DTYT-Ça alors!

4.4K 922 361
                                    

Ça alors!

My, my...









He appears to be at a gambling table right now. His only option is to play to win or lose, and he obviously chooses to win because both demand sacrifice and involve equally significant risks.

"081-8900—"

"Is that the lucky number for this week's lottery results? Why do you keep muttering like that? You sound like you're in a trance, and the view of the old castle behind you is ideal for seeing you from a scary perspective." Adji yang mengisap rokoknya tampak terganggu dengan gerak-gerik Handjoko yang begitu aneh sejak mereka sampai di kastil yang kabarnya akan dibeli temannya itu.

Handjoko mengabaikan Adji, dia masih mempertahankan jaraknya yang terbentang cukup jauh dengan tempat di mana Adji berdiri karena pria itu menyusulnya keluar dari kastil untuk merokok.

"Sesuai dugaanku. Semuanya masih bagus. Mereka merawatnya dengan sangat baik." Raden Kacaya tampak berhenti di depan pintu kastil dan kembali menghadapkan tubuhnya ke dalam, menyusuri sekali lagi area dalam kastil dengan matanya.

Di sebelahnya, Mas Harjuna berjalan keluar. "Of course, they take excellent care of it; it is a royal property for sale. Also, all maintenance costs before the castle is sold will be billed to the buyer. That is very, very good for them."

"How much do you pay in detail? Not the castle itself, but the expense of keeping it from the time it was sold until you pay for it each year?" Adji membuang rokoknya, dia lalu berjalan mendekat ke arah Handjoko.

Melihat Adji mendekatinya, Handjoko justru mengambil langkah menjauh. "Lumayan," jawabnya singkat, enggan memberikan nominal pastinya ke Adji.

"If that's the case, he paid a lot of money for this castle." Mas Harjuna menyahut, pria itu berdiri di depan pintu sambil memandang ke bukit buatan yang dibuat untuk memisahkan kastil satu dengan yang lainnya.

"Given your devotion to the kingdom and Pangeran Martaka, I think you will remain in Rumah Kebesaran indefinitely." Adji mendengkus, dia memperhatikan Handjoko dari atas hingga bawah dengan tatapan mencemooh. "But it turns out you were brave enough to get out of that prison too," sambungnya sambil menaikkan kedua bahunya bersamaan saat Handjoko melemparkan tatapan datar ke arahnya.

Setelah berita soal kepindahannya dari Rumah Kebesaran, banyak sekali rekan-rekan kerja Handjoko—bahkan Pangeran Martaka sendiri—yang terkejut karena sama seperti yang dikatakan Adji, mereka mengira kalau Handjoko akan selamanya tinggal di Rumah Kebesaran.

Tapi, kenapa orang lain bisa berpikiran seperti itu?

Untuk ukuran kesetiaannya ke Kerajaan dan Pangeran Martaka jelas tidak bisa diukur lewat lamanya seseorang pekerja kerajaan tinggal di Rumah Kebesaran, kan?

"He's been thinking about it for a long time, about moving from there." Suara Mas Harjuna terdengar menimpali, membuat Handjoko mengarahkan pandangan ke pria yang sekarang menuruni tangga depan pintu kastil. "But he hesitated. That's what I heard from your father, and you should stop staring at me like I'm a smartass!" Mas Harjuna mengangkat kepalan tangannya, hampir menonjok Handjoko yang memilih diam di tempatnya.

"Jadi, apa yang membuatmu yakin untuk pindah sekarang?" tanya Raden Kacaya yang kini memutar tubuhnya, kembali menghadap ke arah Handjoko.

Mas Harjuna akhirnya memukulkan kepalan tangannya ke bahu Handjoko sangat keras, terbukti dari pria itu yang sempat membungkukkan tubuhnya dan berdecak pelan. "It must be due to his girlfriend. Perhaps this stiff was already thinking about marriage, and he decided to move here as soon as possible," tebak pria itu asal-asalan.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now