bab 11

33.1K 915 7
                                    

Hari ini Yusuf berniat untuk tidak pergi bekerja, ia ingin main bersama anaknya setelah akhir2 ini sibuk mengurus usahanya.

Pagi2 sekali setelah shalat subuh, Yusuf langsung peegi ke kamar anaknya. Dia memang belum pernah bangun sendiri selama ini, biasanya ibunyalah yang rajin menjadi alarm setiap pukul 05.00 teng. Tidak pernah telat kecuali beliau sednag tidak ada di rumah.

Saat pergi pun ibunya pasti menerornya lewat telpon., karena pagi hari ini seharusnya yang membangunkannya adalah Ana - baby sitter anaknya - , Yusuf malah merasa sedikit malu saat Ana melihatnya dalam keadaan tidur nyenyak. Entah tidurnya yang berantakan atau mungkin mulutnya yang terbuka saking enaknya tidur.

Cklek

Perlahan Yusuf membuka kamar anaknya, namun yang dilihat pertama bukan seperti bayangannya. Ia malah melihat Ana yang terlihat begitu adem memakai mukena putih. Begitu cantik meski tertutup rapat.

"Pagi Pak. Bapak kok sudah bangun padahal belum jam 5. Saya baru saja akan menuju kamar bapak." Ujar Ana sambil melipat sajadah. Ana segera melepas mukenanya agar bisa membantu mbokNah di dapur sebelum nona kecilnya bangun karena tugas paginya sudah hangus saat si Tuan sudah bangun sendiri.

Yusuf memandang Ana tanpa berkedip seperti adegan slow motion. Saat membuka mukena, perlahan tangan Ana yang putih itu tersingkap. Lalu terlihatlah rambut panjang Ana yang bewarna coklat gelap,terlihat begitu lembut.

"Pak."

"Bapak."

"Pak Yusuf. Haloo.."
Ana berusaha memanggil Yusuf yang terbengong di pintu kamar.

"Eh" kaget Yusuf. Ana menepuk lengannya, meski pelan cukup menyadarkan Yusuf dari lamunan.

"Saya mau temani Ery tidur di sini mumpung masih pagi." Ia langkahkan kakinya menuju box bayi. Lalu mengangkat anaknya ke kasur dan memeluknya posesif.

"Nanti bapak di bangunkan jam berapa pak?"

"Gak usah. Saya libur hari ini."

"Iya Pak. Saya ke dapur dulu mau membanfu mbokNah. Permisi." Pamit Ana.

Setelah pintu tertutup Yusuf mengendus bantal yang tengah ditidurinya. Heeeeeemmm bau Ana. Harumnya lembut menenangkan, tidak menyengat namun membuat hidung nyaman saat menghirupnya. Kira2 parfum apa yang dipakai Ana hingga bantal bekas tidurnya saja masih wangi meski sudah ditiduri semalaman.

~~~

Selesaaaaaaaaiiii...

Ana sudah selesai membantu mbokNah memasak dan menyiram bunga di halaman, sedang mbokNah membersihkan rumah. Matahari sudah sedikit terik namun nona kecilnya belum bangun juga. Ini di luar jadwal yang di tetapkan buDewi. Setelah membersihkan diri, Ana segera pergi ke kamar Ery.

Ternyata Ery sudah bangun dan sedang bercanda ria dengan ayahnya. Saat netra kecilnya menangkap kehadiran Ana, tangan Ery segera di angkat seraya ingin di gendong.

"Pagi non. Ayo mandi ya. Biar tambah cantik, jauh dari kuman." Membawa Ery ke daoam gendongannya.

"Permisi ya Pak. Saya mau memandikan non Ery dulu. " saat melihat Yusuf yang masih tiduran di kasur.

"Ya."

Tadi bisa loh pak Yusuf ngomong panjang sama anaknya kenapa sekarang jadi irit..pikir Ana heran.

Tak memusingkan kelakuan Yusuf, Ana segera melakukan tugasnya. Memandikan Ery yang setelah diamati suka sekali dengan busa sabun, suka ciprat2 air juga. Setelah dirasa Ery sudah cukup mandi, Ana mengangkatnya dan memakaikan handuk lucu bergambar cinamonroll. Lucu sekali.
Handuknya ada topi langsung gandeng dengan handuk badannya.

Keluar dari kamar mandi Ana di kagetkan dengan Yusuf yang masih di atas kasur yang ia duga sudah selesai mandi, sedang bermain ponsel. Pakaiannya sudah rapi, wangi citrus semerbak ke penghidunya, rambut sudah rapi meski tidak se-klimis saat Yusuf bekerja.

Tak gentar Ana meletakkan Ery di atas kasur sementara ia mengambil perlengkapan. Lalu ia memakaikan bedak di tubuh Ery. Ery yang suka dengan bau bedaknya segera mengambil bedak di tangan Ana. Namun tangan bayi itu seperti menangkis, hingga bedak itu terjatuh.

Dug

Suara dahi yang terbentur keras. Ana dan Yusuf saling menggisok dahi mereka sambil meringis.

Keduanya ingin mengambil bedak yang terjatuh.

"Maaf"
"Maaf"

Keduanya reflek meminta maaf.
Ana segera berdiri namun karena bedak yang tercecer ia tergelincir dari posisinya. Ia menarik baju Yusuf yang ada di depannya. Yusuf yang belum siap ikut terjatuh hingga menindih tubuh Ana.

Aaaaaw  ssss

Tangan Yusuf mencoba mengangkat  tubuhnya agar Ana tidak semakin terhimpit. Namun karena gerakkan kaki Ana, tubuh Yusuf tak imbang. Ia terjembab menimpa Ana lagi.

Kini posisi mereka semakin lengket. Dada mereka saling menempel, wajah Ana di leher Yusuf yang membuat wajah Yusuf memerah  hingga telinga.
Sementara tubuh bagian bawah sudah tidak bisa di ceritakan lagi. Silahkan bayangkan sendiri. Hehehe..

Prok prok prok

Haha haha hahaha...

Eryvtertawa riang di atas kasur.

~~~

ibu susu untuk Ery (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang