. Setelah beberapa kali memoles eye shadow dan maskara yang waterproof, dia tersenyum lebar, puas dengan hasilnya yang menguar sempurna. Tipis, tidak berlebihan, dan natural. Percayalah, untuk menghasilkan hasil yang natural seperti ini, justru membutuhkan konsentrasi karena memiliki tingkat kesulitan yang lumayan tinggi.

Messy ingin terlihat cantik hari ini untuk Jendra. Dia menghela napas panjang. Memejamkan mata sejenak. Tiba-tiba dia ingin berlari saja dan menghindari hari ini. Tidur nyenyak dan ketika bangun tidur, hari ini telah berlalu.

Messy mengecek sekali lagi penampilannya. Sempurna, sesuai yang dia harapkan. Dia mengambil ponsel yang tergeletak di tempat tidur dan tersenyum. Wallpapernya masih foto mereka berdua di restoran pizza favorit mereka di daerah Tirtodipuran, tersenyum lebar kekenyangan. Messy pernah berniat mengganti wallpaper ponselnya, tapi tetap saja dia mengganti dengan fotonya dan Jendra. Jendra tetaplah menjadi seluruh dunianya.

"Kak, Mas Jendra, nih," panggil Mahesa.

Messy mengambil tas kecilnya, memasukkan mukena mini dan dompet, sebelum keluar kamar dan turun ke ruang tamu.

"Jus, Yang? Aku tadi bikin jus jambu," tawar Messy ketika melihat Jendra duduk di ruang tamu. Tampan, dengan jaket biru dongker dan kaos kerah berwarna kuning.

"Mau, dong. Manis, kan?"

Messy mengangguk, "Iya, manis. Kayak aku," sahut Messy asal, "Sama goreng bakwan. Kalau belum dihabisin Mahesa ya," lanjut Messy dengan gelas jus dan teko berisi jus jambu.

"Mana ada aku habisin, orang udah dipisahin sambil melotot, Mas, ini buat Jendra," lapor Mahesa kesal.

Jendra terkekeh, "Sini sini, makan bareng aku."

"Enggak, deh, Mas, Kakak galak, aku serem," sahut Mahesa menjengkelkan.

"Hush sana, gangguin orang pacaran aja," usir Messy dan kali ini tanpa banyak protes, Mahesa mengangguk dan langsung angkat kaki. Memberi waktu Messy berdua dengan Jendra di ruang tamu.

"Enak, Hun. Kamu jago banget deh bikin bakwan, bisa kriuk, gurih tp nggak keras," puji Jendra tulus, "Kita jadi mau ke daerah selatan?"

Messy mengangguk dengan semangat, "Aku pengen motoran sama kamu ke arah pantai gitu. Tapi sekarang jalanannya udah bagus loh, Yang, kemarin Papa cerita. Nggak kayak dulu pas kita pacaran di sana, duh, jalannya dahlah, aku pengen melambaikan tangan ke kamera rasanya."

Jendra tergelak, "Ini kita nostalgia zaman masih kuliah, kah?"

Messy mengangguk, "Aku juga kangen makan tongseng ayam kampung di depan Pasar Bantul itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This Too Shall PassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang