BAB 17

53 27 10
                                    

[Sabtu, 11 Mei 2024]
Jangan lupa bintangnya⭐

Happy Reading

BAB 17
Kamu indah, tapi untuk bertemu kamu, aku harus tidur dulu,” -Adhara Gralind

••••

"Saudari Adhara sudah berhasil melewati masa kritisnya," sang dokter tersenyum tipis, kemudian pergi meninggalkan ruangan Adhara.

Adhara memutar bola matanya, ia tak paham apa yang tengah terjadinya padanya. Bagaimana bisa ia terbaring di brankar ini. Dan apa kata dokter tadi? Kritis? Batin Adhara. Bukankah tadi ia sedang bersama Jaemin. Ia ingat sekali bagaimana nasihat Jaemin menyuruhnya mengabari ibunya. Adhara kini merasa bersalah karena pergi jauh tanpa sepengetahuan ibunya.

"Dhar lo jalan jalan kemana aja dah, lama banget roh lo kaga balik balik, jangan bilang lo nyamperin Jaemin?!" cerocos Sora -Teman Adhara.

Perlahan Adhara mulai mengingat bagaimana pertama kali ia menginjakkan kaki di tanah Korea Selatan ini.

Flashback on

April 2023

"Wihhh gue di korea guyss, gila udara Korea sejuk bener dah. Semoga gue dapet banyak hal baik di sini." Monolog Adhara setelah turun dari pesawat sambil mengangkat kedua tangannya mengirup udara yang bisa dibilang sangat dingin jika dibandingkan indonesia.

Adhara mengambil kopernya dan segera mencari kendaraan umum untuk dapat mengantarnya ke tempat yang akan dia tinggali.

"Dhara, bantuin gue dong," Sora meneteng tas besar di tangan kirinya, dan menyeret koper di tangan kanannya.

"Makanya jangan bawa barang banyak banyak, sorak sorak gembira!!" ledek Adhara.

Adhara dan Sora adalah rekan kerja sekaligus sahabat seperjuangan, mereka sama sama mendapat tawaran kerja di sini dan mereka berangkat dari PT yang sama.

"Kita kan bakal lama disini Dhar, awas aja juga butuh barang yang gue bawa," Sora melengoskan wajahnya, tak ingin melihat Adhara.

"Yaudah yaudah sini, ribet!" Adhara merebut tas besar dari tangan Sora. Tak lama kemudian datanglah bus umum. Adhara dan Sora segera naik dan bus segera meninggalkan lokasi.

Di tengah perjalanan, "Sor, kelewat gak sih?" tanya Adhara kala ia merasa bus berjalan begitu lama.

"Auu, coba cek," ucap balik Sora.

"Iya kelewat bjir, ayo turun! Pak Kiri Kiriii!!"

"Ya gak boleh tolil, nunggu terminal selanjutnya, lo kira ini bajaj," ucap Sora malas.

Adhara meringis malu, karena semua orang di bus menatapnya, "ya kan lupa," katanya.

Setelah bus berhenti di terminal selanjutnya, Adhara dan Sora cepat cepat untuk turun, tanpa sengaja Adhara menjatuhkan earphone bluethooth nya ke jalan raya.

Glinding glinding...

Adhara mengejar earphonenya tanpa sadar dari kejahuan ada mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi...

Bruakkkkk!!!

Tubuh Adhara menyentuh mulut mobil, Adhara hanya pasrah ia membayangkan apakah hidupnya akan berakhir disini. Tolong sebelum pergi, biarkan Adhara berbicara pada ibunya untuk terakhir kali. Buku dan handphone di tangan kanannya terlempar jauh.

"DHARAAAAAA," teriak Sora histeris melihat Adhara sudah terpental jauh dari pandangan Sora, darah kental tercecer sepanjang jalan. Tubuhnya tergeletak berlumuran darah yang terus keluar dari kepalanya.

Flashback off

Adhara tersenyum miris, nyatanya ia bertemu Jaemin lagi lagi hanya dalam mimpi, tapi ia merasa kejadian itu sangat nyata. Bagaimana tidak, selama 8 bulan ia berada di lingkungan Jaemin, meski hanya 1 minggu ia terbaring koma di rumah sakit.

"Dharr!! Lo masih inget gue kan?"

