87 - reuni dan permintaan maaf

Start from the beginning
                                    

Namun mereka disambut dengan manik safir teduh yang sangat mereka rindukan itu. Manik safir biru bagai lautan dalam, sangat dalam hingga ombak tak akan terlihat. 

“..Taufan.” Gumam Halilintar, manik rubinya sedikit membelalak saat melihat sosok sang adik yang terlihat jauh lebih ringkih dibanding saat terakhir ia melihatnya. 

Halilintar sangat ingin menghampirinya, namun ia tak berani. Apakah ia benar-benar pantas untuk bahkan menatap mata sang adik setelah apa yang telah ia lakukan padanya selama ini? 

Tanpa ia sadari, ia membuang pandangannya dari sosok sang mantan pengendali angin itu. Sertakan Blaze dan Thorn sudah lebih dahulu menghampiri Taufan. 

“Kak Taufan, ini betulan kau kan?” Tanya Blaze sambil menggenggam tangan Taufan yang masih dipasangi plester bekas infusan yang tadi pagi baru dilepas. 

Thorn sepertinya lebih peka akan hal itu, ia langsung mengusap lembut bekas infus itu seraya berucap pelan pada Blaze, “jangan terlalu kuat, ada bekas infusan.” 

Thorn menatap figur Taufan, tentu ini bukanlah tampang orang yang baik-baik saja. Benar, bisa selamat dari segala hal yang terjadi pada Taufan saja sudah seperti mukjizat. 

Mukjizat, atau kekeras kepalaan seseorang. 

“Kak Tauf–” Ucapannya disela oleh Gempa yang ternyata sudah ada disebelah Thorn. 

“Bagaimana kabarmu kak?” Tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca. 

Senyuman tipis dan anggukan yang lemah Taufan berikan kepada mereka sebagai jawaban. “seperti yang kalian lihat..” Jawabnya. Akan terlalu kejam jika ia harus bilang bahwa kondisinya sangat buruk sampai terkadang ia ingin memilih untuk menghentikan semua upaya preservasi ini, namun di lain sisi, “baik-baik saja” Bukanlah kata-kata yang bisa menggambarkan dirinya. Ia memang sudah lama untuk selalu berpura-pura untuk baik-baik saja, dan ia pikir ia hebat dalam hal itu. Namun ternyata, ia sudah terlalu lelah untuk mengatakan jawaban basi seperti itu. Belum lagi sampai sekarang hatinya membuat dirinya bingung. 

Taufan kira, ia akan bahagia jikalau bertemu lagi dengan saudara-saudara yang telah mengetahui kebenarannya dan memaafkannya. Namun nyatanya, saat segala perandaian itu terealisasi, rasa berat dalam hatinya belum juga menghilang. Ia tidak lagi mengerti dengan dirinya. Padahal saat bertemu dengan Solar, ia dapat merasakan kebahagiaan dan kerinduan untuk sang bungsu. 

Padahal yang lain juga saudara mereka, tapi kenapa perasaan yang ia miliki tidaklah sama? Namun segala kebingungan yang ia rasakan itu terpecah saat Thorn kini membungkuk dihadapannya. 

“Maafkan aku ya kak.” Ucapnya pelan. Manik emeraldnya bergetar pelan. Sebelum Taufan memiliki kesempatan untuk bereaksi, Ice dan Blaze juga ikut membungkuk bersamanya. “Aku juga minta maaf, kak Taufan.” Ucap Blaze. 

“Aku pernah marah padamu tanpa mengetahui kebenarannya.” Lanjut Blaze yang menahan isakannya. 

“Aku sungguh bodoh, selalu menolak upayamu untuk menjelaskan, selalu mendorongmu jauh namun juga bertingkah sok akrab kepadamu seakan aku tidak menyakitimu.” Lanjut Blaze. 

Ia sadar diri, dulu ia dan saudaranya yang lain marah kepada Taufan karena kejadian yang menimpa BoBoiBoy. Ia menjauhinya, melampiaskan amarahnya padanya, namun setelah Taufan menjauh, ia merasa bahwa ia tidak boleh membiarkannya. Ia merasa menjadi seorang pengecut karena tak pernah berusaha mengerti namun juga tetap berusaha untuk memastikan bahwa tali ikatan persaudaraan dengan Taufan tak terlepas. 

Mungkin tingkahnya yang terkadang mendorong Taufan menjauh namun juga menariknya untuk mendekatlah yang menambahkan rasa sakit di hati sang kakak bermanik safir itu. 

Dan rasanya, tidak adil jika ia dapat melimpahkan segala emosi dan kerinduan yang ia rasakan kepada Taufan padahal selama ini ia selalu berbuat sesuka hati pada sang kakak. 

Taufan sepertinya terkejut dengan pemandangan dihadapannya. Tubuhnya yang sudah tidak bisa berfungsi normal itu membutuhkan waktu untuk memproses segala yang terjadi di hadapannya saat ini. “.. Jangan di lantai seperti itu, berdirilah–” 

Ice yang sedari tadi terdiam dan berlutut, kini membuka suara, “aku juga—” 

“Terlalu banyak hal jahat yang kulakukan kepadamu.. Aku tahu akan berat untuk memaafkanku, jadi kau tak perlu melakukannya jika merasa terbebani, namun, setidaknya biarkan aku mengatakan ini padamu.” 

“Maafkan atas segala perbuatanku selama ini.. Awalnya, itu semua hanyalah caraku untuk melindungi diri dari rasa sakit, namun lama kelamaan itu menjadi caraku untuk menghindari rasa takut akan kebenaran dan konsekuensi dibalik tindakanku. Aku baru menyadarinya setelah sudah telat, tapi aku berjanji, aku sudah belajar untuk berintropeksi diri kak–” 

Kak? Apa aku masih pantas memanggilnya kak?

“Aku tahu ini akan membebanimu, oleh karena itu kau tak perlu bilang bahwa kau memaafkanku, kau boleh merasa benci padaku, aku akan berusaha sebisa mungkin untuk membetulkan apa yang sudah kurusak.” Ucap Ice, ini adalah kalimat terpanjang yang ia ucapkan minggu ini. 

Setelah ia selesai dengan kalimat panjangnya, keheningan tercipta diruangan itu. Adik bungsu mereka kini muncul dari ruangan lain sambil membawa nampan berisikan air minum, “sudahi dulu topik pembicaraan kalian itu.” 

“Minum ini dan kembalilah.” Ucapnya sambil menyuguhkan gelas berisikan jus jeruk segar. 

Diantara saudaranya yang lain, wajah Gempa seakan mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan ucapan Solar. “next time, datang kesininya tidak perlu rombongan. Kalian hanya akan membuatnya kelelahan.” 

//author's note//

maaf ya updatenya slow banget, dan minal aidin wal faizin semuanya.

Sejujurnya karena passionku bukan di fandom ini lagi, butuh energi lebih buat lanjutin agent au ini, tapi komitmen awalku emang sampe namatin kok, jadi walau mungkin it takes time, tapi insyaAllah aku bakal lanjut agent au sampe tamat...

Makasii atas support yang kalian berikan yaa gais, maaf gabisa balesin satu-satu..

Minta doanya biar lancar terus semuanyaa yaa



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Where stories live. Discover now