21. Where is my mommy?

Comincia dall'inizio
                                    

Karena ancaman kecil itu akhirnya mereka berduapun masih setia mengintip dari balik pohon kegiatan Bonnie. Bahkan orang-orang yang berada ditaman itu sempat mengira mereka penculik anak-anak yang sedang mengintai.

"Ahh Bonbon capek." Bonnie berhenti menendang bola karena kelelahan.

"Ayo kita ke ibuku, dia membawa banyak camilan dan ada adik ku yang masih bayi disana juga. kau mau ikut?!" Tawar anak laki-laki itu pada Bonnie.

"Um Bonbon mauuuu makan camilann! tunggu yah." Bonnie mengambil wadah belalangnya dan berjalan mengikuti Eric.

Eric tertawa karena Bonbon langsung semangat ketika mendengar kata camilan darinya.
.
.
.
.
.
"Uwahh lucunaaa..." Bonnie memandang berbinar ke arah bayi mungil adik eric yang masih tertidur di kereta bayi. Tangan gembulnya yang sedang memegang cupcake seketika mengarahkanya ke mulut bayi yang sedang tertidur.

"Bayi tidak memakan cupcake dia masih meminum susu, " Jelas Ibu Eric sembari tersenyum melihat tingkah polos Bonnie.

"Bonbon juga macih minum cucu apakah Bonbon macih bayi onty?"

Ibu Eric kembali tersenyum, "Kamu balita.." Ibu eric menoel hidung kecil itu.

Bonnie mengangguk-ngangguk seolah mengerti, lantas balita gembul itu mengarahkan perhatiannya pada bayi yang masih asik tertidur pulas, tak terganggu sedikitpun dengan obrolan kecil mereka.

"Lucu kan namanya Erica...," Eric tiba-tiba berbicara.

"Elica? dia pelempuan yah onty?!" tanyanya pada ibu Eric.

"Benar sakali."

"Uwahh Bonbon ingin adik bayi juga, kila-kila Bonbon bica beli dimana yah...," Bonbon bergumam.

Ibu Eric tertawa mendengar gumaman itu. "Adik bayi tidak bisa beli ditoko, kalau Bonbon mau, minta pada ayah dan ibumu."

"Minta pada daddy makcudna?"

"Um benar daddy dan mommy..." Ibu Eric mengira Bonnie memanggil ibunya dengan nama mommy. Karena Bonnie memanggil sang ayah dengan sebutan daddy.

"Mommy?" Balita itu mendadak bingung. Dia punya daddy, kakak Elmer, Abel dan Ace. Ada papa Devan juga tapi mommy? "Mommy itu cepelti apa onty?" tanyanya pada ibu Eric. 

Ibu Eric yang mendengar itupun lantas bingung, ia bertatap-tatapan dengan Eric sebentar seolah bertanya. apakah balita di depannya ini tidak punya ibu?

Ibu Eric mengelus kepala Bonnie pelan. "Mommy itu adalah orang yang merawatmu sedari kecil..."

"Apakah cepelti onty Malia dia pengacuh Bonbon dia lawat Bonbon dali kecil, onty Malia juga bacakan Bonbon buku celita?" Lagi-lagi Bonnie menatap ibunya Eric dengan bingung.

"Pengasuh berbeda dengan ibu, ibu adalah orang yang melahirkan kita ..."

Dahi Bonnie mengkerut anak usia tiga tahun itu berusaha mencerna kata-kata yang baru ia dengar, mungkin ia harus bertanya pada daddy perihal mommynya...
.
.
.
.
"Bye bye kak Elic dan juga adik Elika! camilannya enak telimakacih yah! campai jumpa lagi." Bonnie melambaikan tangan gembulnya pada Eric beserta ibunya.

Eric dan juga ibunya pun balas melambaikan tangan pada si gembul sebelum melangkah pergi dari sana, rencananya mereka akan pulang hari ini. Eric dan ibunya memang bukan penduduk asli dari kota tempat Bonnie tinggal mereka kesana karena sedang mengujungi pamannya yang sedang sakit dan kebetulan bertemu Bonnie ketika bermain ditaman.
.
.
.
.
.
Sepanjang perjalanan Bonnie melihat banyak pasangan ayah, ibu dan anak yang sedang pulang juga dari taman bermain. Bonnie mengayuh sepedanya dengan pelan dan tampang murung mendadak suasana hatinya jadi muram.

"Hei ada apa dengan tuan muda kecil?" Salah satu penjaga berbisik ke telinga temannya.

"Mana kutau kenapa kita tidak tanyakan saja apa yang terjadi padanya..."

Salah satu penjaga akhirnya maju untuk menanyakan kenapa bayi gembul itu murung. "Tuan muda kecil ada apa?"

