¹⁷ || A little story

749 85 1
                                    

"Sebelumnya saya ingin bertanya...."

Adhi menoleh ke sisi kirinya, menatap Noras yang berjalan di sebelahnya. Mereka bertiga saat ini sedang berjalan menuju tempat yang di beritahu oleh Roberto, menuju bungsu dari tuannya yang tertidur di bawah pohon rindang. Lumayan jauh dari posisi mereka sebelumnya.

"Selama ini aku hanya mendengar nama Lucian setiap anda berbicara, bahkan kedua anak kembarku pun hanya menyebutkan nama salah satu adiknya saja. Saat itu anda menemukan Lucian, apakah di situ anda juga menemukan adik kembarnya, Lacion Hartley."

"Maaf, aku sudah mencari informasi anda secara diam-diam. Begitupun Lucian, namun saya hanya menemukan info tentang anda juga anak bungsuku, tidak ada info apapun tentang bungsu kembarku satunya, adik dari Lucian."

Adhi mendengarnya dengan baik. "Lacion Hartley, adik dari Lucian. Saya menemukan keduanya saat itu di pinggir sungai sekitar hutan ini, keduanya sedang berpelukan menyalurkan suhu hangat melalui tubuh mereka yang terhalang selimut dan pakaian tipis." Pria berjanggut tebal itu tersenyum saat mengingat kembali kenangan tersebut. Kedua anak kecil berkulit pucat yang saling berpelukan di pinggir sungai, pemandangan lucu sekaligus menyedihkan.

"Saat itu saya sehabis pulang berburu, menemukan keduanya disana," Adhi menunjuk sungai yang terlihat di pandangan mereka. Noras maupun Robert juga ikut menoleh terhadap arah tunjuk jemari besar tersebut, "Di sebelah batu besar itu."

"Keduanya berpelukan, berusaha menghilangkan hawa dingin yang menusuk kulit. Merasa kasihan, saya pun membawa keduanya segera, Lucian saat itu terserang demam dan adiknya.... Sudah tak bernafas sama sekali."

Deg

Noras secara tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Menatap tak percaya ke arah pria berjanggut tebal itu, kedua pasang matanya juga berkaca-kaca mendengar berita tersebut. "Kau berbohong?" Tanyanya meyakinkan dengan suara sedikit parau.

Adhi menggeleng, "Saya tidak berbohong, tuan. Begitu sampai di rumah dan meletakkan keduanya di dalam kamar. Saya langsung menaiki motor untuk memanggil dokter desa, kebetulan sekali dokter tersebut bertemu di pertengahan jalan sehingga keduanya dengan cepat mendapatkan pertolongan."

"Namun, takdir benar-benar berkata lain. Lacion, anak anda yang paling bungsu dinyatakan meninggal dunia karena kedinginan."

Noras lagi-lagi merasa tak percaya dengan berita tersebut. Ia ingin sekali menyangkal bahwa pria itu pasti berbohong, namun wajah penuh keseriusan dari pria yang lebih tua beberapa tahun darinya itu membuatnya tak bisa menyangkal. Ia hanya menundukkan kepalanya sembari menahan tangisan saat membayangkan kedua anaknya saling memeluk menyalurkan hangat untuk melawan kedinginan di dalam hutan.

"Dokter juga mengatakan bahwa kedua anak anda terkena udara dingin dalam waktu yang lama, saya menemukan mereka pada pagi hari menjelang siang. Beruntungnya, Lucian hanya mengalami demam sehingga nyawanya selamat."

"Begitu dokter selesai memeriksa kedua anak anda, beberapa jam setelahnya pemakaman Lacion pun dilakukan. Lucian turut ikut karena ia memaksa walaupun keadaannya tak memungkinkan untuk ikut."

Seketika Adhi tersenyum sedih saat membayangkan wajah Lucian kecil saat itu. Anak itu terlihat sangat menyayangi adiknya. "Lucian menangis histeris melihat tubuh adiknya tertimbun tanah, ia meronta dalam gendongan ingin menyusul adiknya. Namun beberapa warga ikut menghalangi hingga pemakaman pun berlanjut dengan lancar."

"Lalu setelahnya? Apa yang terjadi dengan tuan muda kecil?" Roberto yang juga ikut mendengarkan pun mengajukan pertanyaan.

"Lucian tak pernah mengeluarkan suaranya sama sekali. Saya sudah berusaha mengajaknya berbicara, ingin makan pun susah sehingga tubuh kecilnya saat itu bertambah sangat kurus. Namun saya tetap sabar, saya terus membujuknya dengan lembut hingga beberapa hari setelahnya saya memutuskan untuk mengadopsinya, karena saat itu saya juga baru saja kehilangan anak dan istri saya beberapa hari sebelum saya menemukan kedua anak anda."

Lucian Hartley [Slow Update]Where stories live. Discover now