21. Berkelahi

25 1 4
                                    

"Tunggu Ashoka,, kau tidak bisa mendekati lukisan ibu ..."ucap Sushima berdiri menatap Ashoka

Ashoka tidak menghiraukan peringatan dari Sushima, ia terus saja berjalan untuk mendekati lukisan dan abu jasad Dharma, Ashoka hanya ingin mengambil lukisan nya dan ingin mengambil kalung bunga yang berada diatas lukisan Dharma, karena ia belum bisa menerima atas kematian ibunya bahkan Ashoka tidak bisa melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kalinya. Sushima lalu menghampiri Ashoka dan menahan tubuh Ashoka untuk bisa menghentikan langkahnya.

Ashoka merasa kesal, lalu ia mengepalkan kedua tangan nya dan melayangkan nya kearah Sushima, tetapi dengan cepat Sushima bisa menghindari kepalan tangan Ashoka yang mengarah kepadanya. Dan ...

Brukkk ....

Sushima memukul pipi kanan Ashoka hingga membuat sang adik, tersungkur kelantai dihadapan semua orang, semuanya merasa sangat terkejut, Vitthashoka dan Drupad lalu memegang tangan Sushima untuk tidak lagi memukul Ashoka. Sedangkan Radhagupt dan Banu membantu Ashoka untuk berdiri dan menahannya untuk tidak membalas perbuatan dari Sushima dihadapan semua orang yang tengah berduka.

Bindusara menatap tajam kedua putranya "Ayah tidak akan melarang kalian untuk saling menghabisi,, silakan saja untuk bertarung, beraduh pedang bahkan kalian bisa saling menghabisi satu sama lain,, silakan,, tetapi tidak didepan lukisan ibu kalian,, pergilah,, bertandinglah diluar ruangan ini ....

"Dan untuk kalian semua, tidak ada yang bisa membantu bahkan melarang kedua pangeran Magadha untuk bertarung dan mencoba untuk menghentikan keinginan dari keduanya,, biarkan mereka melakukan apapun sesuai dengan keinginan nya hingga tercapai, meski mereka ingin menghabisi satu sama lain ..."ucap Bindusara berlalu pergi kembali untuk duduk didekat lukisan Dharma

Ashoka menatap tajam Sushima, tetapi akal sehatnya masih bekerja dengan baik, ia tidak akan mungkin menghabisi Sushima hanya karena amarah dan perasaan sedih yang sangat dalam setelah ibunya telah tiada. Ashoka melepaskan pegangan Radhagupt dan Banu, dan tetap pergi untuk mengambil bunga yang berada diatas lukisan Dharma, lalu Ashoka menghancurkan nya dihadapan semua orang dengan tatapan yang sangat tajam, dan tanpa berkata Ashoka memutuskan untuk pergi dari ruangan aula istana setelah menghancurkan kalung bunga diatas lukisan Dharma. Sushima hanya bisa terdiam menatap kepergian Ashoka dengan perasaan kesal dan juga sedih dengan sikap Ashoka.

"Semua ini tidaklah benar,, keluarga Maurya benar benar kacau akibat ulah Siamak,, keinginan nya telah tercapai, pangeran Sushima benar benar menyalahkan pangeran mahkota Ashoka akibat kematian ratu pertama Dharma,, sedangkan pangeran mahkota baru saja kembali keistana Magadha dan tidak mengetahui apapun yang telah terjadi diistana Magadha,, bagaimana jika perintah Yang mulia maharaja mempengaruhi keduanya, dan kedua pangeran akan saling menghabisi,, lalu siapa yang akan menjaga Magadha dari ancaman Siamak dan pasukan nya,, apa yang harus aku lakukan ...."batin Ahankara



"Maafkan aku ibu,, maafkan aku tidak bisa menjaga ibu dengan baik,, maafkan aku ..."ucap Ashoka menangis

Menatap lukisan Dharma "Aku berjanji ibu,, aku akan menemukan siapa pelaku yang sudah membuat ibu jauh dari kita semua,, dan aku sendiri yang akan menghabisi nya ibu,, aku berjanji, aku berjanji ..."ucap Ashoka memeluk lukisan itu

Cukup lama Ashoka larut dalam kesedihan nya, menangis dan memeluk erat lukisan sang ibu untuk meluapkan amarah dan perasaan bersalahnya karena merasa tidak bisa menjaga sang ibu. Tidak lama kemudian Ashoka mengingat akan sesuatu, lalu Ashoka kembali menempatkan lukisan Dharma dan kembali membaca surat yang Sushima berikan kepadanya.

"Siapa pelakunya,, disurat ini jelas  tertulis jika pelakunya masih memiliki hubungan sekutu dengan Keecak,, dia ingin membalas dendam akibat kematian Keecak,, apakah pelakunya adalah Noor adik dari Keecak,, tetapi bagaimana Noor bisa masuk kedalam istana Magadha dan juga dia masih bisa pergi ke kerajaan Kalingga diwaktu itu ...

ASHOKA - BindusaraDharmaWhere stories live. Discover now