Bonnie menggeleng tidak menjawab pertanyaan itu dan terus mengayuh sepedannya dengan pelan. Sampai di mansion pun ia menaruh sepedanya sembarangan.

Para pelayan yang menyambutnya pun tidak ia hiraukan, tidak biasanya tuan muda kecil mereka bertingkah seperti itu biasanya ia akan selalu ceria dan tersenyum.

Balita itu lantas berlari menuju dapur kemudian menghampiri Maria dan memeluk kedua kakinya erat, Bonnie lalu menangis. "Hic... hic... hic!"

Maria seketika bingung kenapa tuan muda kecilnya menangis? apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada yang melukai tuan muda kecilnya ketika keluar tadi?  ia kemudian menggendong Bonnie dan bertanya dengan lembut. "Tuan muda kecil ada apa?"

"Onty hic kenapa Bonbon tidak punna mommy apa Bonbon nakal? huwaa." Tangisannya semakin keras.

Maria tidak menjawab dan malah mengelus punggung itu pelan ia benar-benar bingung harus menjawab apa...
.
.
.
.
.
Dominic melangkah tegap kedalam mansion diikuti dengan Deon dibelakangnya.

"Maria mana putra bungsuku? tumben sekali ia tak menyambutku pulang?" Tidak biasanya putranya itu tidak menyambutnya biasanya Bonnie akan memeluk kedua kakinya atau meminta gendong dan bertanya soal oleh-oleh.

"Tuan muda kecil dia ada di dalam kamarnya tuan."

"Apakah ia sudah tidur?"

"Itu sebenarnya...." Maria akhirnya menjelaskan apa yang terjadi begitu pula tentang pertanyaan Bonnie padanya.

Dominic menghela nafas kemudian melangkah ke kamar putra bungsunya itu.
.
.
.
.
.
Bonnie merasakan kepalannya dielus ia membuka mata perlahan dan melihat sang ayah sedang mengelus rambutnya. Ia juga merasakan keningnya dikecup.

"Daddy?"

"Hum? daddy membangunkanmu? maaf tidurlah lagi.

Bonnie menggeleng, Balita itu naik ketubuh sang ayah, Bonnie merebahkan kepalanya di dada Dominic.

"Apa yang terjadi padamu hari ini hm? apa semua baik-baik saja?" Dominic bertanya dengan masih mengelus tubuh gembul itu pelan.

"Daddy apakah Bonbon nakal? Bonbon bukan anak baik yah? Bonbon tidak punna mommy Bonbon anak nakal huaa.." balita itu akhirnya menangis keras.

Dominic menghela nafas sebelum membawa tubuhnya bangun dan menggendong Bonnie ke dekat jendela yang sedang menampakan langit malam berbintang. " Kau punya..." Dominic berkata pelan..

"Daddy hic tidak belbohongkan? teluc mommy Bonbon ada dimana hic?" Bonnie memandang Dominic dengan muka sembab karena menangis. Pipinya yang gembul itu sudah memerah begitu pula hidungnya, lelehan air mata mengalir deras di kedua pipi bulat itu. Putra bungsunya jadi nampak menyedihkan.

Dominic mengusap pipi itu lembut, ia tersenyum lirih. "Mommymu ada di atas sana bersama dengan bintang."

"Makcudna daddy?" Bocah gembul itu mengusap air matanya.

"Tuhan terlalu menyayanginya..."

Bonnie yang mendengar itu lantas membulatkan matanya, ia sedikit paham dengan perkataan Dominic karena Bonnie termasuk balita yang cerdas."Bonbon akan doakan mommy agal mommy tenang di culga," Bonnie berujar balita itu tidak menangis lagi walau pipinya masih memerah dan bekas air mata masih terlihat jelas.

"Kalau boleh tau nama mommy ciapa daddy?"

"Lavenia..." Dominic memeluk Bonnie erat, biasanya ia akan sangat menderita jika mengenang tentang wanita itu. Sudah lama rasanya ia tak menyebut nama wanita itu.

Keduanya pun berpelukan sambil memandang jauh bintang-bintang diatas sana.

'Dia bukan putra kandungku namun rasanya sangat nyaman. aku harap kau mencintainya seperti diriku dan anak-anak.'
.
.
.
.
.
TBC .

Tinggalkan comment yah onty uncle!♡

Wp bener-bener eror kadang up no notif dan kalau up kadang notif chapnya gk bisa di open. Capek deh hiks

Kalau gk bisa di open kalian langsung buka akunku dan cari ff Bonnie lalu pencet chap terakhir atau read langsung dari perpus okee♡

BONNIEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora