DTYT-J'en ai ras-le-bol!

4.3K 962 228
                                    

J'en ai ras-le-bol!

I've had enough of this!












Kapan terakhir kali Handjoko dibuat marah sebesar ini, sampai dia sulit mengendalikan emosinya sendiri?

He was a calm person, according to others and himself, who never made reckless judgments, did not prioritize his emotions over reasoning, and never lost control of his own emotions. He was raised in this way.

Tapi, akhir-akhir ini—atau bisa dibilang semenjak mengenal Upih—Handjoko jadi meragukan dirinya sendiri. Dia terlalu banyak melanggar peraturan-peraturan ketat yang dia buat sebelumnya, dan lebih buruknya Handjoko melakukannya antara sadar dan tidak sadar.

It was his first time, and it was overwhelming. Lucunya, ini bukan soal Handjoko yang merasa keberatan, tapi mengenai emosinya yang meledak-ledak—yang diwajarkannya—karena masalah yang dihadapi Upih.

Handjoko tidak ingat seberapa kalutnya ia meminta Darma untuk mengantarkannya ke alamat yang diberikan Rumi setelah menerima pesan dari pria itu yang mengatakan kalau mantan kekasih Upih—Oliver—tiba-tiba datang ke set photoshoot Upih, membuat sedikit keributan tidak jelas bersama teman yang dibawanya.

Bersama Adji yang memaksa untuk ikut, Handjoko memutuskan untuk menghampiri Upih di sana karena permintaan wanita itu sendiri.

"She had never asked me for such things before, and if they could be hidden, she would keep everything from me, as she did in earlier times. But this time, she told me to come there..." Handjoko bergumam dengan lututnya yang terus bergerak tidak nyaman di kursi penumpang.

Ia berdecak menemukan jalanan Jakarta yang penuh siang ini, sungguh... He disliked the city's high vehicle count because it hampered many activities.

"Kamu sudah mencoba mencari tahu soal mantan kekasihnya itu?" tanya Adji yang duduk di sebelahnya. "Do you want me to help you? The point is, we know his relationship with his ex-girlfriend—not Upih—was problematic. You have evidence that he was violent during their relationship, right? And this doesn't rule out the potential that Upih had a similar experience, am I right?"

Handjoko mengerjapkan matanya lambat, sementara itu tangannya mengepal erat bersamaan dengan helaan napas kasar yang keluar dari bibirnya.

Sebenarnya kemungkinan semacam itu sudah dipikirkan Handjoko ketika dia mendengar penuturan Rumi soal Bella—mantan kekasih Oliver—yang mengalami kekerasan sepanjang menjalin hubungan dengan Oliver, tapi Rumi dan Widya—yang ditanya Handjoko—bersumpah tidak tahu apa-apa soal hubungan Upih dan Oliver sebelumnya.

Handjoko sendiri belum berani untuk bertanya langsung ke Upih karena kekasihnya itu masih belum mau menceritakannya sendiri, bukannya pasif—Handjoko mencoba menghargai Upih untuk datang kepadanya—menceritakan semuanya ketika wanita itu siap dan sukarela membagi kisahnya bersamanya.

Perasaan Handjoko berubah tidak tenang sepanjang perjalanan, yang katanya singkat terasa begitu lama baginya.

Kepala Handjoko mengangguk sekali, "I have a little information, but unfortunately, he is too clean. It looks like his family is helping him, as Rumi informed me that Oliver has been involved in a few controversies that, regrettably, never made it to the media," tuturnya, mengingat kembali pembicaraannya dengan Rumi setelah kunjungan pertamanya ke rumah sakit bersama Ibunya.

"Ya, 'kan, tinggal kita buat semuanya 'terlihat' di media?" Adji menimpali santai. "You now have a lot of assistance, and I feel you have allowed this situation to drag on for far too long. Aren't you concerned about your girlfriend?" tanya pria itu, menyeringai—seakan mengejek kalau kelambatan Handjoko dalam mengendalikan masalah ini ada sangkut pautnya dengan kejadian yang menimpa Upih hari ini.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now