BAB VI : Something You Shouldn't Know [2]

386 51 24
                                    

"Some wounds run too deep for the healing."

J.K. Rowling — Harry Potter and The Order of The Phoenix

 Rowling — Harry Potter and The Order of The Phoenix

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sepertinya ia mengidap claustrophobia. Dia tampaknya membenci ruangan sempit, tertutup dan gelap. Dan kemungkinan besar dia punya trauma ditinggalkan ibunya. Kau bilang ia memanggil ibunya kan?" Wonyoung mengangguk membenarkan. Ia melihat punggung pria itu sendu.

"Aku bersumpah tak bermaksud membuatnya seperti itu Jen. A-aku..." Wonyoung merasa bersalah. Ada rasa tak enak yang menyangkut di tenggorokannya, namun hal itu seakan tertahan di sana.

"Aku tahu, tenanglah. Lebih baik kau beri sarapan dulu padanya. Ajak dia bicara. Sebentar lagi aku kembali."

Wonyoung hanya bisa menghela napasnya berat melihat kepergian Jennifer. Ia banyak mengucap syukur karena bisa meminta bantuan Jennifer ataupun ayah gadis itu jika ada masalah kesehatan seperti ini. Toh memang keluarga Owen pemilik hunian kecilnya ini berprofesi di bidang kesehatan semua.

Wonyoung kemudian mengambil kompres es. Ia perlahan mendekati Sunghoon yang sejak tadi memilih diam. Pria itu duduk bermenung di atas karpet bulu dekat perapian. Entah apa yang ada di pikiran Sunghoon sekarang. Yang jelas Wonyoung tak lagi mendengar nada sarkas yang biasanya datang dari si pria.

"Aku obati kakimu ya?" Pinta Wonyoung setelah duduk di sebelah pria itu. Namun Sunghoon acuh, pria itu bahkan tak melihatnya sama sekali.

Sebenarnya Wonyoung merasa canggung saat ini. Apalagi mengingat waktu yang mereka habiskan untuk berpelukan. Tapi tetap saja, itu hanyalah sebuah upaya akan kebaikan kan?

"Tidak usah, sebentar lagi temanku datang menjemput."

Kali ini nadanya berbeda. Terdengar dingin dan tak bersahabat. Wonyoung akui ia lebih baik memilih mendengar nada sarkas atau menyebalkan dari pria itu daripada seperti ini. Dirinya semakin merasa bersalah.

"Kompres dulu sedikit biar lebamnya berkurang." Ujar Wonyoung, memaksa.

"Tidak usah Allen." Alis tebal itu bertaut, menandakan penolakan yang sama sekali tak ingin dibantah.

"Kenapa? Bukankah kau ingin aku merawatmu?" Kini Wonyoung bertanya, agaknya ia mulai terpancing dan merasa sedikit kesal.

"Sekarang tidak perlu, aku bisa sendiri." 

"Kenapa? Apa karena kejadian tadi?"

"Sekarang kau tidak perlu repot merawatku. Kenapa jadi memaksa? Bukankah kau keberatan sebelumnya?"

Konfrontasi itu berlanjut. Mendatangkan degup tak nyaman di hati masing - masing. Terlebih Wonyoung yang tak bisa menangkap dimana letak kesalahan yang membuat mereka harus berdebat seperti ini. Sementara alis tebal Sunghoon menukik tak suka.

Kendati demikian Wonyoung tetap menarik paksa kaki sang pria dan menaikkan celana training milik Sunghoon sampai lebam keunguan itu terlihat.

"Cukup, kau tidak perlu mengasihani ku. Kau mengerti kan? Berhenti melihatku dengan wajah iba, aku benci." Ujar Sunghoon sambil menepis tangan si gadis.

Milan, I'm in LoveWhere stories live. Discover now