DTYT-T'es malade ou quoi?

Start from the beginning
                                    

Setelah Jenar keluar dari ruangannya, Widya yang tadinya bilang akan menunggu di bawah—di set photoshoot—tiba-tiba saja berjalan menghampirinya dengan raut yang terlihat janggal.

Wanita itu tersenyum menyapa Wina dan timnya, tapi bukan senyuman yang seperti biasanya—dia terlihat terpaksa.

"Kenapa, Wid?" Upih bertanya lebih dulu sambil menatap Widya lewat pantulan cermin di hadapannya. "Apa ada masalah di bawah?" tanyanya, terpaksa menolehkan kepala karena dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Widya menerima uluran tangan Upih, dan wanita itu bisa merasakan betapa dinginnya tangan managernya itu. "Mbak...," Ia lalu menundukkan tubuhnya rendah, "Di bawah ada Mas Oliver," ucapnya berbisik.

Untuk sepersekian detik, jantung Upih rasanya berhenti berdetak. Kedua matanya yang melotot bertemu lurus dengan bola mata Widya yang juga kelihatan bergetar.

Menelan salivanya kelat, Upih bertanya setengah berbisik. "Dia ngapain di sini?"

"Kurang tahu, Mbak." Widya balas berbisik. "Katanya, mau lihat-lihat tapi mendadak tanya-tanya ke set photoshoot. Terus, ada staf di sana yang bilang kalau Mbak Upih ada di sini," lanjutnya menjelaskan.

Perasaan Upih langsung berubah tidak nyaman, dia mendadak gugup tidak karuan. "Coba bilang ke Jenar, ya, Wid. Bilang aja aku nggak bisa lanjut photoshoot kalau ada orang yang berkepentingan ikut gabung, Terus, Rumi suruh nyusulin ke sini sekarang." Setelah mengucap barusan, Widya mengangguk dan kembali keluar dari ruangan.

Tanpa perlu bertanya seperti apa yang dilakukan Oliver di bawah, Upih sangat percaya diri kalau kedatangan mantan kekasihnya itu ke sini adalah untuk menemuinya.

Akhir-akhir ini, Oliver memang gencar sekali menghubungi Upih tanpa alasan yang jelas. Upih pun enggan menanggapi karena tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres, apalagi dengan fakta kalau dia tahu soal keterlibatan Oliver dengan masalah yang sekarang sedang dihadapi Bella.

Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan buruk yang dipikirkan Upih soal Oliver yang mendadak mencoba mendekatinya lagi setelah pria itu tampak abai sejak ia menjalin hubungan dengan Bella, seperti kemungkinan kalau Oliver sadar bahwa Upih mengetahui semuanya dan jujur itu bukanlah berita baik untuknya.

Dengan adanya kemungkinan itu, bukankah kedatangan Oliver ke sini—untuk menemuinya—bisa dikatakan termasuk situasi yang berbahaya untuk Upih?

Jantung Upih hampir saja copot ketika menemukan pintu ruangannya terbuka, untungnya sosok Widya lah yang muncul dari sana. "Mbak, saya sudah bilang ke Mbak Jenar. Yang dibawah masih coba diurus, dan Mas Rumi juga lagi di perjalanan menuju ke sini." Penjelasan Widya barusan membuat Upih sedikit lega. "Tapi, Mas Rumi tadi sempat tanya, Mbak. Apa Bapak perlu dikabari juga?"

Sebutan Bapak yang digunakan Widya dan Rumi ini merujuk ke Handjoko, dan melihat situasi sekarang—dengan banyaknya orang dan juga keberadaan Oliver di sini—Upih rasa akan sangat fatal kalau kekasihnya itu datang ke sini.

Kepala Upih menggeleng sekali, "Jangan dulu, ya, Wid. Kita nggak tahu Oliver bakal gimana dan dia punya rencana apa." Widya menganggukan kepalanya. "Takutnya, kalau kita salah langkah, nanti malah ribut besar dan kita yang dirugikan. Untuk sementara ini, kita selesaikan sendiri dulu, ya," jelasnya sebelum akhirnya ditinggalkan sendirian di ruangan.

Helaan napas kasar Upih keluar begitu Widya menutup pintu ruangan, ia menatap pantulan dirinya dari cermin dengan tatapan kosong. Napasnya lalu berubah memburu, mata Upih terpejam lama sambil mencoba menetralkan perasaannya yang berubah tidak karuan.














"Minta putus?" Oliver menatapnya datar, dari kedua tangannya yang mengepal terlihat sekali kalau pria yang duduk di hadapan Upih itu menahan amarahnya. "Kenapa? Kenapa mendadak begini? Kita nggak ada masalah—" Suara Oliver terhenti seketika.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now