Twelve

29 8 2
                                    

"katanya ketidaktahuan adalah anugrah"
.

Alunan pedang pedang bergesekan. Darah berceceran dimana-mana, orang-orang terluka penuh darah. Suasana mencekam.

Dinginnya malam tidak menghentikan gerakan gadis bermata emerald itu. Ia tetap mengibaskan pedangnya dan sesekali menghindar dari serangan.

Tatapan gadis itu datar. Rambutnya berantakan, suram... Sangat suram...

Gadis itu mendesah kesal "ck ayolah, aku hanya meminta air!! Apa susahnya memberikannya??? Aku tidak meminta darah kalian oke?" Gadis itu memutar matanya jengah.

Pergerakan semua orang berhenti.

Orang aneh mana yang dengan santainya meminta air?

"Btw gua lapar nih" gadis itu melepaskan genggaman pedangnya dan menguap lebar.

Tiga jam lamanya, banyak penjaga yang melawannya. Mereka tuli akan permintaan sederhana Rhea. Hanya air!!!

"Pada bego anjirt" umpat Rhea mendengus.

"Ada apa ini?" Suara dingin mengalihkan atensi semua orang termasuk Rhea.

Pakaiannya serba hitam, rambutnya berwarna abu-abu, bola matanya berwarna coklat gelap ditelan malam dan rahang yang kokoh menatap wajah Rhea yang mendengus.

"Jadi gini wir, gua minta sama si curut air minum kaga dikasih kasih, yang bener aja!!!" Rhea mendengus kesal, namun wajah dan suaranya tetap datar tanpa ekspresi.

"Apa maksudmu bocah?" Lelaki itu melangkahkan kakinya menuju Rhea. Langkahnya terdengar diantara ketukan sepatu dan keheningan.

Lelaki berkumis menunduk hormat.

"Tuan, sebaiknya tuan berhati-hati dengannya, semua ini disebabkan oleh pencuri ini tuan" adu pria berbadan tiang listrik sembari menunduk.

Seluruh orang menunduk hormat kecuali Rhea yang mendengus keras.

"Ada apa ini?" Suara serak menyapa.

"Tuan, ada penyusup yang telah memakan persediaan di wilayah selatan tuan" lelaki berkumis menatap Rhea.

"Tuan Vieer, kami sudah berusaha untuk mengusirnya tapi gadis kecil itu malah menyerang kami"

Tuan Vieer mengangkat sebelah alisnya.

"Lah, anda sendirilah yang menyerangku! Aku hanya meminta air!!! Dan juga aku bukan gadis kecil" Rhea menatap tajam wajah pria berkumis itu.

"Air hm?"

•••

"Memangnya dimana tujuanmu nona?" Vieer menatap wajah Rhea yang datar.

Angin memainkan rambut gadis itu. Suara deburan ombak mengalun indah, cicitan burung camar memenuhi langit malam.

"Kau tau tempat wilayah sihir kuno?" Rhea berbalik bertanya.

"Bukankah itu hanyalah dongeng belaka?" Vieer mengangkat kedua alisnya.

Rhea terdiam.

Apakah wilayah itu hanyalah dongeng?

Apa yang harus Rhea lakukan?

Menemukan jawaban dari segalanya dan membawa perdamaian.

Tapi bagaimana?

Pikiran Rhea berkecamuk.

"Tapi kau tau?" Kini atensi Rhea terpaku oleh lelaki itu. "Ada desas desus tentang wilayah itu, letaknya sama seperti arah tujuan kami, wilayah selatan"

Dark Knight : RheaWhere stories live. Discover now