Fourteen

41 7 4
                                    

Rhea membuka matanya.

Nafasnya tidak beraturan, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Kepalanya terasa berputar.

Kini gadis itu mengedarkan pandangannya.

Kakinya menginjak rumput hijau tanpa sepatu. Rambutnya tergerai bebas. Jubah merahnya melambai-lambai ditengah tiupan angin.

Didepannya kota.

Kota modern dengan gedung-gedung pencakar langit. Mobil-mobil berterbangan diatas kepalanya. Pohon-pohon berbuah permen menyita perhatian gadis itu. Kerumunan orang berlalu lalang melewati tempat Rhea tertegun.

Ditengah kota entah dimana gadis itu membuka matanya dan melihat pemandangan aneh.

"Kota apa ini?" Gumam Rhea kebingungan.

Anak-anak bermain dengan sesuatu berbentuk tabung dan secara tiba-tiba meluncur bak roket. Baju mereka bersinar terang terpantul cahaya matahari. Sinar aneh mengelilingi semua baju orang.

"Apa yang ia lakukan?"

"Iuh, bajunya sangat kuno"

"Dia terlihat seperti orang yang waras tapi sepertinya aku salah"

"Mungkin hanya gelandangan "

"Atau jangan-jangan dia adalah intel?"

"Bajunya sangat kusam "

"Wajahnya sangat cantik"

"Ah kita harus bergegas, sebelum gaji kita di potong "

"Hahahaha "

Bisik-bisik terdengar di telinganya.

"Siapapun tolong beritahu apa yang terjadi" gumam Rhea mengacak-acak rambutnya.

"Ibu! Ibu! Sepertinya ada orang gila, aku takut ibu"

Rhea menggelengkan kepalanya mencoba tenang.

Sepertinya apa yang dikatakan anak itu benar. Dia akan gila!!

Rhea benar-benar frustasi.

Dia tadi hanya diam di bawah pohon rindang!! Namun mengapa tiba-tiba ia bisa disini????

"Mungkinkah ini bumi?" Rhea melangkahkan kakinya menuju sekumpulan anak-anak yang bermain dengan sepatu bot aneh namun bisa terbang bak pesawat.

Atensi anak-anak tersebut teralihkan oleh kehadiran Rhea.

"Permisi, boleh aku bertanya dimana ini" Rhea mencoba menarik kedua sudut bibirnya yang naas nya terlihat mengerikan.

Anak-anak tersebut saling berpandangan. Seolah-olah sedang bertelepati.

Tunggu, apa mereka benar-benar sedang telepati? Pikir Rhea yang sudah setengah gila.

"Ini ibu kota Vatten, kota Agua" anak kecil berkepang memutuskan menjawab pertanyaan Rhea.

Vatten? Artinya air dalam bahasa Swedia.

Agua? Artinya juga air dalam bahasa Spanyol.

"Hah? Kota air?" Rhea menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Eee baiklah, terima kasih"

"Sama-sama" senyum anak kecil itu ramah.

Rhea melangkahkan kakinya ke sembarang arah. "Kota air? Aneh" dengus Rhea.

Kakinya sedikit terasa sakit bergesekan dengan jalanan yang ia pijaki. Kepalanya benar-benar akan meledak. Sudah cukup gadis itu berpindah dunia di Maradona. Dan sekarang gadis itu berada di negara atau kota air? Sungguh tidak masuk akal.

Dark Knight : RheaWhere stories live. Discover now