⁰¹ || Dad and Son

2.6K 235 8
                                    

Di sebuah pemukiman kecil yang ramai penduduk. Terdapat sebuah rumah di atas puncak yang terlihat mencolok, tidak terlalu mencolok, hanya sebuah rumah sederhana berlantai dua dengan cat berwarna serba putih dan sebuah tiang bendera yang terdapat di halaman rumah tersebut. Terbilang mencolok, di karenakan bendera yang terpasang didepan rumah tersebut adalah bendera dengan gambar kucing yang dibuat menjadi kartun, bendera tersebut dibuat sedikit lebar dan besar hingga membuat beberapa penduduk yang tinggal dibawah kaki bukit dapat melihatnya karena rumah itu berada diatas puncaknya.

Rumah tersebut terdiri dari 2 orang anggota keluarga— seorang kepala keluarga, dan 1 anak laki-lakinya yang berusia 14 tahun.

Pagi yang cerah ini, nampak terlihat anak laki-laki bernama Lucian Hartley itu tengah sibuk bersiap-siap. Mereka akan mengunjungi suatu tempat, karena disetiap hari Minggu mereka akan selalu mengunjunginya, tidak pernah absen sama sekali. Mereka selalu rajin datang mengunjungi orang tersebut tanpa merasa bosan, berbicara tanpa berhenti walaupun tak pernah dijawab. Dan pagi ini mereka akan melakukan hal tersebut.

"Ian! Bisakah cepat sedikit bersiap nya?!" Suara berat dengan nada menggelegar dirumah berlantai dua tersebut terdengar. Pria tua berusia 58 tahun tersebut adalah Adhiyaksa Tanjaya, biasanya pria ini dipanggil pak Adhi. Adhi adalah seorang kepala keluarga. Beberapa tahun silam Adhi menikahi seorang wanita desa yang cantik, namun istrinya tersebut meninggal karena pendarahan pada waktu kelahiran anak pertama mereka. Anak pertama mereka pun juga ikut meninggalkan ia beberapa jam setelah istrinya dinyatakan meninggal, anak pertama mereka memang sudah dinyatakan lemah semasa dalam kandungan.

Adhi saat itu merasa sangat terpuruk. Hingga, seminggu setelah kepergian istrinya Adhi berpikir 'Apakah hidupnya akan terus dihantui rasa kesepian ini?' akhirnya, untuk menghilangkan rasa kesepiannya ia memutuskan untuk berburu burung dihutan, meneruskan hobinya semasa muda dulu. Namun, pada hari itu ia malah menemukan dua orang anak kecil yang tertidur di pinggir sungai. Karena merasa kasihan ia pun memutuskan membawa kedua anak itu kerumahnya, tapi selama seminggu ia merawatnya Adhi pun memutuskan mengadopsi anak-anak malang yang tidak tau asal usulnya tersebut.

Hingga saat ini salah satu anak malang tersebut tumbuh dengan baik.

"Ayah, ayok Ian udah siap!"

Adhi menoleh pada asal suara. Lucian, anak yang dibesarkan olehnya itu nampak terlihat berjalan menuruni anak tangga. Anak itu memakai atasan turtle neck rajut berwarna hitam dengan bawahan celana pendek yang berwarna sama dengan bajunya, ditubuhnya terdapat sebuah tas kecil berisi handphone murahnya dan uang saku sisanya sekolah. Kalian mengira kalau bawaan anak itu hanya sebuah tas kecil yang berisi dua barang pribadinya, jangan salah disalah satu tangannya terdapat sebuah paper bag yang entah apa isinya.

Adhi hanya menggelengkan kepalanya saja melihat bawaan anaknya. Tanpa banyak bertanya lagi, ia segera keluar rumah disusul oleh anaknya. Adhi membantu anaknya menaruh barang yang dibawa tersebut di motor maticnya, lalu menaikinya diikuti oleh Lucian, dan motor berjalan menyusuri jalanan bukit yang tidak terlalu curam.

Hingga, perjalanan yang memakan waktu sekitar 30 menit tersebut berhenti disebuah TPU (tempat pemakaman umum). Memarkirkan motornya didekat sebuah pohon besar, memberikan bawaan anaknya tadi kepada Lucian dan keduanya pun berjalan memasuki TPU tersebut. Tidak terlalu jauh untuk berjalan lagi, hingga mereka berhenti disalah satu kuburan yang bersih.

Lucian menatap dalam nisan yang bertuliskan- Lacion Hartley, adik kembar dari Lucian Hartley. Lucian berjongkok, menyentuh nisan batu itu. Tatapan yang lembut tersebut itu nampak menatap dalam-dalam kearah nisan.

"Sudah, adik kamu udah tenang diatas sana." Ujar Adhi. Tangan besar penuh otot itu mengelus lembut rambut hitam nan tebal milik anaknya.

Lucian mengangkat wajahnya, menatap wajah ayahnya tersebut dari bawah. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan, "Iya, yah. Sebentar aku mau gelar ini dulu...." Lucian bangkit. Kedua tangannya dengan aktif membuka paper bag berukuran sedang dan mengeluarkan barang berupa kain tebal. Lucian menggelar kain itu diatas tanah, "Sini, yah duduk." Ujarnya sembari menepuk-nepuk kain tebal tersebut, mengkode agar ayahnya duduk disebelahnya.

Lucian Hartley [Slow Update]Where stories live. Discover now