🌿02

7 1 0
                                    

"hmm, Akbar" suasana yang canggung seperti ini membuat Hanin agak sedikit ragu membuka percakapan dengan lelaki yang berada disampingnya, sejak keluar dari ruangan pak Gibran, tak satu kata pun keluar dari bibir nya, entah bagaimana caranya memulai percakapan dengan manusia seperti Akbar ini.

Hanin bisa dibilang juga hampir seperti Akbar, yang irit bicara, bicara hanya sekedar nya saja jika itu diperlukan, tapi berbeda selama Hanin bekerja di perusahaan ini, tampaknya Hanin sendiri melihat sisi baru diri nya, jika di kantor ia menjadi ramah, periang, juga bisa cerewet.

Berbeda di malam hari di kost sendiri membuat nya lebih asik dengan dunia nya yang lebih banyak diam, memutar memori yang terkadang membuatnya lelah dan yah malam hari adalah waktu yang tepat untuk overthingking bukan? Tentu saja itu yang selalu menjadi rutinitas orang muda masa kini.

"Ya?" melihat respon Akbar yang seperti itu, Hanin mengerti mungkin pembawaan lelaki itu memang seperti ini.

" Sudah punya pengalaman kerja sebelumnya?"

"Belum" singkat, padat, dan jelas ah lelaki ini tatapannya datar sekali, membuat Hanin bergumam sendiri "sabar Nin"

"Usia berapa?" Akbar menoleh sekejap, mengingat Hanin ini berukuran mini, dia agak menunduk untuk memandang wajah gadis disampingnya yang sedang berusaha mengobrol dengannya.

"22 tahun, fresh graduate"
Pantas saja lelaki ini belum punya pengalaman kerja, eh tunggu 22 tahun? Pikir Hanin anak ini terlalu dewasa pembawaannya, Hanin pikir seusia dengannya.

"Panggil saya mbak aja kalo gitu" Akbar menaikkan sebelah alisnya, sepertinya ia perlu penjelasan

"Saya lebih tua dari mu 3 tahun, orang dikantor ini sering memanggil saya dengan sebutan mbak Hanin"

Akbar mengangguk tanda mengerti.

Kini Hanin sudah tiba di ruang kerja, mengambil alih atensi para karyawan yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Permisi, guys mohon maaf mengganggu sibuknya sebentar. hari ini kita kedatangan temen baru dikantor, namanya Muhammad Akbar see hai guys"
Ujar gadis itu bersemangat

"Hai bar"
"Gue zevanya, panggil aja Anya atau gak sayang juga boleh"  Ucapan Anya dihadiahi toyoran di kepala nya oleh Eriska

"Huuuuuu, centil nya bukan maen" timpal Sabda, sabda dan Anya memang seperti kucing dan tikus, kedua nya terkadang adu mulut berakhir Hanin yang menengahi mereka agar saling berbaikan, terkadang Eriska akan bilang "jangan benci-benci banget, kelar sekantor disini nanti ujungnya serumah" biasanya Anya dan Sabda akan berekspresi 'amit-amit.

Satu persatu dari mereka memperkenalkan nama nya pada Akbar, dibalas senyum ramah oleh lelaki itu, membuat beberapa kaum hawa di ruangan itu merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya 'Alay!!

"Bar, emang kebiasaan disini cara perkenalannya gak formal-formal banget. Salah satu hal yang bikin betah kerja disini itu tadi, mereka seru, gak ada jaim, tapi tahu batasan"

"Oh iya, satu lagi peraturan di kantor, gak boleh terlibat perasaan dalam artian pacaran satu sama yang lainnya, yah gimana sih itu buat  ketenangan masa kerja kecuali yang mau nikah "

Akbar tampak memperhatikan, tapi tunggu, dilarang terlibat perasaan? Peraturan macam apa itu?  Bukan kah itu egois?

Akbar terus memperhatikan, tanpa ada niat untuk membuka mulut nya ia terus memperhatikan Hanin dengan tatapan entah itu apa, tapi sepertinya menunggu Hanin menjelaskan peraturan itu dengan jelas mungkin?

"Maksudnya kalo ad yang ketahuan pacaran, salah satu dari pasangan itu mau gak mau harus keluar, karena perusahaan ini hanya ada saudara, katanya untuk menjaga kewarasan dalam bekerja mungkin, tapi gak papa korban satu terus nikah hehe" Hanin menjelaskan dengan kekehan diakhir kalimatnya ia bercanda toh sekalipun benar tidak Masalah, jujur saja Hanin tidak terlalu mempermasalahkan atau pun memikirkan aturan itu. Aturan seperti itu tidak adapun, Hanin tetap tidak akan menjalin hubungan dengan orang-orang di kantor nya, karena Hanin mengaggap mereka hanya sebatas teman atau saudara, lagi pun gadis itu tak ada niat menjalin hubungan dengan siapapun kecuali dengan ikatan pernikahan.

TIRAKAT CINTAUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum