Chapter 3-The Wedding Bouquet

4.1K 670 87
                                    

Happy reading 🌹🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🌹🌹

"OMG, you're out of your mind," seru Shera gemas.

"Ssst, bisa pelan dikit nggak, sih?" jawab Messy menempelkan telunjuk ke bibirnya dan menengok kanan dan kiri. Dia mengumpat pelan dalam bahasa jawa dan membuat Gandhi tergelak. Beruntung warung sate klathak yang terletak di dekat kantor mereka sedang ramai pada jam makan siang, sehingga tak ada yang memperhatikan teriakan Shera.

"Gan, temenmu nih, udah kehilangan kewarasan dan mencintai secara ugal-ugalan," ujar Shera jengkel. Tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Messy dan Jendra.

Messy menyendok kuah tengkleng pedas yang dia pesan tanpa semangat.

"Mana ada waktu yang tepat untuk berpisah. Tanpa kemauan, mana ada jalan, sih, Mes. Cinta ya cinta, tapi nggak begitu juga kali. Heran aku tuh," lanjut Shera dengan nada yang mulai meningkat satu oktaf, "Bullshit banget tau nggak?"

Gandhi mengusap punggung Messy pelan dan menyentuh punggung tangan Shera.

"Udah, Sher. Itu Messy udah mau nangis kamu omelin begitu," ujar Gandhi, "Udah kayak emaknya aja Messy aja emang Shera nih. Udah, ayo, kita makan aja. Ambil satenya nih," lanjut Gandhi meletakkan masing-masing dua tusuk pada piring kedua sahabatnya yang sedang ribut.

"Aku tuh ngingetin aja, Gan, biar Messy kembali make akal sehatnya. Udah bener kemarin kalian pisah," lanjut Shera menatap mata mata Messy.

"Sebenernya aku tuh capek juga, Sher, begini terus sama Jendra," ujar Messy jujur, "Habis aku pikir-pikir lagi, kami tuh sama-sama bego."

"Nah," seru Shera dengan ekspresi puas, seolah dia adalah Enola Holmes dan seluruh kecurigaannya terbukti.

Gandhi berdehem, mengetuk gelas es tehnya pelan, "Tapi?"

Messy mengunyah satenya pelan, sebelum menelannya dan menjawab pertanyaan Gandhi, "Aku terlalu terbiasa sama Jendra, sih," ujarnya mengedikkan bahunya, "Kayaknya."

"Padahal nggak ada Jendra juga langit masih biru, gajian masih setiap tanggal 24 kecuali Sabtu atau Minggu," sahut Gandhi asal.

Messy tersenyum menyetujui. Sedikit. Sejujurnya dia sendiri frustasi dengan kerumitan hubungannya dengan Jendra yang memang sulit terurai.

"Yah, minimal dia paham kalau semuanya bakal sia-sia, sih," ujar Shera menunjuk Messy dengan garpu di tangan kirinya.

Messy mengangguk, "Tapi kami sepakat menunda kesia-siaan, sih."

Gandhi tertawa tergelak, "Yah, sorry to say, aku setuju, sih, sama Shera. Kali ini IQ-nya Messy terjun bebas," ujar Gandhi dan membuat tawa mereka bertiga pecah seketika.

"Aku ada ide, gimana kalau kita cariin Messy gebetan baru?" ujar Gandhi tiba-tiba dan membuat Messy terbatuk-batuk.

"Apa, deh? Nggak usah aneh-aneh," jawab Messy sebal.

This Too Shall PassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang