Chapter 2

14 5 3
                                    

**Misteri Kedai Sihir**

Matahari mulai tenggelam ketika Axxa dan Liana meninggalkan kedai kopi. Udara menjadi sejuk, dan suasana kota berubah menjadi lebih tenang. Mereka berjalan berdampingan, meskipun Axxa masih merasa ragu dengan keputusannya untuk bergabung dengan Liana.

Liana merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Kau tahu, aku punya teman yang memiliki toko perlengkapan sihir di sini," ujarnya dengan nada yang santai, "Mungkin kamu akan suka mengunjunginya."

Axxa merasa tegang mendengarnya. Dia tidak ingin Liana mengetahui tentang buku sihir kuno yang dia bawa. Namun, dia tidak bisa menolak tawaran Liana tanpa menyulitkan situasi. "Mungkin lain kali," jawab Axxa dengan hati-hati.

Liana menatap Axxa dengan mata yang penuh tanda tanya. "Baiklah, seperti yang kamu mau," kata Liana dengan senyum yang tipis.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju toko perlengkapan sihir. Toko tersebut terletak di sudut jalan yang gelap, dengan tanda-tanda sihir yang bersinar lembut di depan pintunya. Saat mereka masuk, aroma rempah-rempah dan lilin menyambut mereka.

Di dalam toko, Axxa merasa terpesona. Rak-rak penuh dengan botol-botal berisi ramuan sihir, kristal, dan benda-benda ajaib lainnya. Di balik meja kasir, seorang pria tua dengan jenggot putih dan topi merah duduk dengan tenang.

Liana berjalan menuju pria tua tersebut. "Ini temanku, Axxa," kata Liana sambil menunjuk Axxa.

Pria tua itu menatap Axxa dengan mata tajam. "Selamat datang, Axxa. Liana sudah bercerita banyak tentangmu," ujarnya dengan suara yang merdu.

Axxa merasa terkejut. "Terima kasih, Pak. Senang berkenalan dengan Anda."

Pria tua itu tersenyum lebar. "Nama saya Eldrin. Liana mengatakan bahwa kamu memiliki minat dalam dunia sihir?"

Axxa mengangguk, mencoba untuk tidak menunjukkan ketegangan yang dia rasakan. "Ya, saya memang tertarik," jawabnya singkat.

Eldrin mengangguk. "Mungkin kamu ingin melihat-lihat barang-barang di toko ini? Siapa tahu ada yang menarik perhatianmu."

Axxa merasa tertekan. Dia tidak ingin Eldrin mengetahui tentang buku sihir kuno yang dia bawa. Namun, dia merasa bahwa dia harus berbuat sesuatu untuk tidak menarik perhatian. Dia mulai berjalan-jalan di sekitar toko, mencari-cari barang yang bisa dia tunjukkan kepada Eldrin.

Di salah satu rak, Axxa menemukan sebuah kristal bercahaya yang terlihat sangat misterius. Dia merasa tertarik dan memutuskan untuk menunjukkannya kepada Eldrin. "Pak Eldrin, apa ini?" tanya Axxa sambil menunjuk kristal tersebut.

Eldrin mengangkat alisnya, tampak terkejut. "Ah, kristal ini sangat langka. Dia memiliki kekuatan untuk memperkuat energi sihir."

Axxa merasa lega. Dia tidak menyadari bahwa dia telah menemukan benda yang begitu berharga. "Benarkah? Sangat menarik," ujarnya dengan bersemangat.

Liana, yang mengamati dari kejauhan, merasa semakin penasaran. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang Axxa sembunyikan, dan dia bertekad untuk mengetahui kebenarannya.

Di luar toko, Liana memutuskan untuk bertanya kepada Axxa. "Kenapa kamu terlihat begitu tegang di toko tadi? Apa yang kamu sembunyikan?"

Axxa terkejut mendengarnya. Dia tidak tahu harus menjawab apa. "Tidak ada yang disembunyikan, Liana. Saya hanya sedikit terkejut dengan keindahan toko ini," jawab Axxa, berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Namun, Liana tidak puas dengan jawaban itu. "Axxa, kita harus jujur satu sama lain. Ada sesuatu yang kamu sembunyikan, dan aku ingin tahu apa itu."

Di dalam hatinya, Axxa merasa terjepit. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus menyembunyikan rahasia kekuatannya dari Liana. Namun, dia juga tidak ingin membahayakan Liana dengan membuka rahasia tersebut.

Kini, di tengah-tengah perjalanan yang mereka jalani, Axxa dan Liana harus memutuskan apakah mereka akan berbagi rahasia mereka satu sama lain, atau tetap menjaga jarak dengan menyimpan misteri yang mereka miliki.

---

Aku Lebih Kuat Daripada Sang Pahlawan, Jadi Aku Menyembunyikan Kekuatkanku! Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz