Chapter 10-Star Crossed Lover

3.4K 612 77
                                    

Happy reading 🌹🌹

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading 🌹🌹

Messy melirik jam tangan couple dengan Jendra yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Menghela napas lega dan tersenyum dalam hati. Memilih kursi tunggu yang nyaman dan strategis. Kemudian mengambil tumbler yang selalu tersedia di tasnya. Berjalan dari parkiran sampai ruang tunggu begini, membuatnya lumayan haus.

Kadang kala, Messy menyukai kesendirian di tempat yang ramai begini. Dia bebas mengamati keramaian Stasiun Tugu. Dia mengamati serombongan bapak dan ibu suami istri yang sudah sepuh-sepuh tapi masih bersemangat bepergian. Mereka menikmati hari tua mereka dengan gembira dan bahagia. Terbayang pakde dan budenya di Jakarta, yang gemar traveling setelah pakde pensiun. Hal yang tak mungkin dia lihat pada kedua orangtuanya. Dalam hati, dia langsung merapal al fatihah untuk mamanya. Hal yang selalu dipesan oleh papanya apabila tiba-tiba dia teringat almarhumah mamanya.

Kemudian, ada juga pasangan muda beserta anak mereka yang masih balita. Tampaknya si anak tak paham mengapa mereka membawa banyak barang. Ayah si anak berkali-kali mengatakan mereka akan naik kereta api tut tut tut seperti Thomas dan si anak langsung girang. Bola matanya bersinar cemerlang dan penuh kebanggaan. Astaga, betapa sederhananya nilai bahagia untuk anak-anak.

Ketika terdengar informasi kedatangan kereta yang Messy tunggu, dia langsung menoleh tempat keluar penumpang. Matanya memindai satu per satu kedatangan penumpang. Ketika dia mendapati sosok yang dia cari, dia langsung berdiri dan tersenyum lebar. Jendra terlihat menjulang diantara para penumpang yang berjalan ke pintu keluar. Charming as usual.

Ketika pandangan mereka bertemu, Jendra langsung melambaikan tangan dengan semangat. Seolah seluruh lelahnya setelah meeting panjang berhari-hari dan menempuh perjalanan kereta api enam jam lebih langsung lenyap tak bersisa.

"Hai," sapa Messy ketika Jendra berdiri di hadapannya dengan ransel di punggung dan menjinjing travel bag kecil di tangan kanan serta tas oleh-oleh di tangan kirinya, "Miss me already?" cengir Messy lebar dan mengambil alih tas plastik berisi oleh-oleh, membantu Jendra yang lumayan kerepotan.

Jendra mengusap kepala Messy dan meletakkan dagunya di pucuk kepala Messy sebentar, "Pake nanya. Sengaja banget," ujar Jendra gemas.

Messy terkekeh dan mereka berjalan dengan bergandengan tangan. Tentu saja dia juga kangen dengan Jendra. Apalagi-pikirannya mulai berkelana liar-sebentar lagi, sesuai rencananya, menggenggam tangan Jendra seperti ini, tak bisa lagi dia lakukan. Dia ingin menikmati kebahagiaan bersama Jendra, selagi masih bisa, tak ingin memikirkan yang lain.

"Miss you too, Jen," ujar Messy menyandarkan kepalanya ke lengan Jendra dan Jendra mengusap telapak tangan Messy.

Mereka melanjutkan berjalan hingga parkiran motor. Messy mendengarkan cerita Jendra selama seminggu lebih berada di Jakarta. Messy cekikikan mendengar Jendra kebablasan naik trans jakarta karena ketiduran ketika seharusnya turun di halte dekat hotel. Juga ketika Jendra bercerita bahwa akhirnya dia doyan segala makanan pinggiran jalanan kota Jakarta, karena dia lebih bosan makanan hotel yang menunya itu itu saja.

This Too Shall PassWhere stories live. Discover now