"Anjay!" Davinsha akhirnya tak tahan untuk tidak melontarkan umpatan ke arah sepupunya yang malah enak- enakan makan. " Gue serius banget nungguin elo, Nye! Kayak ngomong sama tembok deh!" gerutunya kesal.

"Gue sih emang punya saran," Anye berbalik menghadap sang sepupu, "lo cuma nggak mau ketemu sama Giri lagi kan?"

Davinsha mengangguk- angguk seperti boneka pegas. "Gampang itu mah. Lo balik lagi aja ke Surabaya. Ato lo balikan lagi deh sama si Robi tuh. Kalo elo udah jadi jodoh orang lain, nggak mungkin kan keberadaan Giri bakal mengganggu elo? Kecuali elo memang masih ada rasa sama dia." Anye menyuap makanannya lagi.

Davinsha tampak terpekur. Sepertinya ide Anye boleh juga untuk dicoba. Tapi dia menolak bagian harus balikan sama Robi. Mantan pacarnya itu kan sudah hidup bahagia. Adem ayem sama Chika. Tidak perlu lagi bikin huru- hara dalam hubungan orang lain.

"Ato lo mau saran yang agak ekstrim nih?" Anye menatap sang sepupu dengan pandangan menantang.

"Apa emangnya?"

"Ada yang bilang, buat matahin kutukan buat nggak mau ketemuan orang yang lo nggak suka, lo cukup ambil kancut dia, terus lo bakar deh tuh!"

Davinsha mencibir. "Gitu cara lo supaya nggak usah ketemu mantan lagi?"

"Aduh najong sih kalo gue! " sembur Anye tak terima. "Tuh kancut lo tahu, isinya virus semua! Jijik deh gue!"

Davinsha cekikikan.

Mereka berdua ini memang pada hopeless romantic banget.

****

"Kututup hatiku untuk namamu/ walaupun tangismu untukku/ Biarku sendiri tanpamu lagi/"

Seharusnya, Davinsha meneriakkan lagu zaman dia masih tidur siang pakai kaus singlet dan kancut itu ke muka Giri.

Tadinya, dia sudah malas mikirin lelaki itu. Tapi kalau tiap hari ketemu, mana bisa sih dirinya lupa. Mau pura- pura tidak kenal, kok kesannya berlebihan banget. Macam anak TK yang berantem rebutan mainan.

Lagian Giri kan cowok. Aneh banget caranya dia membenci Davinsha itu.

Kalau dipikir- pikir, setelah sepuluh tahun, seharusnya mereka santai kan. Lagian Giri sudah bareng- bareng Mel lagi. Jadi seharusnya lelaki itu sudah move on dari kejadian masa lalu. Biasanya kan cowok begitu. Kalau habis making love sama cewek di usia kuliahan begitu, gampang lupanya.

Mobil yang dikendarai Davinsha berhenti di perempatan traffic light. Jakarta siang ini panas sekali. Sepertinya idiom bahwa neraka lagi bocor, memang tak berlebihan.

Di Accu weather suhunya 34 derajat, tapi feels like 54 derajat. Sebentar lagi, orang Indonesia harus belajar beradaptasi kalau begini.

Tangan Davinsha meraih ke botol minum yang isinya tinggal separuh. Ketika dipengang, rasanya mirip air termos.

Wajar saja sih, karena perjalanan dari Pluit ke Bintaro memang tidak dekat. Belum macetnyalah. Padahal sekarang sudah jam dua siang.

Davinsha sudah kehilangan minat pada air minum itu. Nanti saja kalau ada minimarket, dia bakalan mampir. Ponsel yang berada di atas dasbor berkedip- kedip, ketika Davinsha meletakkan kembali airnya.

Nomor Melitha.

"Aduh, males banget!" gerutunya seorang diri. "Ini pasti ada hubungannya sama pacar dia tuh!" Davinsha melempar ponselnya ke jok penumpang belakang Suzuki Swiftnya .

Lampu berubah hijau. Dia tancap gas. Beberapa meter setelahnya, matanya menangkap kehadiran mini market 24  jam. Langsung saja perempuan itu membelokkan mobilnya. Melupakan ponsel yang masih bergetar di jok belakang.

Davinsha keluar dari minimarket dengan satu kantung keresek penuh belanjaan. Tak cuma sekedar air minum yang tak tanggung- tanggung, dibelinya empat botol ukuran 600 mili sekaligus. Lalu setengah lusin You C 1000 karena cuacanya lagi tidak bagus buat kesehatan. Dua bungkus es krim popsicle rasa melon dan nanas, roti, onigiri isi tuna kecombrang, dan nasi bakar rasa ayam kemangi, karena dia baru ingat belum makan siang.

Dia baru kembali ke dalam mobil setelah menandaskan dua popsicle sticks, sebotol penuh air dan onigiri isi tuna kecombrang. Tak sengaja matanya menangkap keberadaan ponsel yang sepertinya sudah agak tenang itu.

Mungkin Melitha sudah bosan menghubunginya.

Davinsha jadi penasaran. Mengesampingkan rasa malas, ia mengambil benda itu.

Kaget berat karena baterainya hanya tersisa 40 persen, dari yang tadinya 89 persen sewaktu ia baru ke luar dari Ranjana cabang Pluit.

112 panggilan tak terjawab

79 pesan WhatsApp.

Melitha memang terkadang punya sikap keraskepala yang amat menakjubkan. Seperti pasukan Genghis Khan.

Terpaksa Melitha melihat isi pesan- pesan yang sebagian besarnya dikirim Melitha.

Melitha C. :

Vin, please
Utk kali ini aja
tolongin gw.

Melitha C.:

Giri lg muncak di
Gn Salak. Mbak Kemala
beneran kasihan.

Melitha C. :

Ini menyangkut nyawa
manusia. Demi kemanusi
aan, Vin. Kalo gw ada di
Jakarta, gak perlu
minta tolong elo.

Davinsha rasanya ingin meng- home run ponselnya ke luar jendela mobil.

Ia mendesah lelah. Bercampur kesal.

Ini yang sakit kan kakaknya Giri. Kenapa jadi harus dia yang repot? Memang Kemala tidak punya keluarga lain apa?

****

KALO Nggak suka nggak usah baca ya... Ketimbang nulis KOMEN yang enggak - enggak. Langsung aku block aja kalo nyinyir .....











UndercontrolHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin