03 : prince of Nordania

1.5K 199 55
                                    

Suara itu tenang tapi seolah menggema di setiap sisi kolam, berjarak dan lamat-lamat. Seolah sulit di tangkap namun suara itu bergetar di dalam dirinya, bukan sekedar bunyi, melainkan juga sebuah perasaan. Dia merasakannya di punggung, di rusuk, di tiap tulangnya, jantungnya sendiri berdegup selaras dengan gema itu. Menjadi milik sang pangeran, biasanya begitulah akhir dari sebuah kisah dongeng. Akan tetapi bukan tanpa alasan dia khawatir cerita itu tidak dapat berlanjut setelah momen ini, rasa ngeri membayangkan hari ini, awan gelap yg tidak bisa dia singkirkan, jauh di lubuk hatinya kegelisahan mulai meraba tiap jengkal pikirannya, osidian hitam itu mungkinkah mengirimkannya mimpi buruk?. Seperti keguguran yg dia derita bertahun-tahun, masing-masing terjadi pada malam hari sebagai buntut dari mimpi buruknya yg dasyat

Melihat sang siren masih diam maka sang pangeran kembali bersuara.
"Kamu milik kami, jadi berhentilah berpikir kamu bisa kembali ke laut, disinilah tempatmu mulai sekarang". Sang pangeran mengatakan itu masih dengan mengunci pandangannya pada kedua manik biru laut itu.

Sang siren menatap balik sang pangeran. Melihat sang pangeran dari ujung kaki sampai ujung kepala. Pakaian khas bangsawan, mahkota yg di kenakan pangeran nampak berkilat selaras dengan jubah kebesarannya yg nampak agung, jubah yg terdapat lencana berupa batu jet hitam, rubi, dan berlian. segala kemegahan itu ntah kenapa sang siren tidak suka. Wajah itu, kearogan itu melekat begitu kuat terbukti bagaimana mereka mengklaimnya sebagai bentuk peliharaan seperti siang tadi, sorot mata yg menjelaskan bahwa seumur hidup mereka sepertinya tidak ada satu orangpun yg berani membantah perkataan mereka.
Of course because He's a prince of Nordania.

Sang pangeran masih setia menelisik wajah cantik sang siren, keindahan sang siren adalah sesuatu yg tidak bisa mereka lewatkan begitu saja. Tidak ada manusia hidup yg pernah melihat poros, gemanya masih membayang, di tempat-tempat yg pernah di ingat ataupun yg telah di lupakan. Pada orang-orang yg telah terjamah sihir, pada mahkluk yg merupakan keturunan-keturunan semesta lain. Namun, sudah satu zaman tidak ada poros yg menyala terakhir kali seribu tahun silam, jalur-jalur telah di tutup, gerbang-gerbang telah di kunci. Zaman perlintasan telah usai, membuat mereka menjadi semesta menyendiri dan dingin.

"Apa yg harus kami lakukan agar bibir ini mengeluarkan banyak suara hmm? Menjerit dan berteriak mungkin". Sang pangeran mengatakan itu lalu tersenyum penuh arti.

Niki berjongkok di samping heeseung, tangannya terulur untuk mengelus ekor sang siren.... merasakan langsung sisik itu. Ternyata rasanya memang lembut, secara harfiah tidak terasa seperti sisik ikan. Terkekeh pelan ketika tangannya juga di tepis lalu sekarang melihat mata cantik itu menatapnya dengan tajam. Justru terlihat lucu.
"Padahal kami sudah berbaik hati mengampuni nyawamu".

Sang siren masih bungkam, matanya dapat melihat jelas mahkota itu, mahkota itu... Api menggelegak dalam dirinya. Dia sudah hidup lama dari yg bisa manusia bayangkan, dia adalah saksi bagaimana kaumnya di musnahkan, bagaimana para manusia memburu mereka lalu membakar mereka hidup-hidup, dia adalah saksi bagaimana kejinya manusia menghabisi kaumnya hanya karena mereka nampak berbeda, seolah masih menggema di ingatannya bagaimana manusia bersorak tiap kali berhasil menangkap salah satu dari mereka. tentang semua cerita yg beredar, tentang para siren yg jahat dan kejam juga membawa malapetaka itu adalah kebohongan, bukankah sudah jelas sejarah selalu saja di tulis oleh pemenang. Sang siren menatap dalam ke netra hitam itu, manusia yg seumur jagung seperti mereka mana mungkin tahu tentang kisah itu, kisah yg sudah terkubur jauh itu. Jauh seperti kota yg mati.

Jungwon mendongak ke atas melihat langit semakin gelap, angin berhembus semakin kencang dan dingin.
"Sebentar lagi akan turun hujan...". Gumamnya pelan.

"Kamu akan kehujanan jika disini... Kolam ini juga tidak terlalu dalam...". Jake memandang sang siren, berpikir jika di laut saat hujan lebat pasti sang siren tetap di kedalaman laut
"Jadi mau pindah ke kamar?"

L'océan || Kim.SunooWhere stories live. Discover now