BAB II : Second Time

348 57 8
                                    

"Maybe meeting you wasn't on my bucket list. Meeting you once was a coincidence, but meeting you a second time meant it was destiny."

"Apa katanya? Mr

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa katanya? Mr. Shitty?"

Sunghoon dengan tamak meraup oksigen guna memenuhi relung dadanya. Ia tak tahu bahwa di musim dingin begini kepalanya bisa sampai kepalang panas seperti mengenai kawah gunung merapi. Berlebihan? Tidak! Gadis itu keterlaluan! Apakah dia tidak tahu bahwa kakinya ini adalah aset berharga?!

Dibandingkan sakit yang mengenai tulang keringnya, harga dirinya jauh lebih terluka. Sunghoon tak mau tahu, gadis itu harus bertanggung jawab atas tindakan yang telah ia lakukan. Dirinya tidak akan tinggal diam begitu saja.

"Bagaimana keadaanmu Mr. Shitty?"

Satu sarkasme dari si pria Durand berhasil mencuri atensinya. Rungu Sunghoon terusik saat panggilan yang tercipta 3 jam lalu kembali ia dengar. Lantas satu bentuk rasa kesal melalui lirikan tajam ia hunus pada karibnya itu.

"Berhenti, aku muak mendengarnya."

"Ternyata gadis itu pandai memberikan nama yang tepat untukmu Hoon. Tak kusangka dia akan menendang tulang kering mu sebelum turun."

Anehnya Jay justru cengar - cengir mengatakan hal itu sambil mengingat kejadian tadi. Gadis itu memang cukup tinggi untuk ukuran perempuan, tapi badannya memang agak mungil. Kalau gadis itu tau bahwa Sunghoon seorang atlet mungkin dia akan menyesal.

"Akan aku buat gadis itu menyesal." Sepasang obsidian itu berkilat. Sunghoon menarik kembali ucapannya tentang sepasang manik amber yang indah serta bibir mungil yang rupawan. Nyatanya gadis itu tak lebih dari penjahat cilik.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tukas Jay cepat saat menyadari ekspresi kemarahan di wajah sang karib.

"Apalagi?! Dia harus mengurus kakiku sampai sembuh! Tidak tahu saja dia kalau aku ini delegasi nasional Prancis." Nada angkuh itu kembali terdengar, membuat Jay yang kini sibuk menyeruput cokelat hangatnya hanya bisa memutar bola matanya malas. Sunghoon dengan segala keangkuhannya. Ya, tidak akan pernah terpisah.

"Ya iyalah bodoh. Kalau gadis itu tahu kau adalah atlet skating, mana mungkin dia berani menendang tulang kering mu. Yang ada dia bisa masuk penjara."

Sunghoon kembali meringis sambil mengompres tulang keringnya yang kini kebiruan. Tak menyangka badan mungil itu cukup membuatnya kepayahan untuk berjalan pulang.

"Figure skating di minggu kedua. Tapi mulai besok kalian sudah harus ke Agora untuk latihan. Mulai dari petang menjelang tengah malam dikhususkan untuk latihan, sementara pagi sampai sore pertandingan."

Jay itu bukan manager Sunghoon, bukan pula pelatih atau semacamnya. Lebih seperti alarm pengingat pria itu lebih tepatnya.

"Kau belum beri tahu pelatih kan?" 

Milan, I'm in LoveWhere stories live. Discover now