Adhara mengangguk pelan, "lo bener sor, roh gue ketemu Jaemin," ucapnya lirih, tanpa sadar  mutiara dalam matanya menetes tanpa pemberitahuan. Adhara teringat bagaimana ia pingsan karena ketampanan anak anak Riize, ia teringat betapa bodohnya ia memaki seorang Hwang Hyunjin, dan beruntungnya ia dapat merasakan kedekatan para member Dream. Ia juga merasakan cinta member dan fans begitu nyata. Jaemin dan semua anggota benar benar mencintai fans segenap hatinya, bukan karena tuntutan kerja.

"Sora!! Kado dari Jaemin mana?" ucap Adhara gelagapan kala mengingat tempo hari Jaemin memberinya hadiah ulang tahun, meski bukan benar benar di hari ulang tahun Adhara. Tapi kemudian senyumnya pudar saat kembali mengingat kenyataan bahwa itu hanyalah sebuah bayang bayang ingatan dalam mimpinya saat koma.

Sora memeluk Adhara yang sedang mencoba untuk tidak menangis, "Udah ya, makasih lo udah bangun. Lo relain Jaemin demi balik ke dunia ini. Makasih dhar, makasih udah bangun," ucap Sora berulang. Sora sangat bersyukur Adhara kembali membuka matanya, meski ia harus melihat kesedihan di mata Adhara karena semua ingatan dalam mimpinya begitu indah.

Adhara membulatkan matanya, syok karena satu ingatan kembali memenuhi kepalanya, "Hp! Hp! Mana hpku," ucapnya.

"Nih."

Adhara menghembus napasnya lega, karena berita Jaemin sekarat tidak ada. Berarti Jaemin baik-baik aja kan? Pikirnya.

"Ada apa Dhar?"

"Gakpapa, kangen hp aja!" Adhara bohong. Sebenarnya ia teringat bagaimana kejamnya dunia, berani sekali orang gak tau diri itu melukai Jaeminnya Adhara. Betapa sakitnya hati Adhara kala melihat orang yang paling dicintainya terkapar tak berdaya dengan tubuh berlumuran darah.
.
.
.
.
.
Ini beberapa hari setelah Adhara keluar dari rumah sakit, Adhara mulai menjalani hidupnya dengan normal, bekerja di perusahaan bersama Sora dengan damai. Tanpa Jaemin.

Setelah pulang dari rumah sakit, Adhara langsung menghubungi ibunya, kini status Adhara bukan lagi kabur dari rumah. Ia sudah mendapat izin dari ibunya. Meski awalnya ibunya sangat marah.

Adhara duduk di ruang kerjanya, menyantap berkas berkas yang tak ada habisnya.

"DHARAAAA!! Huff huff huff" Sora menggebrak meja Adhara dengan napasnya yang masih terputus putus karena berlari dari tempatnya ke tempat Adhara.

"Wae," tanya Adhara malas.

Sora menunjukkan ponselnya ke arah Adhara, Adhara fokus membulatkan bola matanya, mencoba mencerna apa yang ingin Sora tunjukkan.

"OMO!!" Adhara menutup mulutnya yang terbuka lebar, syok dikit sisanya syak syik syok.

Adhara merebut ponsel itu dari tangan Sora memastikan apa yang Adhara liat adalah benar.

Dan,

"AAAAAAA SORAAAA!!!!! INIII BENERANN??? GILAAA AAAAA SORAAAAA OTTOKEEEE," teriak Adhara tak terkendalikan, sampai rekan rekan kerja yang lain tertuju padanya. Adhara menganggukan pada mereka dan meminta maaf, ohh sungguh malu sekali.

"Aaaaa Sora," Adhara mengerucutnya mulutnya, mencoba menahan tangis yang ingin pecah.

Sora menarik dua sudut bibirnya, dan memeluk Adhara, "cukaee," ucapnya.

"Gue menang fansign, gue bakal ketemu Jaemin beneran hiks hiks," ucap Adhara yang masih larut dalam pelukan Sora.

.
.
.
.
.

"Itu kan..., Ah gak mungkin lah"

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Next?

Gimana chapter ini?

Jangan lupa pencet bintangnya ya⭐🙏

Thanks for reading

Aku Bukan Sasaeng | Na JaeminWhere stories live. Discover now