bab 32

19.4K 826 16
                                    

Aku kembali....

Maaf ya harus menunggu. Semoga cerita kali ini mengobati rindu kalian.
Selamat membaca ..

°°°

"Bu.. biar Yusuf yang nganter Ery sekolah." Pinta Yusuf pada ibunya pagi ini.

"Tumben?"

"Iya. Sekalian ada perlu di daerah sana."

"Oke. "

"Pulangnya juga biar Yusuf yang jemput."

"Oke." Jawab BuDewi tanpa berfikir.

"Eh tapi tumben? Mimpi apa ini kamu? Biasanya kamu mah gak pernah inisiatif kayak gini." BuDewi curiga.

"Gak apa apa Bu. Aku lagi ada kerjaan aja di daerah sana. Percaya sama Yusuf." Yusuf gak mau cerita dulu sama buDewi tentang Ana. Ia akan cerita kalau ia sudah bisa meluluhkan hati Ana, entah kapan. Sekarang  rasanya mengetuk pintu hati Ana saja, ia harus penuh rencana agar Ana tak semakin jauh.

"Yaudah ya, Yusuf berangkat dulu." Selesai sarapan dan melihat Ery yang sudah siap, ia segera berpamitan pada buDewi. PakHarto sedang ke luar kota, urusan yang kemarin ternyata berlangsung lebih lama. BuDewi yang tidak bisa meninggalkan Ery lama lama, memutuskan pulang lebih dulu.

~~~

Sesampai di sekolah Ery, Yusuf mengantarkan anaknya sampai depan ruang kelasnya. Lalu ia beranjak menuju ruang guru. Namun tak ia lihat batang hidung orang yang ia fikirkan sejak kemarin. Tak ingin lama-lama bergelut dengan pikirannya, Yusuf mencegat seorang guru untuk bertanya.

"Permisi Bu. BuAna hari ini tidak masuk kah??"

"Bu Ana?"

"Emmm itu. Ibu guru baru. Yang tingginya sepundak saya, putih, rambutnya hitam panjang. Yang matanya indah, senyumnya menawan. Yang hidungnya kecil mancung. Pokoknya yang cantik itu." Yusuf sampai bingung mau mendeskripsikan secantik apa Ana pada guru yang di temuinya ini.

"Ohh ibu guru pengganti itu? Bu Ana ya. Beliau sudah tidak membantu di sini Pak. Soalnya sekolah sudah dapat guru  tetap." Jelas guru itu sambil menahan tawa. Betapa konyolnya laki-laki di depannya ini saat mendeskripsikan guru sekolah anaknya.

"Hah?? Guru pembantu?"

"Iya. Bu Ana hanya membantu sementara selama sekolah mencari pengganti guru kami yang sedang cuti melahirkan." Lanjutnya menjelaskan.

"Kalau begitu bisa saya minta nomer telpon atau alamat rumahnya?"

"Em maaf ada perlu apa yah Pak? Kami tidak bisa memberikan informasi pribadi asal-asalan."

Yusuf memikirkan alasan apa yang cocok dan bisa meyakinkan guru ini untuk memberikan info tentang Ana. Karena tak bisa lama berfikir Yusuf memberi alasan asal yang menurutnya sedikit masuk akal.

"Emm begini Bu. Kami kemarin bertemu di toko buku. Lalu saya mempunyai hutang pada buAna. Saya berniat mengembalikannya sekarang. Tapi ternyata beliau sudah tidak di sini." Yusuf memasang wajah sendu yang cocok.

"Mungkin uang buAna di saya ini tak seberapa bagi saya tapi saya gak tau bagi buAna. Apalagi saya dengar beliau tinggal sendiri." Yusuf menambahi kalimatnya agar lebih meyakinkan.

"Baiklah tunggu sebentar saya tanyakan pada yang bersangkutan dengan data pengajar. Silahkan duduk, tunggu sebentar."

"Baik Bu. Terima kasih."

Setelah menunggu beberapa waktu, Yusuf kini mengantongi nomer telpon dan alamat rumah Ana. Ia berharap hari ini hubungannya dengan Ana membaik.

~~~

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang