Ten

36 11 2
                                    

6 bulan kemudian

Pintu ek besar itu menderita terbuka. Cahaya dari ruang singgasana menyeruak, memandikan mereka dalam aliran putih terang yang membuat Rhea terkesiap. Segera setelah matanya terbiasa dengan pencahayaan aneh itu, ia harus menahan diri tidak heboh sendiri.

Ruangan itu tampak bersinar dari dalam. Pola rumit terukir pada dinding putih dan diatasnya. Terdapat lukisan para kaisar terdahulu dan lukisan monster, binatang mitos aneh, mengelilingi ruangan singgasana tersebut.

Ditengah ruangan duduklah Kaisar Maradona, rambutnya memutih termakan usia, keriput tampak jelas di wajahnya, matanya merah darah bak elang, walau begitu fitur wajahnya cukup tampan dan gagah.

Disebelah kanannya duduklah  Permaisuri Maradona. Rambutnya pirang terkepang rapi di bahunya, kulitnya yang putih terlihat keriput halus di wajahnya, manik birunya menatap tenang namun elegan.

Di sebelah kiri Pangeran Mahkota Maradona. Rambutnya hitam berkilau, rahangnya yang tegas, tatapan manik merah yang dingin dan wajahnya yang sangat sempurna bak dewa.

"Jangan berbicara sebelum diizinkan" bisik kecil Sir Daniel di sampingnya. Rhea mengangguk di balik tudungnya.

Sir Daniel membungkuk rendah memberikan salam. Bersamaan dengan itu sir Daniel mendorong kasar punggung Rhea hingga membungkuk.

"Kau harus memberikan salam bodoh" gumam sir Daniel pelan namun terdengar oleh Rhea. Gadis itu mendengus dingin. Kemudian keduanya kembali berdiri tanpa menatap kaisar.

"Jadi.. inikah prajurit pasukan mu?" Tanya Kaisar menatap Rhea.

"Tentu kaisar. Phoenix merah Dark Knight" jawab sir Daniel mengusap janggut putih nya yang tidak memakai tudung.

Sudah rahasia umum jika Sir Daniel dan Sang kaisar Maradona berteman baik. Keduanya di pertemukan saat di akademi dahulu. Hingga kini, keduanya tetap menjaga persahabatannya. Dan tentunya Kaisar tau organisasi sihir hitam Dark knight.

Mungkin terasa aneh jika sihir hitam di perbolehkan. Namun, sihir hitam Dark knight dikendalikan dengan aman, hingga tidak terlalu berbahaya. Kecuali jika mereka memberontak.

"Buka tudungmu Nak" titah Kaisar.

Rhea segera membuka tudungnya. Rambutnya yang hitam kini memanjang hingga harus diikat, tidak ada yang berubah dari Rhea. Kecuali manik coklatnya telah berubah menjadi hijau emerald. Tatapannya tetap dingin tanpa perasaan.

Sejenak Kaisar, Permaisuri dan Pangeran tertegun melihatnya. Phoenix merah ternyata seorang remaja? Sungguh hal yang tak terduga.

"Perkenalkan dirimu" kaisar berusaha menjaga suaranya tetap tegas.

"Baik Yang mulia" lanjut Rhea. "Nama saya Rhea Zanovya"

"Berapa umurmu nak?"

"Lima belas tahun Yang mulia" Rhea menunduk hormat.

"Lima belas?!?!?!" Pekik Permaisuri kaget. Bagaimana mungkin anak sekecil itu membunuh banyak pasukan lawan?

"Tidak mungkin kau mengalahkan lawan bukan?" Kini Pangeran mengeluarkan suaranya yang serak basah.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini yang mulia" Rhea mendengus kecil.

"Kau memiliki sihir?" Tanya Kaisar menghiraukan jawaban Rhea yang tidak sopan.

"Ya yang mulia, api dan es" jawab Rhea singkat.

"Tunjukkan" titah Kaisar tegas.

Rhea menyingkap ujung jubah merahnya, tangan kirinya mengeluarkan api dan tangan kanannya mengeluarkan butiran es.

Dark Knight : RheaWhere stories live. Discover now