Three

40 14 0
                                    

Udara malam terasa dingin, sinar rembulan terpantul di genangan air halaman istana Oliena. Gesekan daun terdengar diantara keheningan istana, tiupan angin melambaikan rambut hitam Rhea yang tergerai panjang. Tubuhnya digendong oleh Ksatria Alex yang tampang berpura-pura tidak melihat wajah Rhea.

Namanya Alex tanpa ada nama lainnya, lelaki berusia 20 tahun diangkat menjadi kepala ksatria di kerajaan Oliena. Alex hidup di bawah awan dan tidur di permukaan tanah, orang tuanya meninggal, ia kemudian di usir oleh adik ayahnya dari rumahnya sendiri di usia 9 tahun. Dahulu dia gelandangan, hingga akhirnya seperti cerita cerita pada umumnya, Alex diajak Duke untuk menjadi ksatria diusianya ke 10 tahun.

"Kau memiliki potensi Nak" ujar Duke William kala itu.

Secerah harapan menyinari Alex, ia mulai melatih dirinya dan menjadi kepala ksatria di kerajaan Oliena.

Alex mulai melangkahkan kakinya menuju menara yang berisi penjara-penjara bagi mereka yang melakukan kejahatan cukup kejam. Seperti pembunuh, perampok, pencuri dan buronan. Yeah, mungkin penjara yang melakukan kejahatan besar bukan lagi 'cukup' kejam.

Langkah kakinya bergema diantara sel penjara, membuat atensi para narapidana mengarah kearahnya. Satu kata mengungkapkan keadaan penjara itu adalah kumuh. Jaring laba-laba menggantung kesegala penjuru, bau darah kering tercium, arsitektur bangunan yang tidak terawat, dan aura lain yang terasa.  Alex memerintahkan pengawal penjara untuk membuka sel yang berada di ujung. Tidak terlalu kotor mungkin, jerami usang dan lantai yang lumayan bersih untuk penjara sepertinya..

Berhati hati, Alex menurunkan Rhea dari gendongannya dan meletakkannya diatas tumpukan jerami. Alex meringis.

"Kasian sekali nona ini, padahal dia sangatlah cantik. Malah berakhir di penjara" gumam Alex mulai menutup sel penjara dan memandang Rhea lembut.

"Bertahanlah, aku akan membantumu" gumam Alex pelan.

.
.
.

Rhea membuka matanya. Lehernya terasa nyeri akibat suntikan itu. Atau lebih tepatnya obat bius itu.

"Kenapa.. gue bisa merasakan emosi ya?" Gumam Rhea heran. "Nyebelin banget sih parah, apa jangan jangan alexithymia gw sembuh ya? Plis jangan ntar gua repot anjir" Rhea menggelengkan kepalanya berharap agar alexithymia nya tetap ada. Aneh memang.

Rhea mengedarkan pandangannya, ia duduk di bawah jerami. Ruangan kecil terlihat jelas dimatanya, kumuh. "Penjara kali ya?" Gumam Rhea pelan.

Rhea membuka jaket hitamnya dan melipatnya menjadi tumpuan bantal. "First of all, gw dimana? Ya dipenjara lah, masa iya di hotel, kedua ini di dunia mana aih" Rhea menekuk lututnya dan mengangkat sebelah kakinya di atas lutut.
"Kela atuh kela, kalo ini gw masuk ke novel ga mungkin, orang-orang disini asing kok ga kaya di novel yang pernah gw baca. Kalo ini masa lalu... Bisa jadi, tapi... Sejak kapan di Indonesia orang orang pada pake gaun kek bangsa barat? Atau mungkin ini di benua eropa ya? Bisa jadi sih" Rhea menghela nafas panjang.

Entah apapun dunia ini, yang jelas mengapa? Mengapa Rhea bisa terseret di dunia ini? Mungkinkah takdir mempermainkannya?

Sel terbuka, terlihat penjaga meletakan makanan di sel Rhea. Wajahnya tertutup oleh helem besi ala ksatria kerjaan. Disela sela lamunannya Rhea melirik makanan itu. Bubur kental hijau yang aneh dan air putih dengan gelas besi. Rhea mendudukkan dirinya dan menimang nimang apakah ia harus melihat makanan tahanan itu lebih dekat atau tidak. Rhea berjalan malas malasan dan melihat makanan itu dari dekat.

"Kagak higenis anjirt" gumam Rhea protes. "Ini apaan anjay, bubur sejak kapan hijau anjirt, kalo bubur kacang ijo okelah, lah sejak kapan bubur kental ada warna hijau?" Rhea menoel noel bubur tersebut dengan sendok, dan memperhatikan bubur tersebut.

Dark Knight : RheaWhere stories live. Discover now