DTYT-Quel choc!

4.7K 872 358
                                    

Quel choc!

What a shock!











Dari balik masker yang digunakannya, Handjoko menatap Jala yang tampak asyik mengisap rokoknya.

"If you make that annoying look while trying to talk about work, you should leave and come back later. Today is already a rough day for me." Ucapan pembuka yang terlontar dari bibir Jala terdengar sangat dramatis, ditambah bagaimana ia memilih untuk menatap kaca ruangan kerjanya sambil merokok di waktu sepagi ini.

Di balik maskernya, wajah Handjoko bergerak semacam melakukan pemanasan untuk melemaskan otot-otot wajahnya. Ini aneh, karena orang-orang selalu memberikan komplain soal raut wajah yang dibuatnya di saat Handjoko merasa tidak ada yang salah dengan raut yang dibuatnya.

Bukan cuma Jala, Handjoko bahkan pernah mendapatkan teguran dari Dewan Kerajaan karena dianggap menantang mereka—meskipun sebenarnya kalau untuk kasus yang ini, Handjoko memang memasang raut wajah menyebalkannya di depan mereka.

"Apa ada masalah?" tanyanya.

Pertanyaan barusan lantas membuat kursi yang diduduki Jala berputar menghadap ke arahnya dengan cepat, "So, what do you think? Is my face so cheerful, as if I've never had to cope with Aryaguna's family or that wretched Adji?" ucapnya dengan berapi-api.

"Your face looks annoying, indeed." Handjoko menganggukan kepalanya setuju, dia lalu menyandarkan punggungnya di kursi yang berhadapan dengan kursi yang diduduki Jala.

Tidak seperti biasanya, siang ini Handjoko memang memutuskan sendiri untuk datang ke ruangan Jala. Dia mendengar cerita dari Mas Harjuna dan Raden Kacaya ketika dia berkunjung ke Kastil Seroja—tempat tinggal Mas Harjuna—pagi tadi, soal pertengkaran yang dibuat Adji dan Jala di saat keduanya sama-sama menghadiri rapat bersama Dewan Kerajaan dan Pangeran Martaka.

Jala mendengkus, dia kembali mengisap rokoknya panjang dan membuang asapnya di depan Handjoko tanpa mau repot-repot memalingkan wajahnya seperti sebelumnya. "I really wonder, why are there so many annoying people—who damn well have so much power—in Daher Reu acting like assholes?" katanya setelah mengeluarkan asap rokok dan membuat Handjoko terbatuk keras.

"Logically, because they are annoying, they can have power here," sahut Handjoko. Dia berdiri dari kursinya, bergerak membuka pintu ruangan Jala dan berdiri di sisi pintu selagi melihat kalau Jala sama sekali tidak berniat berpaling untuk merokok.

Lagipula, apa Jala tidak sadar kalau dia sendiri juga sangat menyebalkan jika hal itu berkaitan dengan hubungan kerja sama dan pekerjaan? Apa Jala tidak tahu kalau banyak orang—termasuk Adji, Raden Kacaya, dan Mas Harjuna—tidak mau berurusan dengannya karena sikapnya yang menyebalkan itu?

Tampak masih kesal, Jala mengibaskan tangannya—mencoba menghilangkan asap rokok yang ada di sekitarnya. "I don't see how you can put up with those unpleasant people." Kepala Jala bergerak menggeleng dramatis. "I received a summons from the Royal Council tomorrow morning, which is undoubtedly related to the fight with Adji this morning in Pangeran Martaka's study." Tanpa Handjoko tanya lebih dulu, Jala sudah mengungkap cerita dari alasan kenapa dia berwajah masam siang ini.

"Saya sudah dengar soal pertengkaran itu dari Mas Harjuna dan Raden Kacaya." Masih berdiri di sisi pintu, Handjoko mengarahkan pandangannya ke arah meja kerja Jala. "It is unusual for you to become emotional in front of Pangeran Martaka," lanjutnya yang dihadiahi helaan napas berat Jala di belakang meja kerja pria itu.

"Adji is to blame for everything," balasnya memaki penuh dengan emosi. "Temanmu itu... Astaga, dia benar-benar menguji kesabaran semua orang! This is the first time I've witnessed Prince Martaka feel the need to kill someone at a meeting this morning."

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now