Jika suatu hari nanti, hubungan Sing, Leo dan Zayyan yang mereka anggap Jay telah membaik, lalu Zayyan justru kembali ke dunianya dengan mendadak tanpa persiapan karena tak ada pemberitahuan dari Kucing ... bisa saja, Sing dan Leo jadi membenci Zayyan karena telah memberi harapan palsu, merasa dikhianati dan berakhir mengenaskan.

Lalu, kemungkinan terburuknya adalah: Jay yang sudah kembali ke tubuhnya justru makin memperlakukan mereka dengan lebih buruk dari sebelumnya karena jijik hingga menimbulkan dampak buruk yang lebih besar bagi mental dan tubuh Sing dan Leo.

Memikirkan semua itu membuat Zayyan makin pusing, khawatir dan gelisah. Dia memberikan jeda sebelum kembali melanjutkan ucapannya yang entah kenapa keluar dari mulutnya dengan lancar seperti air mengalir, bukan meniru perkataan tokoh-tokoh dalam novel yang dia baca.

"Tidak apa-apa untuk menangis, itu hal wajar yang terjadi pada manusia. Leo bukan berarti anak cengeng hanya karena menangis, Leo itu anak kuat."

Senyum sendu yang terlukis di wajah Zayyan pun luntur, kini, matanya justru berkaca-kaca, mulutnya bergetar karena Zayyan berusaha untuk tidak menangis. "Ini semua salah Kakak, jadi ... maaf untuk semuanya."

Meski air mata Leo masih terus saja mengalir, dia berhenti terisak untuk sesaat saat merasakan getaran kedua tangan yang menggenggam tangannya.

Ketika Leo mengalihkan pandangannya pada Zayyan di depannya, sebuah perasaan rumit karena tercampur aduk menguasai dirinya karena Zayyan yang terus menunduk dan menunduk dengan bahu gemetar, seolah-olah benar-benar menyesal atas semua ini.

Memang samar, tetapi, Sing dan Leo dapat mendengar suara Zayyan yang sedang meminta maaf pada Leo itu bergetar.
            

Zayyan-lah yang cengeng, dia juga aneh. Dia tidak pernah berada di posisi Sing dan Leo sehingga sangat terharu dengan hal baru ini, dia juga tidak pernah berada di posisi Jay yang memperlakukan adiknya dengan buruk hingga merasakan penyesalan yang begitu dalam. Namun, Zayyan merasa air matanya akan keluar kapan saja jika Zayyan berhenti berusaha keras untuk membendung air tersebut walau hanya satu detik. Padahal, dia bukan siapa-siapa, tetapi kenapa dia ingin menangis hanya karena hal ini?

Zayyan menarik kembali kedua tangannya yang membuat Leo panik—ingin mencari kehangatan itu lagi, tetapi mulutnya terkunci dalam sekejap sebelum mengatakan satu pun kata, lalu kedua mata Leo melebar saat Zayyan mendekat dan melingkarkan kedua lengannya pada belakang leher Leo.

Sekarang masih musim dingin. Persediaan dan persiapan di desa terpencil seperti ini tidak akan cukup untuk menghangatkan semua orang dan membuat tidur mereka nyenyak pada malam hari. Kedinginan saat musim dingin yang menakutkan Leo sudah menjadi hal biasa baginya, tetapi ... semua udara dingin di sekitar Leo yang selalu membuatnya menggigil seolah hilang dalam sekejap hanya karena sebuah pelukan pertama dari sang kakak.

Hangat ... batin Leo memejamkan mata untuk meresap kehangatan itu, dia membalas pelukan Zayyan dengan erat, seolah-olah tak ingin pelukan pertama itu terlepas.

Air mata Leo tampaknya sudah berhenti mengalir karena Leo sedang sibuk menikmati kehangatan yang pertama kali dia dapat di kehidupannya ini, dan bisa saja, ini bukanlah kehangatan yang dapat ia rasakan lagi di masa depan. Namun, cairan bening itu justru mengalir makin deras seperti keran bocor—diiringi dengan suara tangisan keras yang selalu ditahan saat indra pendengarannya mendengar sebuah kalimat dari mulut Zayyan yang berbisik di sebelah telinganya.

Zayyan, sembari mendengar tangisan kencang Leo yang mengandung berbagai perasaan yang telah lama dipendam, dia pun bertekad untuk selalu melindungi dan memperlakukan Sing dan Leo dengan baik, menggantikan posisi kakak mereka yang telah menyakiti hati, mental dan tubuh mereka berdua.

“Maafkan Kakak, dan terima kasih sudah bertahan dengan baik selama ini.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Leo.

Walaupun seandainya pelukan hangat ini tak akan didapat Leo lagi di masa depan ... perasaan, ketenangan dan kehangatannya masih bisa ia rasakan saat mengenang.

Walaupun orang di hadapannya ini tidak mengingat, atau kembali seperti semula ... Leo tidak akan melupakan kata-kata dan suara lembut yang ia dengar kala itu, seakan-akan telah melekat di hati dan ingatannya.

.

.

.

TBC

Hahaha<⁠(⁠ ̄▽ ̄⁠)⁠>
Maaf yaa kalau kerasa lebay atau berlebihan, Author lagi mau ngedrama duluuಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ
Waktu kubaca lagi kok feel-nya jadi ga kerasa yaa huhuuTT padahal waktu nulis .... :)

E'hem. Jadi, pertama-tama ... makasih banyak atas dukungan kalian semua selama ini! Aku masih ga nyangka kalau cerita HEP [Helping thE Prince] ini bisa mendapat 600+ views dan 100+ votes. Terima kasih banyak untuk kalian yang berkontribusi besar dalam hal ini! Love you all, My Readers💗

Di sini, aku buat alurnya berjalan lambat dan bertahap-tahap. Dari awal, masa kecil, pendekatan, kesadaran diri, berkembang, skip time, penjelasan kebenaran, sedikit damai dan momen-momen, terus konflik terakhir, baru ending. Jadi aku ga bakal heran kalau kalian bosen, karena aku sendiri juga sudah mulai bosen hehe(⁠・⁠∀⁠・⁠)

Dan tentunya, thanks sudah baca sampai sekarang! Ah, tolong beri banyak dukungan agar aku makin semangat nulisnya sampai endInsyaaAllah—! Apa pun bentuk apresiasi dan dukungan kalian, itu semua bikin aku senang dan terharuuu❤️

Hope you all like this story and are entertained by it~🔥

Thank you for taking the time to read!

Helping the Prince || XODIACWhere stories live. Discover now