Part 2 : The Next Level

Start from the beginning
                                        

"Lo mulai berlagak menjadi 'penguasa panggung', lo pasti bahagia, kali ini lo bakal disorot. banyak." Jericho menimpali.

"Lo tau, jauh sebelum ini gue emang selalu jadi sasaran utama spotlight, gue ngerasa dunia emang panggung gue yang selalu berpihak. Gue bisa apa coba kalau begini." Reyvan dengan percaya dirinya menata rambut dengan asal, ia menatap dengan sinis.

Nafta menatap keduanya bergantian, lalu memberanikan diri bertanya, "Apa nggak terlalu cepat? Kita bahkan belum memulai evaluasi pasca-proyek kemarin."

Jericho meletakkan toolkit- setelah merubah beberapa bentuk rangkaian robotnya, "Mau gak mau, kita harus bersiap."

Reyvan mengangkat bahu. "Ya, buat orang biasa mungkin terlalu cepat. Tapi lo bukan orang biasa, Naf. Lo tuh kayak... paket lengkap. Punya otak, punya nama besar, dan sekarang—udah punya tim. Dan akan semakin besar, jangkauannya."

Nafta menunduk. Ada nada sarkasme halus di sana. Bukan mengejek, tapi semacam kekaguman yang dibungkus dengan sinisme. Reyvan punya cara aneh untuk menunjukkan kekagumannya—dan Nafta tahu itu. 

Namun, entah mengapa realita itu membuat ia menemukan harapan baru.


***


Waktu istirahat panjang, angin sore menyelinap melalui pintu lab yang dibiarkan terbuka lebar, suasana benar-benar nyaman. Mereka bertiga masuk ke dalam ruang lab Ilmiah yang cukup sunyi. Setelah mereka menghabiskan banyak waktu untuk proyek individu, saat ketiganya ada waktu yang disebut  'interlude'- jeda dari kesibukan proyek individu. Mereka memutuskan membuat lingkup diskusi serius, dengan topik sederhana.

Diskusi Ilmiah, the next level.

Nafta duduk tegak, matanya sibuk menelusuri ide yang ia tulis pada buku jurnal kulit berwarna coklat. Ia memegang pena seperti seseorang yang siap menyempurnakan hipotesisnya kapan saja. Reyvan duduk bersandar di lantai, ia melirik grafik rumit pada layar tabletnya dengan rasa ingin tahu yang membara. Sedangkan Jericho di hadapan keduanya duduk menyamping, kakinya ia angkat ke kursi di sebelah Nafta, si lelaki memegang alat kendali dari miniatur sistem robotik yang sedang ia kembangkan.

"Aku sempat kepikiran," katanya tiba-tiba, "kalau memang benar kita dapat proyek besar, akan lebih baik kalau kita mulai diskusi dari sekarang. Bukan konten utama proyek, tapi setidaknya kita bisa menyamakan bahasa dan sudut pandang."

Reyvan tertawa. "Wih, baru aja gosip mulai naik, lo udah siap kerja? Gila. Lo robot, Naf?"

Nafta tidak tersinggung. Ia hanya mengangkat bahunya acuh.  "Hanya persiapan."

Reyvan kembali tertawa, "Kayaknya lo bergaul terlalu banyak sama Jericho, deh. Gue curiga, dia mungkin udah sabotase sistem otak lo, nanam chip kecil yang buat lo  bertindak seperti robot, sistem lo jadi 'yes-man' gitu, kaku dan nurut." 

Ia kemudian melirik starter kit robot kecil yang sedari tadi digerakkan oleh Jericho, gerakannya sedikit kaku dan terlihat aneh karena belum disempurnakan. Ketika robotnya terjatuh, tangannya tersentak-sentak, seperti bayi yang baru belajar berjalan, robot kecil itu berusaha bangkit. 

Tawanya pecah sekali lagi.

Jericho acuh, ia kemudian memungut robot mininya dan segera memeriksa. "Kalau begitu, lo baru aja muji kalau sistem gue efisien."

Nafta hanya menghela nafas lelah, "Pemikiran kamu itu,... unik."

Jericho menyela, "Tapi gue setuju. Saat ada waktu luang begini, alangkah lebih baik kalau kita mempersiapkan langkah kedepan."

