DTYT-La première fois

Start from the beginning
                                    

Upih menahan senyumnya sebisa mungkin ketika melihat raut wajah Handjoko yang terlihat sangat terkejut di hadapannya, mungkin pria itu tidak menyangka alasan yang baru saja diungkapkannya barusan dan terlebih lagi dia mengucapkannya dengan blak-blakan.

"Kenapa?" tanya Upih, masih sambil menahan senyumnya.

"Saya yang harusnya tanya kenapa, 'kan, ya?" Handjoko bertanya balik, untuk kesekian kalinya.

Upih akhirnya melebarkan senyumnya, ada tawa kecil yang terselip pelan. "Did I not tell you earlier? It is because I do not want to keep thinking about you—"

"Upih..." Handjoko memotong dengan nada sedikit mengancam, pria itu juga ikut menggelengkan kepalanya.

Melihat raut kaku yang ditunjukkan Handjoko—yang sama persis seperti ketika Upih mengganggu kegiatan makan pria itu saat kunjungan pertamanya di sini—membuat Upih refleks melipat bibirnya, seakan memberitahu ke Handjoko kalau dia tidak akan berbicara macam-macam.

Handjoko sempat membuang tatapannya ke arah depan taman, ia membuang napasnya kasar sebelum kembali menatap Upih. "How are you doing right now?" tanyanya.

Pertanyaan macam apa itu? Itu yang dipikirkan Upih ketika ia mendengar pertanyaan yang dilontarkan Handjoko barusan.

"Pemberitaan kemarin... I had no idea your fellow actress would throw another tantrum. It went above my expectations when I told you to hold the press conference." Helaan berat napas Handjoko terdengar lumayan keras di akhir kalimat.

Upih mengulas senyum tipisnya, kepalanya bergerak mengangguk-angguk sebelum menunduk dalam—menghindari tatapan Handjoko.

Setelah melakukan konferensi pers kemarin, Upih merasa masih belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi dengannya saat itu. Pikirannya penuh dengan kabar Bella yang dilarikan ke rumah sakit, dan media juga tuduhan masyarakat semakin membuat semuanya memburuk.

Dari Jenar, dia mendengar kalau ada beberapa dugaan kalau Bella melakukan tindakan bunuh diri dan tentu semua tuduhannya mengarah ke Upih. Semua orang seakan menggambarkan keadaan di mana Upih mencoba menyudutkan Bella yang sedang kesulitan dengan mengadakan konferensi pers, dan membuat wanita itu harus memilih cara ekstrim seperti itu.

Meski begitu, semuanya masih belum pasti. Hanya saja dugaan-dugaan semacam itu berseliweran di berbagai media, dibicarakan terus-terusan oleh banyak masyarakat di sosial media.

"Did you know that Bella reportedly made a suicide attempt?" Upih bertanya dengan kepalanya yang tertunduk dalam. "We sought to find out the truth about the news—if it was true—and I believe I needed to speak with Bella. We eventually found Bella, despite the fact that it was quite tough." Begitu mengangkat kepalanya, Upih menemukan Handjoko menatapnya lurus. "Bella baik-baik aja, dia ada di apartemen salah satu managernya," ungkapnya yang kelihatan tidak mengejutkan untuk didengar Handjoko.

Tentu hal itu berbeda dengan apa yang dirasakan Upih sampai saat ini, bahkan setelah dia menyusun pembalasan semacam apa yang akan diterima Bella setelah wanita itu dengan sadar mencari masalah dengannya.

Mengingat bagaimana tuduhan dan dugaan jahat yang dituliskan banyak orang tentangnya, tentunya dengan image Upih yang semakin menurun—semua itu dilakukan Bella dengan sadar dan sengaja setelah Upih memberikannya kesempatan lain ketika pertama kali mereka berurusan beberapa waktu lalu.

Handjoko kembali menarik napas dan membuangnya kasar, dia sempat berdecak sebelum bertanya, "Kamu sudah tahu alasan kenapa dia bersikap begitu, Upih?"

Upih menggeleng, "Aku belum sempet ketemu dan ngobrol sama dia, jadi aku masih belum tahu alasannya. I also did not contact her after learning about the other lies she had told on purpose," gumamnya pelan, menatap Handjoko yang tiba-tiba menggelengkan kepalanya.

DANCE TO YOUR TUNE (COMPLETED)Where stories live. Discover now