39. Kisah dari Desa💉

11 4 4
                                    

"Proker individumu ngapain aja, Ka? Udah jalan?"

"Belum, baru minggu depan. Kamu ngambil apa aja, De?"

"Sosialisasi kesehatan reproduksi di SMP sama senam bumil."

"Haha ... ini pasti pelampiasan gara-gara nggak dapet dosbing dari divisi maternitas."

"Diem, Ka!"

Sebelum berangkat KKN, anak keperawatan memang disuruh mengisi link topik skripsi agar bisa dibagi dosen pembimbingnya. Hasilnya keluar saat hari ketiga KKN, yang tentunya cukup mengacaukan fokus mahasiswa yang lagi sibuk merancang program kerja.

Saat mengisi link, Dea mengisi topik seputar kesehatan reproduksi dan dismenore. Namun sayangnya Dea tak mendapatkan dosbing dari divisi maternitas, melainkan dari divisi dasar.

"Kalian akrab banget. Pacarmu, De?" celetuk Nayanika.

"Ora, lah!" Dea cepat membantah. "Kurang kerjaan banget pacaran sama Raka. Cowok keperawatan emang dikit, tapi banyak yang buaya, termasuk Raka."

"Berarti pacarmu buaya to, De?" ledek Raka.

"Ora!"

"Oh ... Dea pacaran sama sesama anak keperawatan?"

"Iya, pacarnya Dea kating, kakak kelasnya dulu di SMA." Malah Raka yang menjawab. "Pacarmu meh wisuda, De. Kowe ora pengen teko, po?"

"Yo pengen, lah, tapi males ijinnya. Kan peraturane ora entuk ninggalake posko lebih dari 24 jam."

"Halah, trabas wae lah, De. Wes mendekati penarikan, ora mungkin DPL kunjungan meneh."

"Loh, katanya Dea dari Jakarta? Udah mudeng bahasa Jawa?"

"Udah termasuk pro kalau buat bahasa ngoko kok, Nay. Soalnya Dea gaulnya sama temen-temen dari Jawa semua."

"Nay?" Nayanika mengernyit heran Raka memanggilnya Nay.

"Sotoy banget. Panggilane Nika padahal."

"Kalau aku manggilnya Naya, boleh? Biar beda."

"Hmm ... boleh."

Lentera sedari tadi cuma mengamati. Menurutnya, walaupun lagi ngobrol dengan Dea, tapi pandangan Raka tak bisa teralihkan dari temannya Dea.

***

Dea dan Nayanika sudah pulang, sedangkan anggota kelompok Raka belum kembali sampai sekarang. Entah mereka pada nongki di mana. Jangan bilang malah ke pusat kota.

"Len, aku mau nanya sesuatu. Agak sensitif, sih, jadi semoga nggak tersinggung."

Lentera mengernyitkan dahi. Pertanyaan sensitif yang seperti apa? Penyakitnya? Menurutnya masalah penyakitnya bukan pertanyaan sensitif, sih, toh Raka kan anak kesehatan. Atau tentang keluarganya?

"Sorry, kamu tau dan ngerasa nggak kalau beberapa anggota kita kadang nyindir kamu, malah kaya cenderung jauhin kamu?"

Setelah melontarkan pertanyaannya, Raka mengamati ekspresi Lentera. Alih-alih tersinggung, Lentera justru tertawa yang tidak tampak seperti dipaksa.

"Uah iasa."

"Apanya yang biasa?"

Dari jaman sekolah udah biasa nggak punya temen karena banyak yang menganggapku aneh. Baru saat kuliah agak mendingan, ada yang mau ngajak berteman duluan.

Raka tertegun membaca penjelasan Lentera. Apa dunia memang sekejam itu untuk orang disabilitas?

"Apa kamu nggak pernah merasa sedih atau marah dengan perilaku mereka?"

Kala Cinta Memilih CintanyaWhere stories live. Discover now