bab 29

22.9K 1K 29
                                    

Siang ini ada pertemuan wali murid di tempat Ery bersekolah.
Semacam acara playdate orangtua dan anak. Karena buDewi hari ini tidak bisa hadir jadi Yusuf berkewajiban menghadiri acara tersebut.
Ery yang sudah berusia dua tahun lebih itu adalah bocah yang aktiv dan cerdas. Ery sudah lancar berbicara meski masih cadel. Itu yang biasanya membuat para guru gemas pada Ery, juga pada bapaknya Ery  eh*

Memang bukan hanya sekali ini Yusuf ke sekolah. Beberapa kali saat buDewi sibuk, Yusuf yang akan mengantar jemput  anaknya.

"Sayang, nanti kita harus kompak ya. Biar bisa menangin semua permainan di sekolah. Oke?"

"Ote yayah." Meski sudah lancar berbicara Ery masih lebih suka memanggil Yusuf dengan yayah daripada Ayah.

Sesampai di sekolah sudah ramai sekali dengan kedatangan teman2 Ery beserta walimurid masing2, adapula yang di dampingi pengasuh atau nenek kakek. Semenjak menginjakkan kaki di sekolah sudah banyak ibu2 yang menghampiri Yusuf sekedear basa basi atau menggoda Yusuf. Adapula nenek2 yang merayunya ingin di jodohkan dengan anaknya.

"Ibu gulu, celamat ciyang." Ery terlepas dari pegangan tangan Ayahnya. Ia berlari pada seorang guru yang membelakangi keduanya. Guru tersebut sepertinya guru baru karena Yusuf tidak bisa mengenalinya dari belakang.

Buguru tersebut menoleh saat merasa kakinya di peluk, lalu ia berjongkok untuk menyamai tingginya dengan Ery.

"Selamat siang juga. Ery di anter siapa?" Ucapnya lembut.

" yayah."

"Ayah?" Tanyanya memastikan.

"Emm" jawab Ery sambil menganggukkan kepalanya.

Ana mengedarkan pandangan, namun tak menemukan ayah Ery. Ana adalah guru baru di sekolah Ery menggantikan tetangganya yang sedang cuti melahirkan. Selama ini Anatinggak di sebuah apartemen studio yang ia beli dari hasil bekerja dengan Yusuf dan bekerja sebagai penulis cerita di platform online. Sehingga ia jarang sekali keluar. Semua kebutuhannya ia order secara online. Ana mengurangi diri dengan interaksi luar. Ia sedikit takut jika ketemu dengan Yusuf dan akan mendapatkan perlakuan2 yang tak pantas lagi. Ia juga memutus semua komunikasi yang bisa menghubungkannya dengan Yusuf.  Beberapa minggu yang lalu, tetangganya tiba2 mengalami kontraksi di dalam lift. Ida -tetangga Ana- menggedor2 pintu apartementnya meminta tolong untuk di antar ke RS karena suaminya sedang dinas ke luar kota. Jadilah Ana yang menjaga dan merawat Ida hingga bayinya lahir. Setelah di perbolehkan pulang, Ida memohon pada Ana untuk menggantikannya mengajar sementara di sekolah Ery. Ida belum sempat mengajukan cuti karena ternyata harus melahirkan bayinya prematur. Jadilah di sini, Ana sekarang menjadi ibu guru baru.

"Sekarang mana ayahnya?"

Ery mengedarkan pandangan namun seperti Ana, ia juga tak menemukan ayahnya namun ia melihat sesuatu.

"Di makan ibu2." Sambil menunjuk satu titik ibu2 yang berkerumun.

Ana dan Ery tertawa bersama,
" yaudah Ery ikut buguru dulu aja ya. Ery duduk yang rapi di sebelah sana sambil nunggu acaranya di mulai."

"Emm. Ei duduk lapi."

Ana mengelus lembut rambut Ery. Ana sungguh merindukan bocah kecil ini. Bocah yang ia susui dan rawat sepenuh hati. Sejak pertama kali berjumpa, mereka langsung dekat seperti ada ikatan yang kuat. Meski Ana tak mengajar di kelas Ery, Tuhan selalu menakdirkan mereka bertemu. Ery selalu menempelinya saat jam istirahat atau saat jam pulang sekolah tiba sebelum ia dijemput neneknya.

BuDewi belum tau jikalau Ana mengajar di sini. Suatu hari hampir saja mereka bertemu namun karena Ana belum siap, Ana membuat alasan agar bisa segera pergi dari sisi Ery setelah memastikan keadaannya aman.

Ana tau tak selamanya ia bersembunyi bisa dari mereka, tapi tak secepat ini juga ia siap. Ana hanya selalu berdoa agar pertemuan mereka harus dalam keadaan baik, dan kondisinya juga baik.

~~~

'ibu2 inibkenapa sih gak bosen2 caper. Anak gue ilang deh.' Batin Yusuf sebal.

"Ibu2 permisi ya. Anak saya terlepas dari saya. Jadi tolong beri saya jalan." Ujar Yusuf sopan. Budewi sudah mewanti2nya untuk tidak bersikap dingin dan tak sopan karena sebagian besar disana adalah teman2 arisannya. BuDewi tak mau ada masalah hanya karena sikap Yusuf.

Yusuf mengedarkan pandangan ke depan mencari2 anaknya.
'mati gue, bisa2 Ery laporan sama ibuk.  '

Setelah wira wiri kesana kemari, Yusuf mencoba bertanya pada seorang guru yang sedang menyiapkan properti di meja.

"Permisi Bu." Yusuf sedikit menepuk pundak ibuGuru pelan.

"Ya?" Buguru menoleh, tersenyum ramah.

Deg.

'Tuhan? Ini Ana kan? Ana ku?"

"Ana?" Kaget Yusuf. Seluruh kota ia tusuri namun Yusuf bisa menemukan Ana di sekolah Ery dengan mudah tanpa usaha. Bagaimana bisa?

"Iya Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Ana masih mencoba profesional. Ia menahan tangannya yang gemetar dengan tetap mempertahankan senyum ramahnya.

Grep

Yusuf memeluk Ana erat. Sangat erat, hingga dada keduanya sesak.

"Pa - ak. Tolong le pas. Sesak." Ana terbata. Selain syok dengan tindakan Yusuf, Ana kaget dengan pelukan tiba2 ini.

"Maaf."

"Maaf Na."

"Saya minta maaf." Yusuf tak kuasa membendung air mata harunya.
Tak jua mendengar jawaban Ana, Yusuf melepas pelukannya. Ia berlutut memeluk kaki Ana.

"Maaf Na. Saya salah. Saya  saya say" Yusuf tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Ia sungguh bahagia dan terharu bisa bertemu Ana.

"Pak jangan begini. Gak enak dilihat orang. Tolong pak. Berdiri dulu."

Yuusf pun berdiri namun tak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Ana.

"Na. Saya minta maaf. Tolong maafin saya." Ulang Yusuf.

"Saya sud"

"Bu Ana tolong percepat persiapannya ya. Acara segera dimulai." Ujar seorang guru memotong kalimat Ana.

"Iya Bu." Ana mengangguk sopan. "Permisi pak."

Guru itu baru tersadar ada orang yang bersama Ana, "loh pak Yusuf. Cari Ery ya? Tadi duduk di sebelah sana."

"O oh. Iya. Terima kasih." Yusuf gelagapan, ia yang sedari tadi memandang kepergian Ana tergagap dengan kalimat buguru.

"Permisi Bu, saya harus segera menemui Ery."

~~~

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang