🧩GAME IN PROGRESS🎮 : 31

482 40 2
                                    

Monday.

_

Sesampainya Nando di sana ia langsung turun dari motor dan menekati Eric yang terduduk lesu di dekat pohon.

Ada satu mobil polisi dan dua mobil ambulans, orang-orang itu masuk ke semak-semak seolah mencari sesuatu.

"Mana Zaky sama Raja?" tanya Nando sambil celingukan kesana-kemari.

Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa bisa Zaky dan Raja ditemukan di sini, apa yang sedang mereka lakukan sejak kemarin?

Eric mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat benar-benar lelah. Dia menunjuk ke suatu arah dengan dagunya. "Tuh."

Nando mengikuti arah kemana Eric menunjuk, dia mengerutkan keningnya saat temannya itu menunjuk ke dua kantung jenazah yang disejajarkan di tanah.

Mulut Nando terbuka tanpa suara, matanya melebar dan jantungnya berdetak kencang. Ia langsung menoleh pada Eric meminta penjelasan. Sesuatu yang baru saja muncul di pikirannya tidak mungkin terjadi, kan?

"Maksud lo apa bilang itu mereka?" Nando menelan ludahnya yang terasa sulit ditelan, dia mencengkram kerah baju Eric. "Ngomong yang jelas, mana mereka?" Nando bertanya sekali lagi dengan penuh penekanan di setiap perkataannya.

"Kayak yang lo liat, mereka meninggal, gue nemuin mereka di semak-semak, semuanya hancur, bahkan membusuk."

Nando tertawa, menganggap ucapan yang dilontarkan Eric hanyalah lelucon. "Ngaco, udah bisa ngejokes lo sekarang?" desis Nando.

Eric membuang muka dan menjilat bibir bawahnya, jujur dia juga masih tetap tidak percaya dengan apa yang dia lihat tadi. "Gue serius, Nan."

Cengkraman di baju Eric terlepas, Nando berjalan mundur menjauhi Eric. "Lo lagi halusinasi, Ric. Gak mungkin," ujar Nando menyanggah ucapan Eric.

Laki-laki itu berjalan dengan langkah terseok-seok menghampiri kantung jenazah yang dijaga oleh dua petugas medis, dia mengucek matanya yang terasa panas dan berair.

"Pak, bisa tolong dibuka sebentar? Saya mau mastiin mereka temen saya atau bukan," pinta Nando dengan suara bergetar, perlahan dia berjongkok di sebelah kantung jenazah.

Kedua petugas tersebut saling bertatapan kemudian mengangguk mengiyakan permintaan Nando, keduanya pun membuka setengah resleting kedua kantung jenazah itu.

Rasanya jantung Nando seolah berhenti berdetak saat itu juga, tubuhnya lemas seketika saat melihat isi dari kedua kantung tersebut.

Sesuatu yang mengerikan terpampang jelas di depan matanya dan bau tak sedap langsung menguar kemana-mana. Tidak sanggup melihat lebih lama lagi, Nando menunduk dan menutup kedua matanya rapat-rapat.

Seakan mengerti, kedua petugas tersebut kembali menutupnya dan hendak membawa masuk ke dalam mobil ambulans.

"Jadi bagaimana? Apa anda kenal dengan kedua jenazah?" tanya salah satu petugas.

Nando mengangguk dengan mata yang masih terpejam. "Iya, saya kenal, mereka teman saya."

"Kalau begitu apa anda bisa menghubungi kerabat dari keduanya? Kami akan membawanya ke rumah sakit untuk di autopsi."

Nando mengangguk dan membiarkan jasad teman-temannya dimasukkan ke dalam mobil ambulans, dia berusaha untuk berdiri dan berjalan dengan kaki yang sulit digerakkan.

Dia menjatuhkan tubuhnya di samping Eric, laki-laki itu menatap kosong ke depan.

"Ini cuma mimpi kan, Ric?"

Eric bergeming, ia diam dengan pikiran berkecamuk.

