DTYT-T'es malade ou quoi?

3.8K 910 276
                                    

T'es malade ou quoi?
Are you crazy or what?














"Mbak Upih kelihatan happy banget kayaknya, ya, hari ini? Mukanya berseri banget soalnya. Hasil fotonya juga tadi oke semua."

Di depan pantulan kaca, Upih tertawa kecil sambil membalas tatapan Wina—make up artist yang menemaninya untuk photoshoot hari ini—dengan tatapan jenaka. "Berarti biasanya hasil fotonya pada nggak oke semua gitu, ya, Na?"

Tangan Wina yang tadi sibuk mengusap blush on langsung terhenti, kepala wanita berumur 25 tahun itu langsung menggeleng cepat. "Bukan maksudku begitu, loh, Mbak. Mbak Upih, ah!" Ia langsung berubah cemberut ketika mendapati Upih tertawa keras.

"Belum selesai, ya?" Tawa Upih langsung terhenti ketika melihat Jenar memasuki ruangannya sambil membawa satu stel kebaya berwarna peach yang tadi menarik perhatiannya. "Yang ini bukan?" tanya Jenar, berdiri di belakang kursi yang diduduki Upih.

Upih menganggukan kepalanya, dia menatap kebaya itu dari pantulan cermin di hadapannya. "Betul!" Ibu jarinya terangkat ke udara. "Bisa gue bawa, kan?" tanyanya lagi.

"Bisa, sih." Berbeda dengan apa yang dikatakannya, raut wajah Jenar malah kelihatan ragu.

Melihat salah satu sahabatnya itu tampak berbeda, kening Upih ikut berkerut dalam. "Kenapa? Udah ada yang tertarik lebih dulu sama kebayanya?"

Jenar menggeleng, "Nggak ada, sih... Cuma mau lo buat apa?" tanyanya yang semakin membuat Upih kebingungan. "Soalnya, nggak biasa lo asal main beli begini, Pih. Lo biasanya nyari kebaya kalau memang ada acara aja," ujar Jenar, hafal betul dengan kebiasaan Upih yang datang ke butiknya secara mendadak untuk meminta sponsor atau membeli kebaya buatannya.

"Terus?" Masih belum sepenuhnya paham, Upih menyahut lagi. "Lo mikir apaan emang?"

Tidak langsung menjawab, tubuh Jenar malah bergerak membungkuk di sebelah Upih. Ia lalu mendekat ke telinga sahabatnya itu, membisikkan sesuatu yang sempat membuat kedua mata Upih membelalak lebar sebelum tawanya pecah keras.

"Lo mau nikah siri, ya?" bisik Jenar sebelum dia kembali berdiri tegak dan tampak kesal karena pertanyaannya malah ditertawakan Upih. "Gue serius, Pih. Abisnya rada nggak masuk akal aja lo mau beli kebaya se mendadak ini. Kan, pikiran gue jadi macem-macem," akunya sambil mendengkus.

Mendadak bayangan dirinya memakai kebaya berwarna peach yang dibawa Jenar dan Handjoko yang ada di sampingnya di acara pernikahan mereka memenuhi benak Upih, membuatnya tersipu dan tersenyum geli di waktu yang bersamaan.

Gosh, she's really gone completely off the deep end now!

"Udah gila kali, ya, lo?" Upih sampai harus memukul pahanya sendiri untuk menyalurkan rasa gelinya atas ide yang diberikan Jenar dan juga bayangannya barusan.

Jenar berdecak, dia melemparkan tatapan serius ke Upih lewat pantulan cermin. "Enggak, 'kan, ya?" tanyanya terdengar ragu.

Upih melirik usil, bibirnya terlipat ke dalam—berusaha menyembunyikan senyum tertahannya karena masih ada Wina dan timnya di tempat yang sama. "Gue, sih, kalau mau mikir gitu, ya, bisa-bisa aja. Tapi, lo liat si itu, deh. Emang dia mau?" tanya Upih balik, tidak menyebutkan secara langsung nama Handjoko di depan umum.

Tangan Jenar lalu bergerak mengusap dadanya sendiri, "Untung juga, sih, kalau begini. Karena seenggaknya ada yang mengimbangi kesintingan lo dengan kewarasannya."

"Apa, sih, Jen?" Upih lagi-lagi tertawa keras, dia meluruskan tangannya dan memukul tangan Jenar yang merangkul bahunya.

"Ya, udah." Sahabat Upih itu memundurkan langkahnya. "Kurang 3 kebaya lagi, ya. Gue tunggu. Semangat, Win!" ucap Jenar, ikut menyemangati Wina yang kali ini ikut sibuk mengatur tatanan rambut Upih.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang