Chapter 9-Morning Bless

3.5K 684 81
                                    

Happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading...

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Kakak nggak enak badan?" tanya Mahendra menurunkan korannya menatap putri sulungnya. Tadi Messy memang sempat bersin-bersin selama beberapa kali.

Messy menyeret langkahnya ke dapur. Menjerang air untuk membuat lemon tea madu. Minuman andalannya ketika flu terasa akan menyerang. Beberapa hari yang lalu, ketika perjalanan pulang dari Kotagede, hujan turun tanpa aba-aba. Membuat Messy tak sempat memakai jas hujan, dan justru kedinginan karena bajunya terlanjur basah ketika menepi di depan Indomaret.

Kemudian, semalam juga, setelah malas menjerang air dan memaksa mandi dengan air dingin, tubuhnya semakin terasa tidak enak. Tetapi, alih-alih langsung tidur, dia malah mengerjakan request dari Evan untuk memperbaiki action plan sesuai dengan hasil rapat dengan Teamsel kemarin siang. Walaupun matanya mulai panas dan berair, tetapi dia memaksakan diri menyelesaikan tugasnya. Klien adalah raja, bukan? Dia mengirimkan email kepada Evan hampir tengah malam dan langsung ambruk di tempat tidur setelahnya.

Pagi ini, Messy bangun dengan tenggorokan kering dan kepala yang mulai terasa berat. Selesai melaksanakan kewajiban paginya, dia langsung ke dapur, berniat memasak sayur dengan kuah banyak dan membuat wedang untuk menyamankan tenggorokannya.

"Mau flu kayaknya, Pa," jawab Messy dengan suara yang mulai sengau, "Nanti aku minum vitamin," lanjutnya nyengir sebelum Mahendra memberikan omelan dan saran.

"Ini dijemput Jendra? Nggak usah bawa motor, deh, Kak, kayaknya gerimis," ujar Papa, "Mau papa yang masak?"

Messy menggeleng, "Jendra lagi di Jakarta sampai minggu depan."

Messy melanjutkan kegiatannya di dapur dan membuka kulkas, "Masak sayur bening aja ya, Pa?"

"Terserah kakak. Yaudah, Papa masukin cucian dulu ke mesin, biar Adek nanti yang jemur pas mau kuliah," ujar Mahendra melipat koran, "Nanti Papa anter, Kak," ujar Mahendra dengan nada tak ingin dibantah dan membuat Messy mengangguk saja.

Messy sebenarnya tak ingin merepotkan papanya. Papanya harus berputar cukup jauh untuk menuju kantornya. Tapi, melihat ongkos taksi online, apalagi ketika hujan begini, Messy merasa sayang, mending dipakai jajan ayam bakar Artomoro bersama Mahesa.

Benar kata Jendra, Messy sering tak sayang kalau menggunakan uang untuk makan, tetapi dia pelit luar biasa menggunakan uang untuk bertransportasi, tapi dia juga tidak mau belajar menyetir mobil. Membuat Jendra ngomel, tetapi Jendra juga selalu senang mengantar Messy kemana-mana selama dia bisa. Membuat Messy semakin malas belajar menyetir mobil.

Gerimis di pagi hari sungguh-sungguh membuat godaan untuk tinggal di rumah dan bergelung di bawah selimut semakin membesar. Messy berdecak, sayang sekali dia tak punya privilege untuk bermanja-manja. Ada desain yang menunggu, ada weekly meeting dengan jajaran manajemen NayaDwipa. Belum lagi ada beberapa project yang belum tuntas, yang menanti segera dibereskan. Well, tidak terlalu rumit, sih, tetapi tetap saja menyita waktunya.

This Too Shall PassWhere stories live. Discover now