25 : Will You?

151 20 3
                                    

Sebelum membaca jangan lupa follow instagram : @ji_hanraaa

Thank you^^

Thank you^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Selamat Membaca!!!





Jika bisa diibaratkan, jutaan kelopak bunga sakura yang bermekaran di musim semi tidak bisa mengalahkan suasana hati seorang gadis yang tengah menggores ujung pensilnya di atas kertas saat ini. Bahkan cerahnya sinar matahari pagi pun kalah dengan sunggingan lengkungan bibir merekahnya. Kondisi hati Cinta persis seperti pelangi yang muncul setelah hujan.

Di sebuah kafe bernuansa retro, Cinta duduk di salah satu kursi yang terletak di outdoor. Gadis itu sempat memesan secangkir kopi susu yang ini sudah berkurang sepuluh persen. Bercak merah bekas lipstik meninggalkan jejak di bibir cangkir. Meski uapnya tidak lagi terlihat mengepul di udara, namun kopinya masih terasa hangat.

Alam Putra Semesta. Entah sudah di lembar ke berapa Cinta menggambar wajah lelaki itu di dalam buku sketsanya. Begitu hebatnya memori tentang wajah dan perawakan Alam menempel di dalam kepala, sehingga Cinta tidak perlu melihat objeknya secara langsung ketika ingin menggambar.

Cinta menggambar Alam dari sudut pandang samping yang tengah berdiri dengan kedua tangan terlipat di atas tiang pembatas jembatan. Tersenyum begitu tipis sembari memperhatikan langit malam. Terlihat begitu teduh dan menenangkan. Dia terinspirasi dari sisa-sisa memori malam itu.

Malam harinya, Cinta duduk di sofa tamu untuk menunggu sesuatu. Dia melihat ke arah luar, entah kenapa langit terlihat berbeda dengan kemarin. Biasanya Cinta menikmati senyap malam ditemani oleh taburan bintang diterangi cahaya samar bulan. Menghabiskan waktu sebelum terlelap sembari menatap ke luar jendela. Namun tampaknya hawa malam ini sedikit berbeda.

Tak lama, seseorang yang ditunggu-tunggu akhirnya memunculkan batang hidungnya. Cinta spontan beranjak dari sofa setelah mendengar suara deru motor yang berhenti di depan rumah. Tak lupa mengunci pintu, setelahnya Cinta berjalan keluar sembari merapikan tatanan rambutnya.

Sementara itu, Alam yang tengah menunggu Cinta di atas motor membuka kaca helmnya. Hati Cinta seketika melunak melihat lelaki itu tersenyum, mengalahkan manisnya rasa es Nana. Cinta membalas senyuman lelaki itu sembari menerima helm merah jambu yang sampai sekarang membuatnya penasaran. Untuk apa Alam memiliki helm berwarna merah jambu? Tidak mau repot-repot memikirkannya, Cinta menganggap helm itu bekas mendiang ibunya.

"Opsi kita malam ini banyak. Lo tinggal pilih, mau nonton konser di stadion, ngeliat bintang sambil minum Nana di jembatan, beli jajanan di street food, nonton film horror di bioskop, atau berdiri di sini terus sampai bensin gue habis sendiri?" Alam melemparkan tawarannya sembari berguyon.

Mendengarnya, Cinta jadi tertawa. "Pertama, gue nggak suka nonton konser kecuali lo yang nyanyi. Kedua, malam ini langitnya mendung, jadi nggak ada bintang. Yang ketiga boleh juga. Tapi skip, deh. Gue kalau jajan suka lapar mata. Keempat, gue nggak suka nonton horrror. Yang terakhir, lo yakin nggak akan bosan?"

MasaWhere stories live. Discover now