BAB VIII : They Call Them 'Crushes'

257 47 21
                                    

"That's why they call them 'crushes.' If they were easy, they'd call 'em something else."Jim Baker, Sixteen Candles

"A—aku tidak mengerti ma—maksudmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"A—aku tidak mengerti ma—maksudmu." 

"Aku ingin bilang larilah selagi kau bisa. Karena aku bukan tipe yang akan memadamkan api dengan mudah."

Wonyoung menelan ludahnya kasar saat menyadari konteks pembicaraan mereka. Obsidian kelam itu enggan beranjak, seperti ingin memenjarakan amber miliknya lebih lama. Wonyoung tak tahu kenapa bibirnya mendadak kelu walau dirinya begitu ingin berteriak dan benar - benar melarikan diri dari sana. Badannya mulai berkeringat dan panas dingin saat ini. Apalagi saat menyadari spasi konkrit di antara mereka semakin menipis dengan punggungnya yang menyandar sempurna pada kursi. Pria itu benar - benar serius dengan ucapannya!

"A-aku—"

TAP

Wonyoung hampir merasa henti jantung saat itu juga. Awalnya ia hendak berucap apapun yang bisa menghentikan Sunghoon agar bibir mereka tidak bertemu. Namun ucapannya terpotong saat pria itu berbelok dan menyandarkan kepala di bahunya. 

"Kau ingin kabur Allen?" Tanya Sunghoon lembut. Namun tak ada tanggapan yang berarti dari lawan bicaranya. 

Wonyoung semakin gugup seolah tertangkap basah, ia jadi semakin tak tahu ingin berkata apa jika sudah begini ceritanya. Apakah sejelas itu?  

"Kau mabuk?" Tanya Wonyoung setelah memberi jeda yang cukup panjang. 

"Aku minum sedikit tadi."

"Kalau begitu istirahatlah, sebaiknya kau pulang. Bukankah kakimu terasa sakit sekarang?" Wonyoung berusaha tetap tenang menghadapi situasi ini. Walaupun jujur ia masih merasa takut dengan perubahan sikap Sunghoon.

"Kenapa?" Adalah balasan dari Sunghoon yang lagi - lagi sukses membuat Wonyoung menjadi bingung. 

"Apanya yang kenapa?"

"Kenapa kau tidak marah saat aku berusaha untuk menciummu? Bukankah kau ketakutan karena hal itu?" 

Yaa, Sunghoon menyadari hal itu ditengah ambang kewarasannya. Ia melihat ada sebersit ketakutan di manik amber yang tampak indah itu. Sedikit banyak Sunghoon menyadari bahwa ia bisa saja menuai luka atau trauma yang lebih dalam jika melakukan hal seperti itu pada gadis ini. Makanya dirinya memilih untuk menyandarkan kepalanya pada bahu Wonyoung. 

Wonyoung memilih diam, tubuhnya bertambah kaku karena mendengar pertanyaan blak - blakan tersebut. Padahal ia sudah berusaha sejak awal untuk menekan rasa takutnya. Ia hanya ingin berusaha untuk menghadapi rasa takut itu karena Wonyoung sudah mendapati sikap baik Sunghoon sebelumnya. Ia ingin percaya bahwa pria itu bukanlah orang jahat.

Nafas Sunghoon menggelitik leher Wonyoung saat ia berbicara dengan lembut, "Aku tidak akan memaksamu untuk melakukan apa pun yang tidak ingin kau lakukan. Aku hanya ingin bilang berhenti bermain kalau kau tidak tertarik," ujar Sunghoon parau. Agaknya sedikit frustasi karena ia benar - benar tak mengerti mengapa dirinya jadi seperti ini. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Milan, I'm in LoveWhere stories live. Discover now