DTYT-Se mettre en boule ou en pétard

5.3K 1K 279
                                    

Se mettre en boule ou en pétard.

to roll yourself into a ball or a firework.





























"Sekarang, apa lagi yang ingin kamu minta?" Dari balik meja kerjanya, Pangeran Martaka menumpu dagu—menatap Handjoko yang baru saja masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Handjoko menahan dengkusannya, apa yang dipikirkan Pangeran Martaka sebenarnya tidak bisa dibilang salah juga karena akhir-akhir ini pertemuannya dengan pemimpin Daher Reu itu terjadi karena Handjoko memerlukan sesuatu—bantuan—dari Pangeran Martaka. Dan, mungkin kehadirannya pagi ini dinilai punya tujuan khusus seperti sebelumnya.

Memperhatikan jarak antara posisi dia berdiri dan meja kerja Pangeran Martaka, Handjoko menggelengkan kepalanya. "Saya datang ke sini karena ada beberapa laporan yang ingin saya sampaikan, and I also want to say thank you for the help you gave me and Upih."

"Ah, akhirnya kita bisa bicara soal pekerjaan sekarang?" Pangeran Martaka mendengkus, ia lalu tertawa kecil sambil menganggukan kepala. "Apa ada masalah?" Melihat wajah muram Handjoko, Pangeran Martaka buru-buru melanjutkan, "Kita bicara soal pekerjaan lebih dulu, bukan masalah pribadimu karena aku tahu kamu jelas punya masalah besar sekarang," sambungnya, kali ini membuat Handjoko mendengkus.

Ia akhirnya duduk di kursi—berhadapan lurus dengan Pangeran Martaka—setelah pria itu mempersilahkannya untuk duduk di sana. "Pembangunan transmisi TVBuzz sudah berjalan 85%, tadi pagi saya sempat ke sana untuk melihat-lihat..."

"Kemarin saya juga sudah ke sana," sahut Pangeran Martaka cepat. "They said everything went quite nicely because no one stood between them." Pria itu lalu tersenyum, kelihatan janggal. "Berbeda sekali dengan pekerjaan rumah kita yang ada di sini," gumamnya pelan dengan tatapan yang menerawang.

Handjoko menghela napasnya panjang, dia meletakkan beberapa dokumen yang harus Pangeran Martaka baca dan tanda tangani di meja kerja di hadapannya. "Aryaguna remained unwilling to be asked to address the role of their cooperation in open visits between Indonesia and Daher Reu. Similarly, Adji refused to discuss it even though I had brought it up multiple times in previous discussions."

Masalah ini—yang menjadi satu-satunya masalah bagi Daher Reu sejak awal pembicaraan mengenai membaiknya hubungan antara Daher Reu dan Indonesia—tampaknya masih akan menjadi satu-satunya masalah besar yang akan dimiliki Daher Reu—terutama Pangeran Martaka dan Kerajaan Daher Reu—karena keluarga Aryaguna—pemilik seluruh airport di negara ini—sampai sekarang menolak kerja sama dalam program kunjungan bebas antar dua negara.

Pangeran Martaka berdecak, dia lalu menjauhkan tubuhnya dari meja dan menghempaskannya di kursi kerja. "I even had several discussions with the royal council, summoned the Aryaguna family, and entertained them in the kingdom. But they still chose to be stubborn. I'm really at my wit's end now!" ujarnya sambil menggebrak keras meja kerja.

Bukan cuma Pangeran Martaka, tapi Handjoko sendiri juga sudah kehilangan kesabarannya. Kalau tidak ingat dia banyak merepotkan Pangeran Martaka akhir-akhir ini, Handjoko tidak akan mau mencoba untuk membujuk Adji di banyak kesempatan ketika mereka berdua ada di Jakarta untuk kembali mempertimbangkan masalah bebas kunjungan antara Indonesia dan Daher Reu.

Karena dari banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi—yang sempat membuat Handjoko pusing bukan main—hanya persetujuan keluarga Aryaguna saja yang belum bisa didapatkannya.

Meski tahu kalau apa yang akan dikatakannya bisa membuat Pangeran Martaka ikut pusing juga, Handjoko kembali buka suara. "Actually, this has been a source of concern for me and my team recently, but I try not to express it casually. However, the Indonesian side has stated, through their committee, that they cannot advance with the rest of the process unless we open up access to free visits between both countries."

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now