Bab 3: Aneh

215 40 0
                                    

*Note: huruf miring adalah kilas balik!

---------------------------------------------------------

Happy reading

.

.

.

Kini Cahaya sudah berada di toilet sekolahnya, dari sakunya ia mengeluarkan sebuah kotak seukuran dua jari tangannya. Saat kotak dibuka, dua irisan lensa kontak berwarna cokelat terlihat jelas. Cahaya mengambilnya dan menaruhnya di matanya

Kringgg

Kringgg

Kringgg

Bel berbunyi menandakan waktunya masuk kelas. Cahaya segera berlari kembali ke kelasnya. Tapi mungkin dia lupa sesuatu, dia satu kelas dengan Daun (nama asli Thorn)

Cklek

Cahaya membuka pintu kelas, matanya bertemu dengan sosok yang tidak asing lagi, yaitu kakak-kakaknya dan teman-temannya

“Ah, Cahaya kemarilah, bel berbunyi, Papa Zola akan segera datang” ucap bocah bertopi hijau, dia adalah saudara keenamnya, Daun (Thorn)

"Dari mana saja kamu? Kenapa aku tidak melihatmu bersama saudara-saudaramu hari ini" anak laki-laki berambut ungu itu angkat bicara, ya dia adalah Fang

Tak ada jawaban, pikiran Cahaya kini sangat blank. Dia hanya berdiri tak bergerak di depan pintu kelas, mengabaikan kebisingan di sekitarnya. Tubuhnya tiba-tiba bergetar, dia terengah-engah seolah oksigen di sekitarnya akan segera hilang.

Fang dan Daun menoleh satu sama lain lalu menatap Cahaya yang memasang ekspresi sangat aneh. Bersama-sama mereka berdiri dan berjalan ke arahnya.

*Flashback*

"Solar... Keluar dari sini, aku akan menghentikannya."

"Tidak Thorn, kita akan melakukan ini bersama-sama."

Tidak Solar, yang dia butuhkan adalah kamu. Jika dia mendapatkanmu, seluruh alam semesta akan hancur

"Tapi-"

"Tidak Solar, aku harus pergi. Cepat, sebelum dia sampai di sini!"

“Hati-hati, Thorn” ucap Solar sambil pergi dengan air mata hangat mengalir di pipinya, dan dia tidak tahu kalau itu terakhir kalinya dia akan melihat adiknya yang ke-6.

“Aku akan melakukan yang terbaik,” gumam Thorn tanpa pendengaran Solar, lalu dia berbalik ke arah musuh yang mengejar mereka.

*End Flashback*

“Cahaya…” Sebuah suara yang familiar terdengar

"Cahaya"

"Cahaya"

Cahaya terkejut kembali ke dunia nyata, kini semua perhatian tertuju padanya

"Apa?" Ucapnya kesal.

"Kenapa kamu melamun, apa terjadi sesuatu?" anak laki-laki berambut ungu itu bertanya.

"Tidak ada apa-apa"

“Kau bertingkah aneh sejak pagi, Cahaya”

"Tidak apa-apa, kak Daun"

"Apa? Cahaya tidak pernah memanggil Daun kak"

"Sial, aku lupa. Meskipun Thorn adalah kakak laki-lakiku, karena dia memiliki kepribadian yang kekanak-kanakan, aku tidak menganggapnya sebagai kakak laki-lakiku, malah sebaliknya" pikir Cahaya dengan kepala kosong

Daun melihat kebingungan Cahaya sehingga dia menarik tangannya dan Fang kembali ke tempat duduknya, dia berkata “Ayo kembali ke tempat duduk kita, guru akan segera datang”

Selama di kelas, Cahaya juga tidak fokus pada apa yang diajarkan gurunya padahal itu adalah mata pelajaran favoritnya. Dia hanya melihat ke luar jendela seolah sedang memikirkan sesuatu.

“Siapa yang bisa menjawab pertanyaan ini?” Guru kimia saat ini menanyakan pertanyaan sulit yang bahkan Yaya dan Ying beberapa kali menjawab salah

Karena tidak ada yang mengangkat tangan untuk berbicara, guru kimia itu mulai melihat ke arah siswa kesayangannya. Seluruh kelas hanya berdoa agar ada yang berdiri dan bersuara untuk melewati cobaan ini

“Cahaya, bisakah kamu menjawab pertanyaan ini?” Guru angkat bicara, menyebabkan semua perhatian terfokus padanya

Pandangan mata Cahaya masih memandang jauh, ia kini sibuk memikirkan apa yang ia alami tanpa ia sadari semua orang sedang memandangnya

"Cahaya"

"Cahaya"

"CAHAYA" teriak sang guru mengagetkan Cahaya dari lamunannya.

"Iya Bu"

"Kamu baik-baik saja, Cahaya?"

"Aku baik-baik saja"

“Baiklah, jadi bisakah kamu menjawab pertanyaan ini, Cahaya?”

Setelah Cahaya selesai menjawab, guru menyebut jawaban tersebut benar. Setelah beberapa saat, tibalah waktunya untuk berangkat

Kringgg

Kringgg

Kringgg

Begitu bel berbunyi, Cahaya segera berlari keluar kelas dan menuju laboratorium sekolah. Dia melakukan ini agar dia tidak melihat saudara-saudaranya.

"Aku ingin bertemu mereka tapi aku takut"

"Aku masih tidak percaya aku kembali ke masa lalu"

"Apakah ini mimpi ataukah Tuhan memberikanku kesempatan untuk memperbaiki semuanya?"

“Apapun itu aku harus memahaminya, aku… aku harus mengubah masa depan”

Cahaya meninggalkan laboratorium setelah menenangkan diri. Sekarang dia mengira saudara-saudaranya sudah pulang atau mereka sedang berada di toko kakao membantu Tok Aba

Cahaya berjalan menyusuri lorong yang kosong, kini memikirkan rencana untuk menyelamatkan dirinya dan adiknya di masa depan tanpa ia sadari telah melewati toko kakaknya.

*End Bab 3*

Kembali ke masa lalu (BoBoiBoy Solar)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora