²⁰ || Kembali bersekolah!

498 50 1
                                    

"Afkar! Rizal! Nanda!"

Ketiga pemuda yang merasa terpanggil pun berbalik. Seketika senyum lebar dari mereka tampak saat melihat siluet sahabat kecilnya sedang melambai di dekat gerbang sekolah. Segera Rizal dan Nanda berlari mendekat ke arah sahabat kecilnya yang sudah tidak bersekolah selama 5 hari lamanya, Afkar hanya berjalan santai di belakang dengan senyum tipis di wajahnya. Beberapa hari sahabat kecilnya itu tidak masuk, membuatnya merindukan akan senyuman manis milik sahabatnya.

"Ian!" Rizal memeluk erat tubuh sahabat kecilnya, diikuti oleh Nanda yang memeluk Lucian yang tertutup tubuh bongsor Rizal, jadilah ia memeluk kedua sahabatnya. Sedikit geli saat bersentuhan dengan tubuh Rizal, namun tidak apa-apa.

"Lepas, gua gak bisa nafas!"

Afkar menarik kasar kerah seragam kedua sahabatnya. "Ian udah bilang gak bisa nafas mestinya kalian lepas."

Keduanya menahan kesal saat melihat Afkar langsung memeluk Lucian begitu melepaskan kerah mereka. Curang sekali, pikir mereka. Namun tidak apa, mereka sudah puas walau hanya berpelukan selama beberapa detik saja, yang terpenting wangi tubuh dari Lucian menempel sedikit di pakaian mereka. Wangi bayi yang menenangkan.

"Kemana aja? Kenapa baru masuk? Gak ngabarin juga, hp nya rusak?" Afkar memberondong Lucian dengan tiga pertanyaan.

Lucian tertawa kecil lalu menjawab "Ian dirumah Daddy, dilarang masuk sekolah sama mereka semua. Mau telpon Afkar, Ian lupa taruh hp nya hehe." Jelasnya dengan kekehan di akhir, merasa lucu akan sifat pelupanya yang suka tiba-tiba.

Afkar pun tidak kalah gemasnya dengan penjelasan sahabatnya kecilnya itu. Dengan gemas ia mencubit hidung mancung yang kecil itu, "Lain kali jangan sembarangan taruhnya, ok?"

Lucian mengangguk lucu "Ok~" ibu jarinya juga jari telunjuknya saling menempel membentuk [👌].

"Ekhem!"

Keempatnya menoleh secara bersamaan. Menatap pria paruh baya berwajah tampan yang berdiri di belakang Lucian dengan bersedekap dada, tak lupa dengan tatapan tajam yang dilayangkan pada ketiga pemuda yang membuat putra kecilnya melupakan kehadiran dirinya.

"Oh ya! Kenalin ini Daddy Ian, dan Daddy kenalin ini sahabat-sahabatnya Ian." Lucian pun memperkenalkan mereka.

Noras tersenyum menanggapinya. Ia mengulurkan tangannya bermaksud berjabat tangan dengan para pemuda tersebut, "Saya ayah kandungnya Lucian, Ilanoras Andronicus." Ucapnya memperkenalkan diri kepada ketiga pemuda yang saling memandang tersebut.

Nanda menyambut jabat tangan dari pria tersebut, "Saya Nandana Aurelio, Om. Sahabatnya Lucian." Ujarnya memperkenalkan diri dengan senyum khas nya.

Dalam pertemuan pertama Noras dengan sahabat bungsunya-Nanda mendapatkan kesan baik. Ia terlihat mirip dengan anak ketiganya, Donovan. Ramah, baik, sopan. Ketiga poin itu yang membuatnya terlihat sama dengan anaknya yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah tersebut. Anak bungsunya sangat bagus mencari sahabat sepertinya.

"Saya Rizal Alfarizi, Om. Sahabatnya Lucian juga." Dan memperlihatkan cengirannya saat memperkenalkan dirinya.

Rizal, kesan buruk dan kesan baik didapatnya dari ayah kandung sahabatnya itu. Noras sedikit tidak suka dengan pemuda tersebut. Gaya seperti anak bandel, berandalan. Seperti anak yang tidak taat aturan. Tapi sepertinya baik, dan sopan.

"Apa kau sering tawuran?" Tanya Noras yang seketika mendapatkan raut wajah tak suka dari pemuda yang ditanyakan.

"Om jangan seenaknya ya kalo ngomong! Gini-gini saya anak baik kok, gak pernah ngikut tawuran gak jelas kayak gitu. Udah ya, bye!" Dan kabur pergi mengajak Lucian yang hanya bisa pasrah saat pergelangan tangannya ditarik.

Lucian Hartley [Slow Update]Where stories live. Discover now