34. Putra kesayangan Daddy!

17.3K 1.7K 95
                                    

Holaa!

Sebelum membaca tekan bintang dulu.♡

Double up dulu yah besok baru up lagi mataku tinggal beberapa wat doang haha.
.
.
.
.
.
"Ahhhhkkkk!"Di penjara bawah tanah yang pengap dan berbau busuk Isabel di dudukkan diatas kursi yang sudah dialiri listrik bertegangan rendah lalu gadis itupun di setrum.

Isabel bahkan berteriak memanggil sang ibu namun wanita itu tidak lah datang. Gadis itu memejamkan mata (tak sadar) setelah berkali-kali disetrum oleh benda yang tidak ia ketahui namanya itu.

Deon yang melihat itu lantas menyuruh para penjaga menghentikan hukumannya dan mengurung Isabel disana bersama para tikus dengan kondisi gelap. Isabel akan mendekam di ruang bawah tanah selama beberapa hari. Itu yang Dominic perintahkan padanya.

Tidak ada belas kasihan dalam mata Deon melihat Isabel terkapar tak berdaya di atas kursinya. Dia sudah dilatih menjadi seorang darah dingin untuk menjadi tangan kanan masternya. Pria itu menyuruh penjaganya menutup pintu pagar penjara. Mereka akan kembali ke atas meninggalkan gadis kecil itu sendirian.
.
.
.
.
.
Dominic menandang sendu ke arah sang putra. Bola Bulu kapasnya yang lembut dan kenyal telah dinodai keindahannya. Dominic lantas mengelus pipi itu. Daddy tampan itu juga mencium dagu Putranya yang di perban. "Apa ini sakit?"

"Cakit tapi Bonbon tahan kalena Bonbon pahlawan kelen." Putranya berkata tanpa beban.

Dominic tersenyum, bayi bulat kesayanganya itu selalu saja bisa menghiburnya.

"Ayoo buka mulutmu..." Dominic kemudian dengan setia menyuapi putra bungsunya karena si gembul itu merasa lapar selesai bermain puzzle.

Ketika makan malam Bonnie hanya memakan anggur karena takut dengan pamannya Max, mungkin itulah penyebab putranya kelaparan menjelang tengah malam. Dominic sesekali memperhatikan lebam di pipi putranya. Pipi bulat yang biasanya bersemu kemarahan itu jadi sedikit jelek karena kelakuan tak bertanggung jawab seseorang.

Bonnie menggeleng pipinya sedikit menggembung. Ia menolak suapan dari sang ayah. "Bubul lembek Bonbon tidak cuka."

"Pipimu masih sakit jadi makanlah makanan yang lunak." Dominic menasehati sambil berusaha menyuapi Bonnie.

"Pelmen jelly lembek daddy, gulali dan pelmen kapac juga....nyam nyam." Bonnie mengusap perut gembulnya seketika ia makin menjadi lapar karena memikirkan makanan manis yang ia inginkan.

Dominic menghela nafas. "Gigimu akan sakit dan kau akan dimarahi papa jika makan itu. Makanlah ini dulu. Ini bubur daging yang enak. kau mau onty Maria menangis karena bubur buatannya tak kau habiskan?"

"Onty Malia nangic?"

"Um dia akan menangis kalau kau tak menghabiskan buburnya."

"Kalau gitu daddy caja yang habickan! cupaya onty Malia tidak nangic." Bonnie berucap enteng tanpa tau perkataan dari sang ayah.

"Hah." Dominic kembali menghela nafas berusaha untuk sabar, tidak biasanya ia bisa menahan kesabaran. Ini demi putranya agar mau makan. "Sayang kau tau... jika putra daddy tidak memakan bubur buatan onty Maria sendiri, maka dia akan sedih. Bubur ini di buat dengan tulus agar kau cepat sembuh. Ada sebuah doa, cinta dan harapan di dalamnya."

Bonnie menatap ayahnya. "Dengan tuluc cupaya Bonbon cepat cembuh?"

"Um."

"Kalau gitu Bonbon mau makan bubulnya bannak-bannak." Bonnie menjadi bersemangat menghabiskan buburnya ketika ayahnya bilang bubur itu dibuat dengan cinta.

"Anak pintar." Dominic mengusak rambut lebat putranya.

"Bonbon memang anak daddy yang pintal," ujar si kecil.

BONNIEOnde histórias criam vida. Descubra agora