"Plan A, Plan B, Plan C, dst?" Reyvan mengernyit. "Proyek penyempurnaan gabungan keahlian kita bertiga? Gue rasa kita bisa nembus itu, kalau kita buat kolaborasi penyempurnaan."

Nafta bangkit,  bergerak ke arah lemari dan mengambilkan tablet yang tersedia di sana, duduk di lantai menyamakan posisi kedua lelaki di hadapannya. Jericho refleks menurunkan kaki, menerima tab dan segera membukanya. Reyvan sekilas melirik, kemudian membuka konsep proyek yang sebelumnya mereka rancang, ia mengirimkan pesan langsung pada keduanya.

"Seperti yang sudah kita sepakati, Proyek kita akan menggabungkan tiga aspek utama. Humanistic, Energi dan Sistem. Kita masing-masing ambil bagian." Nafta mulai membaca peta konsepnya.

Jericho menatap latar tabletnya sekilas. "Gue bakal ambil di bagian sistem dan struktur, gue rasa kita bisa buat rancangan dengan sistem robotik dengan sensorik AI, dan integrasi gerak."

Nafta mengangguk, setuju dengan arah rancangan yang di tambahkan oleh Jericho, "Bagus, Aku akan urus algoritma sosial dan pendekatan kognitif manusia. Aku ingin kita bisa lebih fokus pada emosi yang bisa diprediksi- tanpa kehilangan sisi manusiawinya."

Reyvan menggeser grafik di tabletnya dan menimpali, "Gue urus perhitungan, energi, respons dan efesiensi. Kalau ini jadi sistem hidup, kita perlu tahu batas toleransi input-output tubuh manusia terhadap implis eksternal."

Nafta mengangguk sekali lagi, ia kemudian membuat catatan kecil untuk ketiganya, "Sebuah sistem gabungan yang mampu membaca emosi manusia melalui sensor biometrik dan menciptakan sensor adaptif melalui AI, dengan sumber daya energi internal yang stabil, responsif dan aman."

Nafta membagikan tampilan layar pada ketiganya.

Tiga Poros Utama Proyek :

1. Nafta : Emosi dan Persepsi Manusia

2. Jericho : Sensor dan Sistem Respon

3. Reyvan : Energi dan Efesiensi Adaptif.

"Jadi semacam eksperimen psikoteknologis," Reyvan menyimpulkan. "Tapi... ini dalam skala besar, the real next level."

"Multidimensi," Nafta membetulkan. "Kita akan masuk zona interaksi baru antara manusia dan sistem cerdas, mengambil celah yang belum terlalu dieksplorasi."

"Kalau sistem ini benar-benar bisa merespon kondisi batin seseorang secara real-time," ujar Jericho, menarik ekstensi keduanya, "berarti kita harus latih sistemnya untuk ' membaca' rasa takut, marah, atau luka... tanpa harus pakai kata."

"Dan juga, tanpa harus menyakiti orang itu," tambah Nafta pelan. "Karena nggak semua  luka bisa disembuhkan dengan logika."

Reyvan menatap kedua temannya lama. Lalu ia mengangguk, tidak berkata apa-apa, mungkin untuk pertama kalinya hari itu, ia setuju sepenuhnya.

Karena mentari sudah mulai terbenam di ufuk barat, ketiganya harus kembali untuk kelas malam, mingguan. Mereka setuju untuk segera bangkit dan kembali ke kelas.

Sebelum mereka benar-benar akan bangkit, Jericho meyisipkan satu pertanyaan yang menggantung di udara:

"Kalau sistem ini gagal... siapa yang pertama kali akan terluka?"

Pertanyaannya menjurus pada banyak hal, terlalu luas untuk sekedar mencari konsep jawaban.

Hingga,... tak ada jawaban.

Tapi, di layar tablet pribadi Reyvan, satu file baru terbuka sendiri- entah siapa yang membuka, atau bagaimana bisa terbuka.

Judulnya : 

|| Project SYZYGY : Resonansi Emosi Fase Pertama.

Dan itu menjadi catatan pertama, dengan lambang tiga entitas berbeda bersatu. Mereka belum tahu, bahwa dari keselarasan ini... satu gerhana akan lahir- tak hanya membelokkan cahaya, tapi realitas.

Filenya berkedip, seperti ada aliran yang memengaruhinya. Kemudian File hilang dalam sekejap.

***





To Be Continued...

ECLIPSE (1) || Spectrum of LightWhere stories live. Discover now