Chapter 27 | Epilog

984 93 4
                                    

Sakura menatap wajahnya yang telah ia beri perawatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sakura menatap wajahnya yang telah ia beri perawatan. Dengan piama satin berwarna hitam wanita cantik itu lalu melangkah keluar dari kamar menuju dua pintu yang berhadapan tak jauh dari kamarnya dan sang suami.

Sakura berniat melihat kedua anaknya tapi malah mendapati Shaki yang sudah tertidur dikamar bernuansa pink dengan banyak Boneka disudut ruangan.

Melihat itu, Sakura mendekat dan mencium gemas dahi serta pipi gembul milik putri bungsunya yang berbeda lima menit dari Shiro.

Setelahnya Wanita itu mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin dan menarik selimut sebatas leher putrinya lalu keluar.

Sakura lalu masuk ke kamar milik Shiro yang berhadapan dengan milik Shaki. Saat masuk Sakura bisa melihat putranya yang sedang duduk bersandar dikepala ranjang sambil membaca buku.

Putranya yang benar-benar identik dengan Sasuke terlebih ketika melihat foto masa kecil milik Sasuke. Mulai dari rambut, bentuk mata hingga sikap bocah laki-laki itu.

"Kenapa belum tidur?" tanya Sakura lalu ikut duduk diatas ranjang besar milik putranya. Berbeda dengan kamar milik Shiro, kamar milik Shiro terkesan lebih kalem dengan warna biru.

Merasakan elusan lembut dikepalanya, Shiro lalu meletakan buku yang bacaannya di atas nakas samping ranjang dan merebahkan kepalanya diatas paha Sakura sebagai bantalan.

"Besok semua perlombaan akan diadakan berturut-turut dan aku dipilih untuk mewakili kelasku mom-"

Sakura lalu menyipitkan matanya curiga saat mendengar Shiro menggantung kalimatnya dan ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Jangan bilang perlombaan karate atau sebagainya mama tidak akan mengijinkan mu!"

"Ayolah mom, Opa Izuna bahkan sudah melatihku dan Tachi-nii jadi mama tidak perlu khawatir aku juga sudah besar jadi tidak akan menangis kalau mendapat pukulan dari lawanku nanti."

'Izuna sialan.'

"Justru itu sayang, mama takut kau malah membuat lawanmu menangis."

Sakura lalu memijit pelipisnya, jika kalian berpikir dia mengkhawatirkan Shiro itu memang benar tapi dia lebih mengkhawatirkan anak lain yang akan menjadi lawan Shiro.

Haruskah dia menyalahkan pria tua itu? Karena pria tua itu yang mengenalkan anaknya pada seni beladiri sehingga anak itu jadi tertarik dan mendalaminya. Bahkan Sakura sempat shok ketika mendatangi kediaman Uchiha dan mendapati Shiro dan Tachi yang di ajari menembak menggunakan pistol sungguhan oleh Itachi, Sasuke dan Izuna.

Dan Jangan lupa Shiro yang memenangkan lomba Taekwondo antar sekolah anak satu tahun yang lalu dengan lawannya yang pipis di celana dan menangis.

Sakura lalu melihat Shiro yang sedang menatapnya penuh harap. Mutiara hitam yang berkaca-kaca dengan bibir yang melengkung kebawah.

Jika anak itu sudah mengeluarkan ekspresi wajah seperti ini. Apakah dia bisa menolak? Tentu saja tidak bisa dan hanya padanya saja anak itu itu bisa memohon dengan ekspresi seperti ini tidak pada yang lainnya. Karena mereka selalu mengabulkan keinginan kedua anaknya.

"Baiklah sekarang tidurlah."

"Tapi Mama harus datang."

"Iya sayang."

Setelah melihat bocah itu yang mulai nyenyak, wanita berambut pink yang telah di potong sebahu itu lalu melangkah keluar setelah mendaratkan ciuman lembut di dahi putranya.

Tak butuh waktu lama untuk kini kakinya telah berada tepat di depan pintu kerja sang suami dan langsung membuka pintu bercat putih itu.

Ia tersenyum saat mendapati Sasuke yang mengalihkan tatapan dari beberapa berkas. Pria itu lantas melepaskan kacamata baca lalu merentangkan tangannya seakan meminta Sakura memeluknya.

Melihat gerakan sang suami dengan pelan Sakura mendekat lalu membawa kepala sang suami ke dalam pelukannya dan mengelus pelan rambut hitam yang begitu tebal.

"Jangan terlalu sering begadang. Itu tak baik untuk kesehatan."

Sakura terkesiap ketika sang suami menarik dekat tubuhnya dengan memeluknya begitu erat. Merasakan sang suami yang kini menyandarkan kepala nyaman di dadanya empuk.

"Siap nyonya."

Setelah mengatakan hal itu, Sasuke lantas dengan mudahnya menggeser semua berkas di atas meja lalu dengan gerakan cepat mengangkat sang istri untuk duduk di sana.

Tubuhnya yang kekar kini berdiri di antara kedua kaki sang istri yang menggantung tanpa menyentuh lantai. Mengukung tubuh sang istri yang kini terlihat lebih berisi.

Matanya secara liar meneliti setiap inci wajah Sakura yang kini menatapnya dengan pandangan lembut penuh kasih. Bahkan jari-jari lentik sang istri telah tenggelam dalam tebal rambutnya.

Saling menarik melalui arti tatapan mata yang hanya di pahami keduanya. Hingga kedua bibir itu menyatu penuh kelembutan dan kehangatan.

Saling memuaskan kerinduan yang tertahan selama ini. Kini Sasuke tak lagi mampu menahan diri dari hasrat gila yang hanya bisa ia rasakan ketika melihat sang istri.

Tangannya secara nakal menjelajahi tubuh sang istri melalui sentuhan-sentuhan nakal yang menghilangkan kewarasan Sakura. Hingga wanita itu hanya mampu memejamkan mata dan membiarkan Sasuke berkuasa atas ketidakberdayaannya.

"Mari buat adik untuk Shaki dan Shiro!"

Mengabaikan respon sang istri, pria itu lalu mengangkat Sakura dalam gendongannya menuju sofa panjang dan lembut di dalam ruang kerjanya.

Tatapan dan senyuman pria itu membuat wajah Sakura kian memerah.

Sasuke hilang kesadaran dan akal sehat ketika mendapati wajah memerah sang istri dengan tatapan sayu tak berdaya.

Demi Tuhan, wanita ini benar-benar alkohol baginya. Ia tak minum tapi kini benar-benar mabuk hingga tak dapat lagi menahan kalimat-kalimat nakal dan kotor untuk menggoda Sakura yang kini benar-benar malu dengan keadaan keduanya yang telah polos entah sejak kapan.

"Aku mencintaimu Sakura, bahkan sekalipun di kehidupan lain aku tak akan membiarkan mu bersama pria lain."


-

-

END

I'm Figuran ?Where stories live. Discover now