[11]

6 3 0
                                    


🌟🌟🌟

Takdir memang terkadang tidak bisa ditebak. Sehingga, hal yang sudah kita hindari tetap saja datang menghampiri. Namun, tidak ada salahnya menghadapi hal itu. Karena, kita bisa menentukan hasil apa yang sudah diusahakan selama ini.

🌟🌟🌟

"Lain kali, nggak apa-apa kan kalo saya minta bantuan kamu lagi buat nemenin putri saya pergi." Pertanyaan itu, sontak membuat River terdiam sejenak. Kemudian, ia memberanikan tersenyum sembari menatap Rendra. Produser-nya.

River mengangguk, menyetujui permintaan dari Rendra. Karena, sepertinya tidak salah bila kembali pergi bersama anak lelaki paruh baya itu. Terlebih, gadis itu tidak banyak bertingkah. Hanya terlihat seperti butuh orang yang selalu ada menemani serta bersamanya. Mungkin, itu dikarenakan orang terdekatnya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Bisa, kok, Om. Kalo saya, nggak sibuk bakalan usahain buat nemenin anak Om." River tersenyum, bukan untuk menyenangkan Rendra. Produser-nya. Hanya saja, ia memang tidak mempermasalahkan dekat dengan anak lelaki paruh baya itu. Namun, ia harap kedekatan yang terjalin tidak terlalu dipaksakan.

Rendra tersenyum, seperti senang serta bahagia ada yang mau dekat dengan anaknya. Terlebih, ia sudah cukup percaya dengan River. Karena, ia tidak mudah mempercayai orang sejak kejadian buruk yang hampir mencelakai putri semata wayangnya dulu.

"Sekali lagi, terima kasih sudah bisa menjaga putri kesayangan saya."

"Iya sama-sama, Om." River cukup peka dengan sikap lelaki paruh baya di depannya itu. Karena, kenyamanan serta keselamatan anak. Terlebih, anak itu pernah mengalami kejadian buruk. Sehingga, wajar bila sekarang orang tuanya sangat protektif menjaga harta paling berharganya.

"Kalo gitu, kamu lanjutin aja syutingnya. Saya yakin, karirmu akan semakin melejit. Karena, saya tau kamu sangat berbakat." Rendra tersenyum, sembari menepuk bahu River. Kemudian, lelaki paruh baya itu melangkah meninggalkan River.

Mungkin, yang dikatakan Rendra bisa dibilang benar. Akan tetapi, River sering merasa tak percaya diri dengan bakat yang dimilikinya. Sehingga, terkadang River hanya fokus pada bakat aktingnya. Padahal, jika dilihat ada beberapa bakat lain dimiliki River.

"Cie... Kayaknya langsung dapat lampu ijo dari Pak Rendra. Gas aja nggak sih, Dek. Mumpung anak-nya beliau masih jomlo." Rania tiba-tiba sudah duduk di sebelah River. Ternyata, sedari tadi ia memperhatikan serta mendengarkan pembicaraan River dengan Rendra.

River menghela napas, manager-nya itu memang senang sekali menggoda dirinya. "Gue cuma anggap anaknya Om Rendra itu sebagai adik, nggak lebih dari itu, Kak. Jadi, tolong jangan berharap lebih-lah. Kan dari kemarin gue udah bilang ke lo."

"Perasaan dalam hati nggak ada yang tau, Dek. Siapa tau kan seiring berjalannya waktu lo jatuh cinta sama dia." Rania kembali menggoda, tahu bila tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

"Gue mau fokus sama kerjaan dulu, Kak." River memang tidak mau urusan pribadi serta pekerjaan bercampur aduk.

"Oke. Oke."

🌟🌟🌟

Di sisi lain, Berlian sudah sampai di sekolah bersama Banyu. Karena, Banyu tidak berangkat dengan Selena. Sebenarnya, Berlian merasa tak enak selalu dengan Banyu. Hanya saja, memang itu sudah menjadi kebiasaan keduanya berangkat ke sekolah bersama.

Love Syndrome [SELESAI]Where stories live. Discover now