Bab 10

8.5K 1K 120
                                    

Halo!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo!!

Apa kabar? Siap ketemu Aruna dan Kama? 

LESGOOO!!!!

***

Aku harus bertahan lebih lama untuk adegan pura-pura tidurku hingga aku tidur beneran. Entah berapa lama namun sepertinya Kama tak berada di sisiku. Terbukti dari pinggungku yang terasa dingin dan setengah hampa.

Ah, untuk apa aku berkata demikian.

Itu bagus. Maksudku ya artinya Kama sudah pergi dan aku bisa benar-benar bangun.

Lupakan kejadian tadi pagi. Anggap saja aku tak melakukannya dengan sadar, memang aku tak menyadarinya.

Tapi kamu sadar kalau tubuh Kama benar-benar indah.

Aku memukul kepalaku dari bisikan aneh yang tiba-tiba menyusup dalam pikiranku. Sinting! Bisa-bisanya aku berpikir demikian. Tidak, aku tak semesum itu. Itu pasti ulah setan!

"Gimana Na keadaan kamu?" tanya bapakku.

Aku menunduk mendekatkan bibirku dengan mangkuk berisi bubur. Bersembunyi dibalik gerakan mencegah agar makanan tak tercecer.

"Udah lumayan, bapak," balasku lirih. Aku sedikit melirik Kama yang postur tubuhnya berkebalikan denganku. Pria itu kelihatan sangat nyaman dan santai.

"Udah sembuh total kayaknya. Dikelonin suami sendiri," ejek ibuku membuatku tersedak.

"Pelan-pelan to, nduk," kata ibuku. Sedang Kama dengan sigap memberiku segelas air.

Rasa malu otomatis melingkupiku. Bukan hanya soal ejekan ibu, tapi reaksiku kali ini. Pria itu pasti berpikir bahwa aku sengaja memeluknya padahal aku bersikeras tidur terpisah selama ini.

"Makasih." Aku tak berani menatap matanya. Entah bagaimana hari-hari esok akan kujalani, mungkin aku harus bangun lebih siang dan pulang lebih pagi.

"Ibu awalnya curiga pas lihat kamar kalian kok kasurnya kecil-kecil. Ibu takutnya kalian tidurnya terpisah. Setelah ibu lihat tadi pagi, ternyata kekhawatiran ibu cuma pikiran ibu aja."

"Nanti saya ganti kasurnya yang lebih besar."

Lelaki itu gak bisa diam aja ya? Pas sama aku diam terus, jawab seikhlasnya. Sekarang sama ibu jawab mulu.

"Kalau belum ada dananya ya gak apa-apa le, gak usah dipaksakan. Apa mau ibu belikan?"

Aku mendongak. "Gak usah!" sergahku buru-buru. "Orang cukup kok." Ibuku tuh aneh-aneh banget. Kalau aja ibu tahu kalau aku sama Kama tidur terpisah.

Ibuku malah tersenyum malu-malu, melirik bapak lalu Kama secara bergantian. Kama juga begitu, tersenyum simpul seperti menahan tawa. Kenapa sih? Ada yang aneh dari ucapanku?

A Reason to be With YouWhere stories live. Discover now