Gerald rasa, sekarang waktu yang tepat untuknya pergi bersama Kalea. Toh, Gara pun sepertinya sedang asyik dengan Pearly. "Gue coba ya, Lea."

Lantas Gerald kembali ke meja makan untuk meminta izin pada Gara sebab tak mungkin ia bisa kabur keluar dari rumah begitu saja.

"Pa, Gege mau keluar sebentar. Mau beli buku untuk hari Senin."

"Boleh. Papa dan Pie akan temani," jawab Gara mengizinkan, tetapi dengan syarat yang membuat Gerald menghela napas panjang.

"Papa ngapain ikut? Gege udah besar, nggak perlu ditemani---"

"Kamu kira Papa tidak pernah remaja? Papa tidak yakin kamu mau beli buku. Buktinya kemarin, kamu minum sama teman kamu di bar padahal kamu tahu bar itu tempat tidak baik untuk anak seusia kamu. Kalau kamu memang sudah besar, harusnya kamu tahu mana yang baik dan buruk. Jujur, kamu mau ke mana sebenarnya?"

Gara menatap curiga pada sang anak. Jelas saja, Gerald itu adalah keturunannya sendiri yang sifatnya sama persis dengan dirinya waktu masih usia remaja. Memainkan alibi demi bisa keluar malam untuk sekedar bermain agar diperbolehkan sudah menjadi makanan sehari-hari Gara. Terlebih, saat ini Gerald punya pacar. Perempuan yang tidak benar itu pasti akan merusak anak satu-satunya ini.

"Kamu mau keluar sama perempuan itu, 'kan?" tanya Gara lagi, dan kini membuat Pearly yang tadinya asyik memakan buah strawberry menjadi tertarik akan pembahasan antara ayah dan anak tersebut.

Gerald berdecak sembari menggeleng. "Papa kenapa sekarang jadi gampang curiga sama Gege, sih? Pasti lo yang mempengaruhi Papa gue, 'kan? Gue tahu lo benci banget sama gue, tapi nggak gini caranya!" Ia beralih menunjuk Pearly.

Pearly tak terima dituduh sembarangan, lantas ia lempar buah strawberry yang hendak ia masukkan ke mulutnya. "Sembarangan lo. Gue nggak tahu apa-apa, jangan nuduh! Drama banget sih, jadi lakik!"

"Bilang aja lo mau ketemu Kalea dan nana-ninu! Kayak gue nggak tahu aja jalan pikir lo berdua! Pake alesan beli buku segala," nyinyir Pearly, membuat Gara menatap tajam sang anak.

"Apa yang diucapkan Pie benar? Kamu mau ngapain sama perempuan itu? Jangan mau kamu dirusak! Putuskan hubungan kalian, Gerald!"

"Tidak ada keluar bagi kamu. Papa harus menjaga pergaulan kamu mulai sekarang. Kalau mau keluar, setidaknya kamu harus ditemani oleh Papa atau Pie." Gara menegaskan kembali peraturan yang ia buat tadi pagi.

Anak seusia Gerald sedang masuk ke dalam fase mencari jati diri, atau sering dibilang sedang nakal-nakalnya. Jika tidak diawasi, pergaulannya akan menjerumuskan ke dalam hal negatif yang akan merusak masa depannya sendiri. Gara tidak mau sang anak terjerumus ke dunia gelap itu, sebab Gerald adalah putra semata wayang yang benar-benar harus ia jaga kehormatannya.

Membatasi pergaulan Gerald adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Meskipun sibuk, Gara akan selalu meluangkan waktu untuk berbicara berdua demi menjaga sang anak dari pergaulan tak benar.

"Pa, Papa nggak bisa larang Gege untuk dekat sama siapa pun---"

"Papa memang tidak pernah melarang kamu untuk dekat dengan siapa pun. Tapi, setidaknya kamu harus tahu diri! Kamu masih anak-anak yang menjadi tanggungan Papa! Bisa apa kamu tanpa Papa? Putuskan hubunganmu dengan perempuan itu, atau seluruh fasilitas kamu Papa sita? Papa melakukan ini untuk kamu agar pikiran kamu terbuka."

"Pilihan di tangan kamu," imbuh Gara sekali lagi, kini suaranya benar-benar tegas seperti sang ayah yang tengah mendidik buah hatinya.

Pearly bungkam, ia tidak mau mengganggu bapak-bapak yang sedang memarahi anaknya. Gara persis sekali seperti Rei jika marah. Pearly tahu perasaan Gerald sekarang pasti sangat marah dan kecewa. Ia bisa merasakan itu karena ia pernah beberapa kali dibentak oleh Rei atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

TAKEN YOUR DADDY [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now