Tidak mendapat respon dari temannya, Nando mengamuk mendang angin, dia berteriak sekeras mungkin bahkan menjambak rambutnya sendiri.

"Udah, Nan. Terima kenyataan, jangan gini," kata Eric putus asa.

Nando tidak mendengarkan ucapan Eric, ia justru semakin menjadi-jadi menyiksa diri sendiri hingga menangis.

Dia meremat gumpalan tanah di tangannya. "Kenapa ... kenapa bisa kayak gini?"

Ponsel yang digenggam sejak tadi oleh Eric menyala dan bergetar, ia langsung mengangkat panggilan teleponnya.

"Halo."

"Halo, Eric. Kenapa nak tadi telpon om? Om lagi sibuk, kenapa lagi sama Raja?"

"Tolong ke rumah sakit ya, om. Raja kecelakaan."

"Ya ampun lagi-lagi kecelakaan, kenapa lagi dia begitu? Kebut-kebutan? Pusing om denger Raja yang selalu bikin masalah. Gimana keadaan Raja sekarang?"

"Jauh dari kata baik-baik aja, om." Eric menatap kepergian dua mobil ambulans itu yang diiringi dengan suara sirine, bersamaan dengan itu beberapa mobil polisi berdatangan.

"Hah ... oke-oke, satu jam lagi om ke sana, kirim alamat rumah sakitnya."

Panggilan telepon terputus, Eric memijat kepalanya yang berdenyut nyeri.

Orang tua Raja akhirnya bisa dihubungi, tinggal orang tua Zaky yang sejak tadi sulit ditelepon. Tidak ada cara lain, Eric mengetik rentetan pesan pada ibu Zaky, semoga saja ibunya membuka dan membalas pesannya. Tidak lupa ia juga mengirimkan alamat rumah sakit yang mengurus jasad Zaky dan Raja.

Eric bersandar pada pohon di belakangnya, membiarkan orang-orang dari kepolisian menggeledah tempat itu.

"Kenapa lo bisa tau kalau mereka ada di sini?" tanya Nando dengan lirih.

"Gue niat mau ke rumah Zaky buat ketemu bokapnya, tapi gue dicegat sama dua orang di sini, mereka begal. Mereka kabur setelah gagal nyerang gue, awalnya gue mau pergi, tapi gue nyium bau busuk."

"Sampe akhirnya gue ngeliat satu kaki di semak-semak, gue pikir itu orang gila yang tidur, tapi ternyata itu kaki Zaky yang lepas dari badan dia."

Tidak disangka keberadaan mereka berdua ditemukan tidak utuh dan dikerubungi lalat di sekitaran jalan yang menuju rumah Zaky. Jalanan yang minim pencahayaan dan rimbun dengan pepohonan, juga semak-semak belukar membuat tempat ini sering terjadi pembegalan.

Tetapi Eric tidak berpikir jika keduanya menjadi korban begal, karena uang dan ponsel mereka tidak hilang, apalagi motor keduanya yang kondisinya rusak parah jatuh ke jurang.

Sepertinya telah terjadi kecelakaan tabrak lari, untuk menghilangkan jejak mungkin orang yang menabraknya menyeret mereka ke semak-semak agar tidak diketahui siapapun dan membuang motornya ke jurang, tapi Eric tidak menemukan adanya genangan darah yang telah kering atau hal-hal mencurigakan apapun di jalan raya.

Lagi, Eric menduga itu terjadi di hari sabtu tepatnya di malam minggu, saat mereka pulang dari rumah Nando.

Semakin dipikirkan semakin membuat kepalanya sakit seolah akan meledak, tidak adanya kamera cctv di sekitaran sini pasti akan sulit menyelidiki siapa pelakunya.

Dia benar-benar ingin tau, siapa orang yang tidak bertanggungjawab itu yang telah menghilangkan nyawa teman-temannya.

GAME OVER : Who's The Winner?[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang