Gara merangkul bahu sang kekasih sembari mengambil sudip silikon itu dari tangannya. "Pie, saya minta tolong jagain Gege selama di sekolah, ya?"

Jamahan mata Pearly beralih pada Gerald, lantas hidungnya tanpa sengaja mengendus aroma alkohol yang ada pada tubuh sang mantan alias calon anaknya itu.

"Lho, kenapa harus dijagain, Om?"

"Saya khawatir dengan pergaulannya. Kamu bisa 'kan, Pie?"

Pearly mengulas senyum sembari mengangguk patuh. Ia alihkan pandangannya itu pada Gara di sebelahnya. "Memang sudah menjadi tugas aku sebagai mama untuk menjaga anaknya. Iya 'kan, Pa?"

Sesekali Pearly mencuri pandang pada Gerald yang tampak kesal. Puas sekali rasanya mengerjai dan memanasi mantannya itu. Pasti sekarang Gerald sedang menahan diri untuk mengumpat dan mencari cara untuk memisahkannya dari Gara. Eits, nggak semudah itu!

"Thank you, Pie."

"My pleasure."

Gerald mendengus sebal, mata elangnya menatap Pearly dengan sorot tak suka. Sejak awal saja ia memang sudah menentang hubungan antara sang ayah dengan sang mantan. Bukan apa, Gerald hanya tidak mau jika nantinya Gara dan Pearly betulan menikah, omelan dan cemoohan akan menghiasi hari-harinya. Salah satu tujuan Pearly mendekati Gara mungkin karena untuk balas dendam kepadanya. Gerald mampu menebak itu semua.

"Terserah Papa deh!"

Lantas setelahnya pemuda itu menghentakkan kakinya pergi dari hadapan sepasang kekasih tersebut. Meninggalkan rasa puas tersendiri di hati Pearly tiap kali melihat Gerald tersiksa batinnya.

"Jangan lupa ke meja makan untuk sarapan bareng ya, anak Mama!" kata Pie mengingatkan Gerald.

"Bodo amat!"

Pearly cekikikan kala Gerald menyambar ucapannya dengan tidak sopan alih-alih marah. Gara menggeleng pelan melihat tingkah sang pacar dan anak semata wayangnya itu. Ia menyelipkan tangan besarnya di samping pinggang ramping Pearly, lalu ditariknya mendekat.

"Ayo, sarapan bersama saya."

_-00-_

Kalea pulang dari pesta Theo semalam sekitar jam satu sini hari, tepat setelah insiden Dena yang nekat menceburkan diri ke kolam. Semalam Dena memilih untuk menginap di rumahnya alih-alih pulang ke rumah sendiri. Entahlah apa maksud Dena yang seringkali menginap di rumahnya, seperti orang yang tidak punya rumah saja jika dilihat-lihat. Kalea tidak mempermasalahkan Dena yang sering menginap di rumahnya, tetapi yang membuatnya kesal setengah mati adalah sikap Dena yang sangat suka tidur di kasur miliknya, sehingga ia harus pindah ke kamar tamu atau sofa.

Pagi ini Kalea kembali dibuat kesal lantaran kasurnya berantakan karena ulah Dena yang tidak pernah bisa tidur dengan tenang. Tubuh wanita itu berputar 180° dari posisi awal tidur, membuat seprei dan bantalnya berantakan tak berbentuk. Kalea mendesah frustasi lalu memukul kepala Dena menggunakan bantalnya yang terjun ke lantai.

"Ih, Tante bangun cepat!"

Dena melenguh dan meringis begitu kepalanya dihantam bantal besar beberapa kali. Sosok yang pertama kali menyambutnya adalah sang keponakan. Kalea terlihat sangat bersemangat memukuli kepalanya menggunakan bantal. Dena menggeliat, lalu merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap.

Emosi Kalea makin menjadi-jadi. Jika saja yang dihadapannya ini bukan tantenya sendiri, maka sudah dipastikan ia akan menendang tubuh Dena sampai bertemu sapa dengan lantai keras di bawah sana.

TAKEN YOUR DADDY [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now