Oh... Yang barusan itu pujian yang paling disukai Upih! "Masih banyak wanita Indonesia yang jauh lebih cantik, pintar, dan sukses daripada saya, Pak," katanya sambil tersenyum malu-malu. "Kalau Pak Adji mau dikenalkan, saya punya beberapa teman perempuan—"

"In that scenario, why not advise Handjoko to get to know your friend and give up on you if you say there's someone better than you?" tanya Anang setelah berhasil memotong ucapan Upih.

Apa yang dia dengar soal Anang yang memang pandai—pandai menjebak lawan bicaranya—memang benar adanya.

Upih tertawa kecil, dia bergerak sedikit menjauh ketika kerumunan tamu yang berdiri di sampingnya sudah bubar. "I'll take that as a compliment."

"I did compliment you." Anang menganggukan kepala, dia mengambil champagne yang diantarkan beberapa pelayan yang berjalan dan memberikan salah satunya ke Upih. "Your name has recently been talked about continuously by our people," lanjutnya menyambung obrolan.

Senyum Upih terulas tipis, "I hope you are talking about me in a positive light," balasnya sambil tertawa.

"Please don't compare us to unemployed people who use social media to make fun of others for pleasure." Anang terlihat memutar kedua bola matanya malas.

Upih sempat merasa segan, "Maaf, Pak," cicitnya pelan. Sangat tidak lucu baginya untuk membuat masalah dengan salah satu keluarga konglomerat Daher Reu di pertemuan pertama mereka.

"Di sini—di Daher Reu—hampir tidak pernah ada keributan soal hubungan yang dijalin orang-orang yang punya nama besar di sini." Mengabaikan permintaan maaf Upih, Anang tampak membuka topik pembicaraan yang lain. "Seingat saya, sih, begitu. Kamu dan Handjoko jadi yang pertama kali, mungkin karena timing yang tidak pas juga. Tapi, kami—bukan orang-orang sosial media itu—mendukung hubungan kalian. Sebut saja ini bagian dari memperbaiki hubungan dua negara sekaligus bisnis besar dari dua keluarga. Ya, kan?"

Hm?

Upih bukannya tersinggung soal pendapat super realistis yang dikatakan Anang barusan, dia cuma tidak menyangka kalau pemberitaan soal hubungannya dan Handjoko juga dibicarakan di kalangan para orang-orang dengan nama besar yang sebenarnya punya kepentingan yang jauh lebih penting daripada mengurusi rumor hubungan antara dirinya dan Handjoko.

Karena bingung harus merespons apa, Upih hanya menganggukan kepala sambil menyesap sedikit champagne-nya.

"Why are you here? Shouldn't you be hanging out with the others, not with the young lady who seems bothered by your presence around her?"

Suara ini?

Meskipun tidak sepenuhnya familiar, Upih jelas mengenal suara yang menyahut barusan. Tangan Upih langsung bergerak menurunkan gelas champagne ke meja yang ada di belakangnya secara asal ketika melihat Yang Terhormat Prambudi Hariwibawa berdiri di sebelah Anang, tampak santai menepuk bahu pria yang sepertinya seumuran dengannya itu.

"Your son was the one who introduced us. How could it be, other than your son's girlfriend appearing uneasy with you, that he went to the bother of bringing her to meet me?" Anang membalas sarkas.

Dan ucapannya barusan sukses membuat kedua mata Upih melotot, wanita itu menggelengkan kepala dengan cepat. "Bukan... Saya tadi yang meminta untuk dikenalkan ke Pak Anang," sahutnya cepat ketika Anang dan Yang Terhormat Prambudi Hariwibawa menatap ke arahnya.

Sebelum Handjoko pamit untuk meninggalkan meja setelah menemaninya duduk bersebelahan sepanjang acara banquet digelar, Upih memang meminta pria itu untuk memperkenalkannya—jika bisa—ke Anang Dwi Aryaguna atas permintaan Chalid ketika tahu kalau Upih akan berangkat untuk memenuhi undangan banquet dari Kerajaan Daher Reu.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now